8- KEMBALILAH.

5.1K 329 3
                                    

Melukiskanmu saat senja. Memanggil namamu ke ujung dunia. Tiada yang lebih pilu. Tiada yang menjawabku. Selain hatiku dan ombak berderu.
- Dee Lestari : Rectoverso.

●●○○




"Waktuku sudah tidak banyak Naruto..."

"Aku harus apa Hinata?"






Puk!

Satu tangan besar hinggap di pundak milik Naruto, menghancurkan segala bayangan yang sedari tadi Naruto pikirkan.

"Ah Shikamaru? Ada apa?" Ucap Naruto saat sudah sadar dari lamunannya, Shikamaru duduk di dekat Naruto, memperhatikan sahabatnya yang sedang bekerja.

"Kalau kau melamun terus, perusahaan ini bisa bangkrut!" Shikamaru melipat kedua tangannya di depan dada.

Naruto menghembuskan nafasnya kemudian bersandar di bangku yang kini sedang ia tempati.

"Ntahlah, tapi perasaan ini tidak bisa lepas dariku, aku tidak bisa membiarkan Hinata pergi begitu saja..." Naruto mulai bangkit dari posisi bersendernya, kini dia sedang menopang dagunya pada kedua tangan miliknya yang sedang berdiri kokoh di atas meja.

"Lalu kau mau apa Naruto? Kita tidak bisa apa-apa." Shikamaru memijat kepalanya sendiri, tak lama dia ingat bahwa ada suatu hal yang ingin ia bicarakan pada Naruto.

"Oh ya Naruto! Aku menemukan sebuah gitar di kamarku, sepertinya milikmu." Shikamaru mengambil gitar itu yang sebelumnya ia senderkan di dekat pintu.

Naruto memperhatikan gitar itu, ah sepertinya gitar itu memang miliknya.

"Ah ini memang benar gitarku!" Entah mengapa perasaan Naruto menjadi senang, mungkin karena dia sudah sangat lama tidak bermain musik.

"Kalau gitu kau coba bernyanyi saja, siapa tau bisa membuatmu lebih tenang." Senyuman yang sebelumnya mengembang di wajah Naruto kini telah memudar.

"Bernyanyi ya?" Lagi-lagi perempuan bersurai ungu serta bermata lavender hinggap pada ingatan Naruto.

Hinata ingin mendengarnya bernyanyi.

"Hinata..." Shikamaru terkejut, kenapa jadi memikirkan Hinata lagi?.

"Sudahlah Naruto, belajarlah mengikhlaskannya." Shikamaru mulai cemas dengan keadaan sahabatnya itu.

"Aku tidak bisa..." Naruto mulai mengepalkan tangannya, emosinya mulai tidak teratur, terlalu sakit mengingat Hinata.

Apalagi setelah mendengar ucapan Hinata pada mimpinya kemarin, membuat luka di hati Naruto seakan semakin melebar.

Tinggal 2 titik.


Naruto melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, dia tidak pernah mau absen satu hari saja untuk ke rumah sakit melihat keadaan Hinata.

Dengan langkah cepat Naruto menuju ke ruangan Hinata, setelah menunggu lift yang tidak kunjung membuka pintu, Naruto akhirnya lebih memilih untuk menaiki tangga.

Yah masih sama, ruangan sunyi yang hanya memiliki satu sumber suara.

Bed side monitor, hanya alat itu yang memberikan warna pada ruangan tempat Hinata di rawat, menjadi satu-satunya sumber suara, walau banyak orang yang benci mendengar suara dari alat itu.

Hurry Back (NaruHina)Where stories live. Discover now