Part 13 - Bahan Taruhan

304 15 1
                                    

Ayunda menuruni tangga dengan berlari ketika membaca pesan dari Alva kalau cowok itu sudah berada di depan rumah. Sambil mengikat rambutnya membentuk messy bun, Ayunda membuka pintu dan mendapati Alva berdiri hanya dengan memakai t-shirt hitam dan celana jeans. Simple. Tapi, menurut Ayunda saat ini Alva terlihat sangat tampan.

Alva menyodorkan sebungkus nasi goreng dan berjalan memasuki rumah Ayunda. Cewek itu menutup pintu lalu, membuka bungkusan sterofoam tersebut. Wangi nasi goreng yang sangat menggoda membuat Ayunda hampir meneteskan air liurnya. Dia belum makan sejak tadi siang. Entah kenapa dia ingin makan bersama Alva.

"Ini kebanyakan." Ayunda menatap nasi goreng di hadapannya. "Makan berdua yuk?"

Alva menggeleng, "Lo makan aja sendiri."

"Mubazir kalo nggak abis ini." Ayunda menyendok nasi goreng lalu, mengarahkannya ke mulut Alva. "Gue suapin deh sini."

"Gue nggak mau, kenapa lo selalu maksa sih!" Alva mengambil sendok itu lalu, kembali meletakkanya di dalam sterofoam. "Biar lo kenyang. Abisin!"

"Tadi lo lagi ngapain pas gue telepon?" Ayunda memasukkan sesendok nasi goreng ke mulutnya.

Alva menyodorkan tissue ke arah Ayunda. "Nggak perlu tau!"

Ayunda memutuskan menghabiskan nasi gorengnya dulu daripada harus berdebat dengan Alva. Rasa nasi gorengnya sangat enak dan akhirnya Ayunda pun berhasil menghabiskannya padahal porsinya cukup banyak.

"Eh gue ada pr matematika nih." Ujar Ayunda sambil memasukkan sterofoam ke dalam kantong plastik. "Ajarin dong."

Alva yang sedang sibuk dengan handphonenya menoleh, "Lo mau ngerjain pr?"

"Gue mau kalo lo yang ngajarin."

Ayunda bangkit berdiri dan segera berlari menuju kamarnya. Sebenarnya dia sangat malas mengerjakan pr. Ayunda tidak pernah mengerjakan pr. Paling mentok dia menyuruh anak rajin di kelasnya untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Mereka semua takut kepada Ayunda dan akan mengerjakan apapun yang cewek itu perintah.

Tapi, demi bersama Alva lebih lama, Ayunda akan mengerjakan pr matematikanya karena dia tau pasti cowok itu akan segera pulang setelah Ayunda menghabiskan nasi gorengnya.

"Cepetan bantuin." Ayunda kembali duduk di samping Alva dan menyodorkan buku tulis matematikanya yang kosong.

Alva mengernyitkan dahinya bingung, "Kok buku lo kosong?"

"Buku baru." Jawab Ayunda asal.

Alva membuka buku paket matematika lalu, mulai membaca soal-soal disana. Bab tentang limit. Alva sangat mengerti bab ini. Ini adalah bab favoritnya.

Alva menyodorkan pulpen kepada Ayunda lalu, menjelaskan apa saja yang cewek itu harus kerjakan. Apa saja rumusnya. Bagaimana cara memecahkannya.

Lima belas menit kemudian, Ayunda menyerah. Dia meletakkan pulpen di atas meja dan menyandarkan punggungnya di sofa.

"Gue baru tau deh matematika punya limit." Ujar Ayunda. "Gue kira cuma kartu kredit yang punya limit."

Alva berusaha menahan tawa mendengar ucapan cewek di sampingnya ini. Mengapa Ayunda bisa berisik, tapi sangat lucu dalam waktu yang bersamaan?

"Makanya belajar yang bener."

Ayunda hendak menggandeng lengan Alva, tapi segera ditepis oleh cowok itu. "Lo kenapa sih nggak mau gue gandeng?!"

"Lo pikir gue truk, lo gandeng mulu." Balas Alva. "Cepetan lanjutin ini pr lo."

Ayunda mencium pipi kiri Alva. "Lo ngeselin, tapi lucu."

ReputationWhere stories live. Discover now