Part 18 - Hiburan

227 15 0
                                    

Ayunda membuka matanya karena sinar matahari yang mulai menyilaukan. Dia mengerang kesal dan menutupi wajahnya dengan selimut. Sialan! Ayunda kesal karena orang itu berani-beraninya membuka gorden dan membuat tidur cantiknya terganggu.

Beberapa menit kemudian, suara ketukan pintu terdengar dan kali ini emosi Ayunda benar-benar sudah di ubun-ubun. Cewek itu bangkit berdiri dan membukakan pintu. "Ada apa sih...."

Ayunda menghentikan ucapannya ketika melihat Alex berdiri di depan pintu dengan koper besar di sampingnya. Cewek itu menatap papanya dan koper secara bergantian. "Papa mau kemana?"

"Papa mau pergi." Jawab Alex pelan.

"Kemana?"

"Ke luar kota." Alex menarik Ayunda ke dalam pelukannya.

Dengan senang hati, Ayunda membalas pelukan papanya. Ini hal yang sangat dia tunggu-tunggu. Hal ini tentu saja sangat langka bagi Ayunda. Pelukan seorang ayah adalah hal yang langka di dalam hidup cewek berambut dark brown itu. Ayunda memeluk papanya dengan erat dan tersenyum. Rasanya dia tidak ingin melepaskan papanya. Dia ingin waktu berhenti saat ini juga.

"Kali ini berapa lama?" Tanya Ayunda lembut dan berusaha menahan air mata yang sudah siap keluar dari matanya.

Ayunda tau kali ini Alex bukan pergi ke luar kota karena urusan pekerjaan. Kali ini papanya akan pergi dan tidak akan pernah kembali.

Alex melepaskan pelukannya dan menatap mata Ayunda yang memerah karena berusaha menahan air mata. "Kamu tunggu disini. Tunggu papa memenangkan hak asuh kamu. Jadi anak baik dan sekolah yang benar. Papa akan memenangkan hak asuh kamu. Papa janji. Ayunda harus jadi anak baik selama papa pergi. Janji?"

Ayunda menatap papanya yang juga berusaha menahan air mata. Ayunda tidak pernah melihat Alex sehancur ini. Ayunda tidak pernah melihat Alex hendak menangis seperti ini. Cinta papanya untuk mamanya begitu besar, tapi pengkhianatan lah yang didapat untuk cinta setulus itu.

Ayunda mengangguk, "Aku janji."

Dan saat itu juga Ayunda menumpahkan air matanya sambil memeluk papanya yang tidak tahu kapan akan kembali lagi.

***

"Jadi, lo beneran jadian sama Ayunda?" Tanya Andre sambil mendekatkan jaraknya ke arah Alva.

Alva segera menghindar dan mendorong Andre menjauh. "Nggak perlu deket-deket kan nanyanya? Gue makin yakin kalo sebenernya lo yang homo."

"Ya ilah sombong banget sih gara-gara udah jadi pacar cewek paling cantik di sekolah." Andre melirik Alva tajam.

Alva bangkit berdiri dari kursinya. "Udah ah gue mau ke kantin."

Tanpa menunggu jawaban Andre, Alva berjalan keluar kelas. Dia menaiki tangga menuju ke lantai tiga untuk mengajak Ayunda makan siang bersamanya.

Sesampainya di depan kelas, dia melihat Ayunda sedang mengobrol dengan Jessica dan Mila. Sambil berusaha menahan senyum karena melihat Ayunda tidak lagi sedih, Alva memasuki kelas dan berdiri di samping meja Ayunda.

"Temennya gue pinjem sebentar, boleh?"

Kompak ketiga cewek itu mendongak. Ayunda berbinar menatap Alva berdiri di dalam kelasnya dan berniat untuk menjemputnya. Cewek itu segera bangkit berdiri dan menggandeng lengan Alva. Senyuman mengembang di wajah Ayunda.

"Lo nggak perlu izin sama mereka." Ujar Ayunda.

"Yeilah yang udah jadian hawanya beda banget ya, Mil?" Jessica menyikut perut Mila.

Mila menoyor kepala Jessica. "Sakit, bego! Pelan-pelan dong."

"Ngomong gitu udah berasa pinter banget ya lo, Mil."

ReputationWhere stories live. Discover now