3

4.9K 543 50
                                    

"Argh!"

Jaehyun mengerang keras dalam mobil mereka. Darahnya masih mengucur deras dari bahu kirinya, tempat ia terkena luka tembak. Berulang kali dia mengambil napas dalam, kemudian mengeluarkannya. Di sampingnya, Jisung sedang berusaha membebat luka Jaehyun. Meskipun itu adalah hal yang sulit dilakukan dalam mobil yang tengah melaju dengan kecepatan 150 km/jam itu.

"Donghyuck, aku serahkan masalah Mark kepadamu."

Donghyuck tengah mengelus-elus kepala sang kekasih yang terkulai di pangkuannya. Ia menoleh ke arah Jaehyun ketika mendengar pernyataan lelaki itu.

"Aku bahkan tidak yakin dia akan mendengarkanku, Jae. Kau tau sendiri kalau dia sangat dekat dengan Johnny."

"Ya aku tau, tapi dia sangat menyayangimu. Aku yakin dia akan lebih mendengarkan nasihatmu dibandingkan kami."

"Baiklah, akan kucoba. Bagaimana dengan lukamu?"

"Darahnya masih mengalir, gimana ini? Apa kita bawa Jaehyun Hyung ke rumah sakit?" usul Jisung.

"Tidak. Seluruh penjuru negeri telah mengetahui insiden perampokan tadi siang. Jika ada pasien luka tembak tiba-tiba datang, mereka pasti akan curiga. Aku akan baik-baik saja. Kita kembali ke markas."

"Kau pucat."

"Aku baik-baik saja. Keselamatan kalian lebih penting. Johnny mengorbankan nyawanya untuk ini. Aku tidak akan men-jeopardize pengorbanannya hanya karena aku tidak kuat menanggung luka kecil ini."

"Kau tau, kau boleh merasa tidak baik-baik saja Jae. Kau baru kehilangan kakakmu dan terkena luka tembak. Kami tau kau dan Mark tidak baik-baik saja. Bisakah kau egois dulu sebentar saja? Kami akan mengerti."

Jaehyun tercenung mendengar pernyataan Donghyuck barusan. Ya, dia memang hanya sedang berpura-pura tegar saja. Tapi dia tidak bisa melepas tanggung jawabnya sebagai pemimpin kelompok ini, mengingat ia adalah yang tertua sekarang dan selalu menjadi second in command Johnny.

"Aku tau dokter yang menerima operasi bedah illegal, sepertinya itu cukup aman." usul Jeno dari balik kemudi.

"Tidak. Polisi akan memantau semua rumah sakit, klinik dan praktek dokter. Tidak ada yang aman." sanggah Jaehyun cepat.

"Dia membuka praktek illegal yang tidak tercatat dalam dokumen negara. Lagipula, dia imigran gelap dari Cina. Jaemin pernah merekomendasikannya 2 bulan lalu saat aku terkena cacar dan tidak bisa ikut operasi. Itu cukup aman."

Operasi yang Jeno maksud di sini adalah perampokan yang mereka lakukan. Mereka sengaja memilih kata itu supaya tidak terlalu jahat kedengarannya. Ah, ada-ada saja.

"Sepertinya itu patut dicoba. Aku setuju dengan Jeno, kau sudah sangat pucat Jae, aku yakin kau sedang berjuang sekuat tenaga untuk tidak pingsan.

"Lagipula jika dokter itu berulah, kita bisa membunuhnya setelah ia selesai mengoperasimu." ujar Donghyuck tenang.

"Baiklah. Bawa aku ke sana Jeno. Aku sudah tidak tahan lagi. Argh!"

"Yessiiir..." jawab Jeno yang langsung membanting stir dan memutar mobil ke jalur sebelah. Tindakan nekatnya itu membuat mereka harus dihadiahi sumpah serapah dan klakson keras dari pengguna jalan lain.

"Kau tau, kalau bisa aku tidak ingin dokter itu dibunuh. Dia manis sekali." Jeno berkata sambil tersenyum-senyum.

"Hyung mengkhianati Jaemin? Wah, akan kulaporkan." ucap sang maknae.

"Laporkan saja. Jaemin sudah tahu, kok. Lagipula kami pernah kencan bertiga." Jeno terkekeh setelah mengucap itu. Jisung membulatkan matanya kaget, sedangkan Donghyuck hanya mendengus malas.

R.O.D - Ride or Die ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora