5

3.8K 491 38
                                    




"Maafkan kelakuan kekasihku tadi, Renjun." Donghyuck membuka obrolan di ruangan yang dingin itu, "dia telah mengalami hari yang sulit."

"Aku mengerti. Aku tadi melihat berita tentang kalian di televisi. Reputasi kalian sangat masyhur di dunia kriminal. Aku turut berduka cita."

Renjun tak sekali pun mengangkat kepalanya untuk membalas tatapan Donghyuck yang tertuju padanya. Ia masih serius berkutat dengan alat-alat kedokteran di tangan halusnya. Meski begitu, ia tulus saat mengatakan kalau ia turut berduka cita atas kematian Johnny. Lelaki itu adalah legenda di dunia para kriminal. Sosoknya yang masih muda dan telah sukses mengorek pundi-pundi uang di bank-bank yang terkenal oleh keamanannya yang tinggi itu membuat tak sedikit kriminal yang menyayangkan kepergiannya yang begitu cepat.

Donghyuck sendiri tak keberatan saat tatapannya tak dibalas oleh Renjun. Dia hanya memperhatikan saja jari-jari lentik sang dokter yang bergerak cepat memeriksa organ-organ vital Jaehyun. Donghyuck menghela napas panjang, pandangannya tak lepas dari lelaki bertubuh besar itu. Kulitnya yang putih terlihat semakin pucat, wajah tampannya sesekali mengernyit kesakitan dalam tidurnya. Lelaki itu, sosok panutan dan kakak yang selalu menjadi penengah antara anggota kelompok yang lebih muda dengan pemimpin tertua mereka, sosok yang selalu terlihat kuat dan bisa diandalkan, saat ini berbaring tak berdaya di atas ranjang pasien.

Donghyuck memalingkan wajah ke samping, menyembunyikan setetes air mata yang lolos ke pipinya. Hatinya serasa dicubit ketika ia menyadari jika ia tak bisa melakukan apa-apa untuk Jaehyun saat ini. Dia hanya bisa berharap rencana yang disusunnya berjalan dengan lancar dan kekasihnya segera datang. Setetes air mata yang lain lepas dari manik coklat yang kini terlihat redup. Donghyuck saat itu terlalu sibuk mengusap air mata dan menenangkan dirinya, sampai-sampai ia tidak menyadari wajah Renjun yang terlihat sedikit mengerut. Namun, sang dokter cepat-cepat menghapus jejak itu dari raut wajahnya. Bagaimanapun, Renjun itu profesional -meski ia membuka praktek ilegal- dia dulunya adalah lulusan terbaik dari universitas terkenal di Cina. Ia juga disebut-sebut sebagai dokter muda berbakat dunia. Hal yang terjadi jauh sebelum ia terjebak di dunia gangster dan menjadi dokter ilegal bagi pasiennya yang adalah para pelanggar hukum.

"Belum ada kabar dari kekasihmu?" pertanyaan itu jelas ditujukan kepada Donghyuck yang membalas dengan gelengan kepala.

"Belum. Tadi ada sedikit masalah di rumah sakit dan sampai sekarang dia belum menghubungiku lagi."

"Sebaiknya kekasihmu segera datang. Kakaknya tidak punya banyak waktu."

"Apa maksudmu?" suara serak Donghyuck terdengar sedikit tercekat.

Renjun menepuk bahu Donghyuck dua kali sebagai jawaban atas pertanyaannya. Ia pun segera berlalu keluar ruangan, meninggalkan Donghyuck yang bersimpuh di samping ranjang pasien. Tangan gemetarnya memegang erat jemari besar milik calon kakak ipar, sambil mulutnya sibuk merapal doa-doa yang dulu pernah ia hafal.




***




Di saat yang sama berkilo-kilo meter jauhnya, ketiga orang yang sedang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh Renjun dan Donghyuck itu sedang merangkak menyusuri saluran udara yang sempit. Mark, Jeno dan Jisung sudah bergerak selama 30 menit lebih. Kaki dan leher ketiganya sudah terasa pegal, debu-debu menempel mengotori pakaian mahal yang mereka kenakan.

"Hyuuung... apa masih jauh?" Jisung kembali merengek untuk yang ketiga kalinya.

"Sabarlah sedikit!"

"Tapi- aku takut gelap..."

"Cih... penjahat macam apa yang takut gelap?!" ujar Jeno meremehkan.

"Lorong ini sempit dan gelap, hyung... kita sudah menyusurinya selama ini tapi jalan keluar yang hyung maksud masih saja belum keliatan. Hyung sebenarnya tau jalannya gak sih? Hyung tidak menyesatkan kami kan? Hyung kan-"

R.O.D - Ride or Die ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang