BAB II

307 48 8
                                    

Dengan tergesa-gesa Baejin meninggalkan sekolah, termasuk meninggalkan Guanlin yang menatapnya dengan pandangan yang tidak dapat di jabarkan dengan kata-kata. Baejin menuju rumah sakit tempat kekasih tercintanya di rawat. Sesampainya di rumah sakit ia langsung berlari manuju ruangan Daehwi.

Sungguh ia sangat merindukan si ceroboh itu. Rindu rengekan manjanya, rindu suara cemprengnya, rindu aegyo nya. Dan bahkan rindu sifat cabenya. Baejin rindu semua hal yang berhubungan dengan Daehwinya.

Kini Baejin telah sampai di ruangan Daehwi. Dengan persaan gugup ia pun membuka pintu. Dan hal pertama yang menyambutnya adalah senyum lemah dari seorang Lee Daehwi. Masih tampak manis walau bibir itu begitu pucat.

"Bae." Ujar Daehwi lirih, tangan lemahnya mencoba untuk memangisyaratkan Baejinvuntuk mendekatinya. Baejin yang oeka akan hal itu langsung menghampiri Daehwi.

"Iya, sayang. Aku di sini." Ujar Baejin sambil menggenggam tangan Daehwi.

"Aku, aku takut Bae." Ujar Daehwi dengan wajah ketakutan, wajah pucatnya kian memucat.

"Apa yang kau takutkan. Aku akan melindungimu. Kali ini aku berjanji, sayang. Kau percaya kan?" Tanya Baejin sambil menghapus air mata Daehwi yang tiba-tiba saja mengalir di pipinya.

"Orang itu." Ujar Daehwi lirih. Baejin masihvdapat mendengar apa yang Daehwi katakan.

"Siapa, sayang?" Tanya Baejin tampak heran. Apa gerangan yang mebuat kekasihnya ketakutan.

"Orang itu, akan, akan membunuhku." Ujar Daehwi lemah. Ia kembali menangis dengan tangisan pilu. Yang mebuat Baejin serasa teriris hatinya. Ia merasa tidak becus menjadi kekasih namja mungil itu .
Baejin pun memeluk erat kesayangannya itu.

"Tidak Dae. Kau aman. Siapa yang akan membunuhmu? Akau tak kan membiarkannya." Ujar Baejin. Perkataannya itu cukup membuat si manis Lee Daehwi tenang.

"Bae, aku mencintaimu." Ujar Daehwi pelan.

"Aku juga mencintaimu sayang. Ngomong-ngomong dimana eommamu kenapa beliau tak ada di sini?" Tanya Baejin heran.

"Eomma tadi bilang ingin makan di kafetaria. Lagian eomma bilang kamu akan datang. Karena itu aku tak masalah di tinggal sendirian di sini." Ujar Daehwi dengan suara manjanya. Yah walaupun suaranya masih agak lemah. Namun inilah Daehwinya Baejin. Yang selalu Baejin rindukan.

"Cup, cup, cup. Sayangku yang malang. Sekarang kamu istiraht lagi ya. Aku akan menemanimu." Ujar Baejin seraya melepaskan pelukannya. Kini ia sedang mengelus rambut Daehwi. Hal itu cukup untuk membuat Daehwi mengantuk, namja mungil itu pun beberapa kali menguap.

"Kau tak akan pulang?" Tanya Daehwi sesekali ia menguap. Namun hal itu hanya di balas gelengan kepala oleh Baejin.

"Kenapa begitu? Ada masalah lagi ya sama hyung iparmu?" Tanya Daehwi pelan.

"Kau pasti tau jawabannya, Dae. Sekarang kamu tidur sana!"

"Aniyo, aku belum mengantuk" Tuh, mulai kumat lagi manjanya si Daehwi.

"Belum ngantuk gimana orang matamu berair gitu dan udah beberapa kali kamu nguap, sayang. Tidur gih sana." Ujar Baejin sambil mengelus pipi Daehwi.

"Nyanyikan aku lagu. Baru aku mau tidur." Ujar Daehwi sambil senyum manis.

"Kamu mau lagu apa, sayang?" Tanya Baejin dengan bersemangat.

"Hm, lagu.... lagu apa ya? Terserah kamu aja lah." Ujar Daehwi sambil berpose pikir yang imut. Membuat Baejin ingin memakannya.

"Hm, kalo gitu lagu ini aja oke.j" Ujar Baejin. Tak lama terdengar alunan suara Baejin yang lumayan merdu membuai Daehwi. Daehwi pun tertidur dengan nyenyaknya.

De Verborgen WaarheidWhere stories live. Discover now