BAB V

328 48 7
                                    

Dengan tangan yang bergetar Daehwi menelepon Baejin dengan telepon rumah. Ia benar-benar takut sekarang. Ia butuh Baejin, kekasihnya, penenangnya. Tak berapa lama akhirnya telepon tersebut berhasil tersambung ke Baejin.

'Halo?' Sapa Baejin dari seberang sana.

"B-bae" panggil Daehwi dengan lirih. Suaranya agak bergetar. Itu menandakan bahwa ia saat ini sangat ketakutan.

'Dae, kamu kenapa?' Tanya Baejin cemas. Ia sangat khawatir dengan keadaan Daehwi saat ini.

"Da-datang lah ke sini Bae." Pinta Daehwi seraya menahan tangis.

'Iya, kamu tunggu ya. Aku akan ke sana sekarang.' Ujar Baejin. Dari nada suaranya kentera sekali bahwa ia sangat cemas saat ini.

Setelahnya Daehwi mengakhiri telepon tersebut, ia kini sedang duduk sambil memeluk lututnya sendiri. Di dekat telepon rumah yang berda di sudut ruangan. Terdengar kembali isakan Daehwi.

"Bae" panggil Daehwi lirih di sela-sela isakannya.

Sekitar 15 menit kemudian Baejin sampai di rumah Daehwi, ia masuk ke dalam saat mengetahui bahwa rumah itu tidak di kunci. Saat sampai di ruang tengah ia terkejut melihat ruangan itu berantakan sekali. Apa yang terjadi? Ia melihat pujaaan hatinya sedang terisak di sana. Ia pun datang dan memeluk sang pujaan hatinya.

"Dae, kamu baik-baik saja?" Tanya Baejin pelan. Ia masih setia memeluk sang kekasih.

"Bae, dia... dia..." ujar Daehwi terputus oleh isakan nya sendiri.

"Dia? Dia siapa?" Tanya Baejin. Kali ini ia mengajak Daehwi berdiri dan duduk di sofa.

"Dia, namja itu. Orang jahat itu. Ia datang. Dia pasti ingin membunuhku. Aku takut." Ujar Daehwi dengan raut wajah panik dan sarat akan ketakutan.

"Sayang, jangan takut. Ada aku di sini. Aku akan melindungimu." Ujar Baejin sambil mengelus rambut kekasihnya.

"Kamu nggak ngerti, Bae. Kamu nggak paham akan ketakutanku. Kamu nggak akan ngerti gimana rasanya ketakutan. Aku takut Bae. Takut." Ujar Daehwi, kemudian ia menangis. Tangisan membuat hati Baejin serasa teriris sembilu. Ia memeluk kekasihnya.

"Karena aku nggak ngerti sayang. Tolong buat aku mengerti. Bagi semua masalahmu padaku. Aku kekasihmu. Tapi kenapa kamu nggak pernah mau membagi keluh kesahmu padaku. Kamu harus percaya padaku. Aku sayang kamu. Aku akan melindungi kamu. Walaupun nyawaku taruhannya." Ujar Baejin dengan lembut. Ia masih memeluk kekasihnya yang kini sudah tidak terisak lagi. Namun air mata masih mengalir di kedua pipinya. Baejin mengelus pelan punggung Daehwi, mencoba untuk menenangkan Daehwi.

"Mianhae." Ujar Daehwi lirih.

"Iya, sayang. Kamu percaya kan sama aku?" Tanya Baejin yang hanya di respon dengan anggukan lemah dari Daehwi.

"Kamu pasti lelah kan? Aku selalu saja begini. Tidak percayamu. Topik ini saja yang selalu ku bahas. Maafkan aku. Aku tau kamu pasti lelah." Ujar Daehwi pelan.

"Tidak sayang. Aku sama sekali tidak lelah. Aku sayang sama kamu. Tidak akan ada kata lelah untukku kalo itu menyangkut dirimu." Ujar Baejin sambil tersenyum hangat.

"Gomawo." Ujar Daehwi pelan.

*****

Saat ini Seongwoo sedang memasak kue di dapur. Sementara Woojin sedang bermain di ruang di tv. Dari dapur ia dapat memdengar celotehan anaknya yang lucu sekali itu. Rasa cemas yang ia rasakan tentang pembunuhan yang terjadi di komplek ini yang sudah mulai memudar kini kembali muncul, Baejin sekarang sedang pergi menemui Daehwi. Sesungguhnya ia sangat khawatir. Namun, ia tidak boleh menjadi lemah dengan membiarkan dirinya ketakutan seperti ini. Ia namja, ia harus bisa melindungi dirinya dan anaknya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 31, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

De Verborgen WaarheidWhere stories live. Discover now