-familiar-

470 56 1
                                    

 Seorang pemuda berkacamata mengecek ponselnya yang baru ia hidupkan kembali selepas turun dari pesawat. Ada satu notif pesan terpampang di layar ponselnya, mengatakan kalau ia sudah ditunggu oleh yang menjemputnya.

 "Haah..." hela napas panjang pemuda itu keluarkan sebelum memasukkan kembali ponsel pintar itu ke dalam saku celananya.

 "Okay, let see what I can do for you here, By. Lo beneran ninggalin sesuatu yang sangat berharga di sini. Dan gue bakalan nepatin janji gue sama lo," gumamnya pelan. Merapikan jaket yang dikenakannya, pemuda itu pun menyeret koper sambil mengedarkan pandangan.

 Tak perlu mencari karena tak lama, ia merasakan seseorang menepuk pundaknya. Pemuda itu pun berbalik, menangkat satu alisnya. Agak kaget melihat siapa yang datang menjemput.

 "Welcome, Boby!"

----

 Vino termenung memperhatikan layar ponsel yang menampilkan sebuah sketsa seorang gadis. Tak terlalu menampakkan rupa asli si gadis, tapi ini adalah lukisan paling 'jelas' dari segala coretan yang telah dibuat Shania. Setidaknya menyamai sketsa orang hilang.

 Keningnya kembali berkerut saat mengingat kembali cerita Shania.

 Yaah, Shania akhirnya menyerah dan bercerita juga pada anggota keluarganya. Kecuali Gracia, karena tentu saja gadis kecil itu dilarang untuk ikut terlibat.

 Nama gadis itu Beby. Seorang gadis manis yang mempunyai lesung pipit. Berbadan kurus tinggi dan jidat lebar yang tertutup poni. Shania mengaku pernah beberapa kali mencoba untuk mencari gadis itu. Tapi seberapa pun ia mencarinya, tidak pernah ketemu. Sering kali ia kembali ke jembatan yang katanya sering gadis itu lewati pun, tapi tetap tidak ada. Mau bertanya juga, dia tidak tahu harus pada siapa karena daerah tempat mereka bertemu cukup jauh dari pemukiman.

 Vino kali ini menghela napas kasar dan mengusap wajahnya lelah. Cukup sulit untuk mencari orang dengan informasi yang sangat sedikit seperti ini.

Tok-tok-tok

 Ketukan di pintu menyadarkan Vino dari lamunannya.

 "Masuk!"

 Pintu pun terbuka, memperlihatkan seorang wanita cantik berkacamata. "Pak Vino, ada tamu."

 "Siapa, Kak Nat? Dan jangan panggil aku pake 'Pak', aku masih muda tau!" ujar Vino sambil berdiri dan berjalan keluar dari balik meja.

 Natalia memutar matanya malas mendengar nada manja anak bosnya itu. "Prosedur. Ini ada teman kamu. Ayo, masuk aja."

 Natalia menggeser badannya ke samping mempersilahkan seorang pemuda tinggi untuk masuk.

 "Yo, Boscil! Lama gak ketemu!" sapa pemuda itu pada Vino.

 "Eh, Dyo! Buset, sohib gue."

 Kedua pemuda itu pun saling merangkul dan menepuk punggung masing-masing. "Sehat, bro?" tanya Vino tertawa kecil pada sahabat yang cukup lama tak ia jumpai ini.

 "Sehatlah hehe...lo gimana? Sama orang rumah, aman?" tanya Dyo atau nama lengkapnya Maulidyo Djuhandar. Mereka sudah bersahabat sejak sama-sama kelas 1 SMA.

 "Yaah, begitulah, aman kok hehe..." balas Vino sambil nyengir.

 "Vin!"

 "Ya, Kak?"

 "Bukan maksud ganggu acara reuni kamu. Tapi nanti ada meeting setengah jam lagi," kata Natalia mengingatkan.

 "Oh, iya. Duh, gimana, ya...ini meeting penting lagi."

It's your lightWhere stories live. Discover now