"EIGHTEEN"

19K 1.3K 103
                                    

Note: Gunakan Headset kalian dan baca di bawah kesunyian.

***

Author POV

Darren kembali meneguk sebotol alcohol yang ada di tangannya. Di dekat kakinya pun juga terdapat beberapa botol sebuah merek alcohol yang sudah kosong.

Saat ini dia sedang duduk di ruang tamu rumahnya. Di dalam kegelapan rumahnya itu, ia duduk bersandar di sofa dan hanya bisa meminum minuman kotor itu sambil merenungkan segala perbuatannya selama ini terhadap istri dan anak-anaknya.

Selama ini ia sudah di butakan oleh rasa ketakutan akan ancaman yang ia terima. Dan ketika semuanya sudah terjadi, ia hanya bisa menyesal dan menyesal. Tidak ada lagi yang bisa ia lakukan selain menyesal dan meminta maaf kepada sang istri.

Tetapi semua usaha yang ia lakukan sepertinya sama saja. Semua kata 'maaf' yang keluar dari mulutnya hanya akan di tolak. Malah jawaban yang akan ia dapatkan dari sang istri adalah kata 'perceraian'.

Darren merindukan hangatnya sebuah keluarga yang sangat sempurna seperti dahulu kala. Ia sangat rindu akan suara teriakan kedua anaknya yang selalu mengajaknya bermain.

Semua ini karenalah yang sudah menjadi pria pengecut yang tidak bisa mempertahankan rumah tangganya.

Dan di dalam setengah ketidaksadarannya itu, Darren meneteskan air mata penyesalannya. Untuk pertama kalinya, pria itu menangis dengan tersedu-sedu sambil menundukkan tubuhnya dan menarik kuat rambutnya dengan kedua tangannya. Tangisan yang sebenarnya tidak berarti lagi bagi keluarga yang sudah ia campakkan.

Cukup lama ia menangis dan berada dalam posisi seperti itu. Lalu Darren kembali menyenderkan tubuhnya di sofa dan dalam pandangan matanya yang sudah terlihat kabur karena pengaruh dari alcohol yang ia minum tadi, ia menatap foto pernikahannya bersama Elle yang terpajang dengan ukuran yang cukup besar dan tertempel di dinding yang tidak jauh dari pandangannya.

Pernikahan yang dulu sangat tidak ia harapkan, saat ini adalah suatu hal yang sangat penting dan begitu berarti di hidupnya. Darren tersenyum kecil ketika melihat dirinya sendiri di dalam foto itu yang masih menampilkan senyuman palsunya. Senyuman bahagianya yang terlihat palsu ketika berdampingan dengan Elle di hari pernikahannya.

Tetapi jika saat ini Elle masih ingin memaafkan Darren, Darren akan pastikan ia akan menampilkan senyuman terbaiknya agar saat ia berdampingan dengan Elle lagi, tidak akan ada lagi senyuman palsu di sana.

Setelah beberapa saat Darren memandang foto pernikahannya yang terpajang dengan sangat sempurna di sana, lama-kelamaan matanya tertutup dan ia masuk ke dalam alam tidur dengan senyuman yang sedikit muncul di sana setelah ia memandang foto pernikahannya itu.

***

Di dalam tidurnya, Darren mendengar suara-suara yang mengganggu tidurnya. Dengan perlahan Darren membuka matanya. Dengan sedikit mengernyitkan keningnya, ia menatap ke sekelilingnya sambil menarik rambut karena rasa pusing yang menderanya.

Ia melihat cahaya matahari yang masuk menembus jendela rumahnya, menandakan hari sudah berganti. Lalu Darren menengokkan kepalanya ke lantai dua rumahnya karena sejak tadi ia masih mendengar sekilas suara yang timbul di atas sana.

Dengan perlahan ia bangkit dari tidurnya dan melangkahkan kakinya sambil tetap menarik rambutnya berharap pusing yang menyerangnya bisa sedikit berkurang. Dengan langkah sedikit terhuyung, Darren menaiki tangga untuk melihat siapa yang ada di rumahnya saat ini.

Tetapi ketika Darren baru saja menginjakkan kakinya di tangga pertama, ia melihat se-sosok yang sangat ia rindukan sedang menuruni tangga sambil membawa sebuah koper dan sebuah tas berukuran sedang. Darren mengedipkan matanya beberapa kali untuk memastikan apakah saat ini ia sedang bermimpi atau tidak.

#2 My Broken Wedding Where stories live. Discover now