Random 11

1.7K 511 42
                                    


"Akhirnya ... 11 tahun, 7 bulan, 3 hari."

"Garin? Kamu bilang apa? Jangan ngomong yang aneh-aneh sambil bengong begitu. Aku jadi takut. Kamu baik-baik saja, kan? Aduh, maaf. Aku tahu, kamu pasti merasa sedih dan kehilangan. Tapi kamu sama sekali enggak menangis. Enggak kayak mami kamu yang pingsan-pingsan ...."

"Ollie, jangan khawatir. Aku tadi menyebutkan umur Algis. Semua bilangan prima: 11 tahun, 7 bulan, 3 hari. Algis mencintai bilangan prima. Kalau ditanya malaikat, dia pasti menyebutkan usianya dengan bangga. Haha."

"Sssst. Orang-orang itu jadi ngelihatin kamu. Aneh kan, bukannya berkabung, si kakak malah ketawa-tawa."

"Kamu tahu apa yang lucu di pemakaman tadi, Ollie?"

"Enggak. Kukira enggak ada yang lucu di pemakaman adikmu. Mami dan papi kamu bertengkar di depan orang banyak malah sangat menyedihkan, menurutku."

"Ah. Kamu enggak tahu sih. Algis sering bilang, dia justru akan terus hidup di kepala orang yang merelakan kepergiannya."

"Algis selalu bilang yang aneh-aneh dan menurutku enggak lucu. Aku enggak pernah mengerti maksudnya."

"Sini kujelaskan. Lihat Mami? Dia sama sekali enggak rela, enggak percaya Algis pergi. Aku tahu, setiap kali memandangiku, Mami berharap bukan Algis tapi aku saja yang mati. Algis adalah dunianya. Mami merasa sendirian sekarang. Algis tahu itu. Makanya, Algis benar-benar meninggalkannya."

"Garin ...."

"Biar kuselesaikan, Ollie. Nah, sebaliknya. Aku rela Algis pergi. Malah sejak Algis enggak bisa lagi bergerak, hanya bisa mengedipkan mata, aku sudah berdoa, agar Tuhan menjemputnya. Aku enggak tega lihat dia begitu. Mengedip sekali untuk ya. Mengedip dua kali untuk tidak. Mami cuma mengerti itu. Padahal banyak isyarat lain lagi. Bola mata ke kanan, ke kiri, ke atas, ke bawah, memutar, dan semua kombinasinya, punya makna tersendiri. Cuma aku dan Algis yang tahu."

"Oh ...."

"Dua malam lalu, Algis bertanya dengan isyaratnya, apa aku rela dia pergi. Aku jawab, ya. Kenapa? Karena aku tahu Algis lelah. Algis bilang, ya, dia lelah. Awalnya dia tidak tega meninggalkan Mami. Tapi katanya, akhirnya dia sadar, yang membuatnya ingin terus hidup adalah aku. Dia tidak bisa membayangkan aku tanpa dirinya. Karena aku lemah, katanya. Aku tertawa. Kuingatkan, bukankah dia ingin meninggalkan sebagian dirinya di kepalaku. Lalu, Algis tersenyum. Ya, saat itu mendadak dia bisa tersenyum lagi. Katanya, aku enggak boleh sedih, karena memang begitulah niatnya. Relakan dia, maka dia akan tinggal. Itu terakhir kalinya kami berbicara."

"I am so sorry, Garin."

"Don't be. Karena saat dia koma, dan Mami begitu heboh ingin membangunkannya, aku tahu Algis sudah memindahkan sebagian dirinya di kepalaku. Jadi, Ollie, aku baik-baik saja. Hanya geli, karena Algis minta kupanggil dengan nama pertamanya, Runako. Dan dia sedang menertawakan Mami."

"Garin ...."

"Panggil aku IgGy, Oliva. Mulai sekarang, aku IgGy. Dengan Runako di dalam sini."

The Visual Art of Love (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang