14. Algis

2.1K 499 97
                                    

Luas kamar itu empat kali kamar kosnya. Kamar mandi di dalam, tak kalah rapi dengan kamar mandi IgGy di paviliun. Gemina sudah meminta kamar yang lebih kecil saja, agar tidak merasa terintimidasi dengan kemewahannya. Tapi IgGy malah tertawa. Katanya, semua kamar hampir sama. Dua di bawah, tiga di lantai atas. Radmila dan Sarah di atas. Jadi, IgGy yakin, Gemina pasti memilih di bawah. Dan sengaja dipilihkannya kamar paling depan, dengan jendela menghadap pemandangan taman agar mata leluasa beristirahat. Masalahnya, itu berarti juga menghadap paviliun IgGy, pikir Gemina dengan muka terasa seperti terpanggang.

Berulang-ulang, ia mengingatkan diri sendiri untuk bersikap profesional. Contohlah IgGy. Cowok itu bercerita apa adanya pada Oliva. Gemina sampai merasa malu sendiri karena sempat berpikir, IgGy akan mengarang cerita tentangnya. Dipikir-pikir, buat apa juga IgGy berbohong kepada tunangannya? Memang Gemina ada di sini untuk bekerja, kok.

Meskipun demikian, tak urung Gemina menangkap kilatan emosi di mata Oliva. Membuatnya tidak nyaman, tapi sangat memaklumi. Tentu saja Oliva terkejut melihatnya di paviliun IgGy. Cewek yang diminta mengakhiri hubungan kerja dengan sang tunangan malah direkrut nyaris full time dan akan tinggal serumah dengan IgGy.

Gemina hanya mengangguk sopan, menyalaminya, dan buru-buru menyingkir dari pasangan itu. Menunggu di dekat mobil, tapi tidak naik. Siapa tahu Oliva memutuskan ikut dan duduk di depan. Ternyata tidak. Oliva menyeberang jalan untuk pulang. Gemina tidak melihatnya lagi malam itu.

Atau ia yang terlalu sibuk menata barang-barangnya di kamar dan tertidur kelelahan sesudahnya. Esok paginya, Radmila, IgGy, dan Sarah, sarapan di meja yang sama. Gemina diajak bergabung dan melihat betapa kaku suasananya meskipun Sarah mati-matian mengajak mengobrol semua orang. Hanya Gemina yang dengan sopan meladeninya.

IgGy kemudian pergi mengantarkan Oliva ke kampusnya. Radmila dan Sarah lalu masuk ke ruang kerja di belakang. Gemina sendiri memilih ke kampus bersama Bisma. Lebih masuk akal ketimbang menerima tawaran IgGy untuk diantarkan bersama Oliva ke kampus.

Siang sepulang dari kampus, Gemina mendapati mobil IgGy di depan paviliun. Cowok itu ada di rumah. Entah sedang apa di dalam sana. Mungkin bekerja. Karena setahunya, IgGy adalah penulis lepas untuk beberapa media online. Gemina selalu merasa ada mata di seberang jalan yang mengawasinya, jadi buru-buru melewati paviliun tanpa menoleh dan masuk ke kamarnya, kunci pintu. Jantungnya yang berpacu liar baru bisa ditenangkan setengah jam kemudian, tapi untuk dikacaukan lagi oleh pesan WA dari IgGy.


"Baru pulang ya. Sudah makan? Mami makan di ruang kerja biasanya. Kalau kamu perlu apa-apa, bilang saja."


Ya, balikin saja kewarasanku, pikir Gemina kesal. Tapi ia balas formal saja, sudah makan di kampus, terima kasih. Ditambah laporan bahwa ia sudah selesai membaca ulang Algis buku kesatu dan sedang merancang karakternya. Runako sendiri beres, karena IgGy memilih rancangan yang sudah ada. Klien yang baik, tidak rewel.

Kontras dengan Radmila. Sore itu, Gemina menerima penolakan pertamanya. Empat rancangan karakter Algis hanya dilihat sepintas, lalu dicoret Radmila dengan tegas. Semua deskripsi Algis di buku sudah ia terapkan, tapi tidak seperti itu bayangan Radmila tentang Algis.

"Kamu mendesain empat karakter, tapi semuanya mirip." Radmila cemberut.

Karena begitulah Algis dalam bayangannya, pikir Gemina. Ia tidak rela mengubah banyak. Tapi sekarang sadar, ia harus keluar dari pola pikir seorang penggemar. "Oke, aku coba lagi buat yang baru." Gemina kembali ke kamar. Tapi ia memutuskan jeda dulu dari Algis untuk menelepon Abah, Kak Citra, dan Panji. Mengobrol bergantian sampai ponselnya panas dan mati. Akhir-akhir ini, ponselnya memang sering bermasalah.

The Visual Art of Love (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now