Chapter 1

161 25 126
                                    

(Teman)

"Ryu, cepatlah! Kau bisa terlambat."

Dengan berselimutkan karakter pahlawan dalam film, adikku Ryuuji masih menutup matanya dengan rapat.

Perlahan ia duduk dan mulai mengusap-usap matanya dengan setengah tersadar.

"Hoaam.... Nee-chan, bukankah ini masih terlalu pagi?"

"Kakak tidak enak jika terus terlambat. Cepatlah, sarapan juga sudah disiapkan."

"Hmm... tapi aku masih mengantuk."

"Kalau begitu basuh muka dulu. Bukankah semalam kau berniat membantu kakak mendapatkan seorang teman?"

Matanya kini mulai terbuka dan menatap ke arahku.

"Ehh? Apa hubungannya dengan bangun pagi?"

"Sudahlah, cepat. Pokoknya nanti kakak akan membawa teman kelas pergi ke rumah. Jadi, kau tidak perlu khawatir lagi."

"Emm. Baiklah."

Dia akhirnya bangun dan beranjak dari tempat tidurnya.

Namaku Sakura Fujisaki, murid kelas satu SMA Futsuba. Dan dia adalah adik kecilku, Ryuuji Fujisaki. Murid kelas 4 SD.

Kami berdua sudah tidak memiliki orang tua. Ayahku yang seorang kepala di kepolisian sudah gugur saat pengeboman di kantor kepolisian daerah Tokyo. Ibuku yang seorang dokter juga gugur pada hari itu. Meski sudah dua tahun berlalu. Namun, aku tetap merasa sedih jika mengingat hari itu.

Sekarang aku yang harus menjadi ibu, ayah, sekaligus kakak untuk Ryuuji. Memasak, mencuci, menasehati dan berbagai prihal baik yang dilakukan oleh sosok orangtua lain kepada anaknya menjadi tugasku. Meski sulit, aku harus tetap berusaha.

Pagi yang tenang tanpa banyak perbincangan hampir menjadi keseharian kami saat sarapan.

Sebelum pergi sekolah, kami selalu berdo'a, dan mengucapkan salam di depan foto mendiang orangtua kami.

"Kami berangkat."

Ryuuji bersekolah di dekat perumahan tempat kami tinggal, berbeda denganku. Jarak sekolahku cukup jauh. Harus naik kereta untuk bisa sampai ke sana. Sejujurnya aku ingin bersekolah lebih dekat agar bisa pulang tepat waktu untuk Ryuuji. Tapi paman kami yang bertanggung jawab untuk memperhatikan hidup kami, bersikeras agar nanti aku mudah untuk masuk ke perkuliahan Elite dan mendapatkan masa depan yang menjanjikan. Dan sekolah Futsuba-lah yang beliau rekomendasikan. Aku tidak bisa menolaknya, karena itu juga untuk kehidupan kami di masa mendatang.

Butuh waktu sekitar satu jam lebih agar aku samoai di sekolah Futsuba. Dan setelah tiba di sana, tidak ada lagi siswa yang berlalu lalang untuk masuk ke kelas. Karena mereka pasti sudah berada di dalam kelas. Ini selalu terjadi. Mengurus keperluan bekal untuk Ryuuji banyak memakan waktu.

Setelah berada di koridor dan berdiri tepat di depan pintu kelas, aku menggeser pintu lalu mengucapkan salam.

"Selamat pagi, maaf terlambat."

Setelah pintu depan kelas tergeser, seharusnya semua mata tertuju padaku. Hanya saja ini sudah terlalu sering terjadi. Hanya guru kelaslah yang sempat melihat ke arahku.

"Oh, Fujisaki-san. Silahkan duduk."

Suara beliau terdengar datar. Seolah sudah merasa bosan untuk mengucapkan kata tersebut.

"Terima kasih, Pak."

Kursi tempatku duduk berada di tengah kelas. Dengan berjalannya aku ke sana, aku selalu mendengar perkataan yang selalu tak ingin kudengar.

Anata no Egao (Senyumanmu)Where stories live. Discover now