prologue, kedua

3.5K 561 125
                                    

Maura

Aku benci suara bip! yang setiap detiknya berbunyi dari yang sekarang jadi teman akrabku.

'Hey, robot, kita bertemu lagi.'

Aku mengajak si teman itu bicara, bahkan kadang sampai ke sesi menceritakan kalau aku bosan diam terus disini. Ditinggalkan hanya berdua dengan kamu, Rob. This white painted wall is so boring, kenapa ngga ada warna lain? Putih itu menurutku, terlalu mati.

'Maura istirahat dulu disini ya?'

'Dulu? Mungkin yang tepat itu. Lagi, 'istirahat lagi disini.'' Lawan bicaraku tersenyum sambil menepuk tanganku.

Kamu mau tahu apa tantangan paling sulit bagi seseorang? Pretending that you were okay when you are absolutely no.

I'm sorry, I began to become a liar.

'Aku suka disini. Tenang.' Tambahku sambil membalas senyumnya.

The pain is still so raw, i could find it in my heart, skin, even in my bones.

That's why I don't want you to come, to reach out for me, to make me feel, no not feel, to watch me again with this pain.

'Nggak usah kesini.' Kataku. 'Jangan kesini.'

I'm sorry, I began to become a good liar.

'Maura, tolong jangan usir aku lagi. Biarin aku disini, ya?'

Gas, setengah diri aku menolak kamu untuk ada disini. Kenapa juga kamu harus ada disini ketika keadaannya sedang seperti ini? Aku nggak mau kamu lihat aku begini, Bagas.

Aku nggak mau kamu kasihani.

'Kamu harus pulang.'

'Kenapa aku harus pulang?' Dia bertanya, polos.

'Karena aku mau bisa hidup tanpa kamu.'

nepentheWhere stories live. Discover now