Chapter 12

357 57 6
                                    

"Apa kau akan ikut latihan malam ini?" tanya EVe saat kami sudah keluar dari kelas Prof. Scott.

"Tentu saja. Aku ingin berlatih memukul untuk menghajar si Pirang itu!" jawabku.

"Ah ... aku juga pirang, apa kau juga ingin menghajarku?" sambung Mera.

"Bukankah kita memang harus saling adu pukul?" Aku menyenggolkan bahuku ke bahunya.

"Menurutku, kau cukup oke. Dari begitu banyak pukulan dari Ceta, kau hanya kena tiga," ucap Brant. "Kau lihai mengelak jika kau bisa memusatkan satu pukulan telak, kau mungkin menang!"

Aku hanya mengedikkan bahuku. Menurutku aku sangat payah, dan jelas aku akan selalu babak belur. Mungkin aku harus mulai menyimpan obat penghilang rasa nyeri.

"Brant benar. Apa kau pernah ikut latihan bela diri?" sahut EVe.

"Tidak."

"Lihat! Tanpa latihan saja kau bisa bertahan cukup lama, jika kau sudah banyak latihan pasti hebat!" ucap EVe.

"Semoga," jawabku lesu.

"Ayolah! Kau harus yakin dengan dirimu sendiri!" Mera meninju ringan bahuku. Aku sedikit tersenyum.

"Oke!" balasku.

"Nyx!" seseorang memanggilku dari belakang. Kami berempat berhenti dan menoleh. "Aku ingin bicara denganmu."

Dia berjalan menghampiri kami dan ketiga temanku menatapku penuh misteri.

"Ken? Ada apa?" tanyaku. Dia sudah sampai di depanku.

Mera, EVe, dan Brant saling pandang dan seakan timbul kesepakatan tanpa kata mereka memilih pergi.

"Kami duluan!" ucap Mera.

EVe membisiki telingaku, "Aku sudah menahan mulutku untuk tidak bertanya tentang kopermu yang ada di mobil Senior Kendrix, tapi aku ingin penjelasan untuk yang satu ini!"

Sementara Brant hanya mengedipkan sebelah mata seakan berucap 'Semoga kencanmu sukses!' Kemudian mereka bertiga pergi.

Aku diam menunggu Ken mengatakan apa yang dia inginkan. "Mau minum teh denganku?"

"Minum teh?"

"Ya. Kau mau?"

"Boleh, dimana?" tanyaku.

"Kamarku," jawabnya singkat.

Apa?

Kamarnya?

Apa aku tidak salah dengar?

Masuk ke asrama penuh siswa bersama putra pemilik sekolah lalu naik tangga ke lantai atas yang merupakan asrama khusus staf dan masuk ke kamarnya?

Menurutku itu tidak terdengar seperti ide yang bagus.

"Apa tidak apa-apa?" tanyaku ragu.

"Tentu. Memangnya akan kenapa?" jawabnya.

"Itu akan membuat orang berpikir yang tidak-tidak." Ken menatapku bosan.

"Apa kau benar-benar peduli dengan yang dikatakan orang? Kalau ya, kau seharusnya berhenti menyukai Aleks." Tanpa menunggu persetujuanku lagi dia sudah menarikku pergi.

"Kenapa kau jadi bawa-bawa Aleks?" tanyaku jengkel. Dia tak menjawab. "Oke, sekarang kita lihat dari sudut pandangmu! Apa tidak masalah jika putra pemilik sekolah menyeret salah satu siswi di sekolahnya untuk masuk ke kamarnya?"

Ken langsung melepas genggamannya dan menatapku tajam. Sejauh ini aku tak pernah melihatnya marah, dia selalu tersenyum dan penuh canda tapi saat marah dia sangat mengerikan.

ARAS: The BetrayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang