Scene 5: Team Up

409 37 2
                                    

Rukia termenung tanpa ingin melihat lurus ke depan. Tatapannya tertuju pada tangannya yang bergerak gelisah di atas pangkuan. Napasnya tertahan di tenggorokannya, saat suara itu akhirnya berkumandang di telinganya.

"Rukia, kau baik-baik saja?" Pertanyaan itu terlontar keluar dari mulut kakaknya, yang masih terlilit perban dan terduduk nyaman di punggung ranjang. Sorot matanya sedikit sendu, dengan kilat kekhawatiran yang begitu kentara. Dia begitu mengkhawatirkan keadaan adik kecilnya.

"Seharusnya aku yang menanyakan hal itu ... nii-sama," jawab Rukia, mengangkat wajahnya setelah sekian lama menunduk. "Kau terluka."

"Tidak seburuk kelihatannya." Byakuya sedikit tersenyum, tapi bukan dari sudut mulutnya. Wajah dan matanya yang hanya berbicara. "Kyouraku yang menjagamu?" tebaknya kemudian.

Rukia mengangguk, menggigit bibirnya karena kegugupan berputar-putar dalam perutnya. Kakaknya masih belum menyinggung soal identitas dirinya, ataupun strigoi yang menyerang rumah mereka, ataupun kristal keramat itu. "Nii-sama, mengenai ... maksudku—kau pasti tahu, bukan? Penyebab semua ini, juga Kyouraku-san..."

Byakuya terdiam, menarik napas dalam-dalam. Hal ini menambah ketegangan di dalam ruangan semakin terasa mencekik. Di antara Rukia dan Byakuya, hanya mereka yang mengerti situasai yang terjadi. "Mereka sudah menceritakannya kepadamu?"

"Ya," jawabnya singkat. Menimbang-nimbang untuk mengerti raut wajah kakaknya yang bisa menyerap informasi hanya dalam sekilas tatapan. "Soal strigoi, werewolf, juga spring fairies. Kau—menyembunyikan hal ini dariku, nii-sama."

"Maafkan aku, Rukia. Aku tidak punya pilihan lain," desahnya, terasa berat di relung jantungnya. Adiknya tidak mau menatap dirinya.

"Aku mengerti kalau nii-sama berusaha untuk melindungiku. Tapi, masalah ini—strigoi, juga werewolf yang menculikku, lalu mitos mengenai fairies, elfs, witches, juga kristal itu—semuanya membuatku bingung." Rukia mengerutkan dahinya, menutup matanya pada dunia yang berusaha menilainya. "Aku bahkan tidak mengerti, di mana aku sekarang berada."

"Kau berada di tempat yang seharusnya, Rukia. Aku ingin mengungkapkan semuanya kepadamu, tapi aku tidak bisa."

"Kau menyembunyikan segalanya dariku, nii-sama," protes Rukia, sedikit amarah mulai tersulut. Kepalan tangannya sekeras bongkahan batu. "Jadi, kini aku tinggal di dunia mimpi? Mitos? Apakah aku juga ... fairy?"

Suara pintu terbuka, memotong pembicaraan mereka yang mulai memanas. Rukia hampir meneriaki orang yang baru saja masuk ke dalam ruangan, namun diurungkannya begitu melihat Kyouraku tersenyum padanya. Sang pemimpin werewolf yang sekarang berdiri menjulang layaknya patung hidup.

"Kuchiki Byakuya, bagaimana kabarmu?" tanya Kyouraku, tersenyum ramah dan sedikit menundukkan tubuhnya sebagai salam. "Ketua spring fairies dari Jepang."

"Dan Sang Alpha sendiri yang menemuiku, Kyouraku Shunshui."

"Itu sudah lama berlalu, aku bukan lagi seorang Alpha," ungkap Kyouraku, dengan tertawa keringnya seperti mengatakan takdirnya. "Hachigen segera menghubungiku, begitu kau terluka parah akibat serangan strigoi."

"Terima kasih sudah menjaga adikku, selama kondisiku belum pulih sepenuhnya," ucap Byakuya, lagi-lagi tanpa ekspresi berlebih. Tapi, kata-katanya terdengar serius, demi menjaga keselamatan sang adik, dia rela melakukan apapun untuk menebusnya.

"Itu sama sekali tidak masalah untukku. Lagipula, rumah ini terbuka bagi siapapun yang membutuhkan pertolongan, juga terkhusus bagi keluargamu. Anggap saja sebagai pembalasan hutang budi yang tidak akan pernah bisa kuganti untukmu, Byakuya."

The Dark Legacy: First Quarter | BLEACH; IR {Book 1}Donde viven las historias. Descúbrelo ahora