Catatan Keenam - Ida Bagus Made Aditya

132 11 5
                                    


H+32, Di suatu tempat yang aman.


Sapto membuka pintu ruanganku dan menghampiriku yang sedang duduk daritadi sambil memperhatikan beberapa foto foto jurnalis yang mengabadikan beberapa foto fenomenal saat mayat mayat itu mengambil alih kota - kota besar negara ini. Luar biasa memang jurnalis dan wartawan negara ini. Mereka dengan penuh keberanian mempertaruhkan nyawa mereka demi memotret dan meliput semua kejadian kejadian di saat outbreak.. Banyak dari mereka yang tidak selamat, namun hasil dokumentasi mereka

"Pak, ini ada bli Made.. Dia salah satu penumpang yang baru saja datang semalam kesini." Sahutnya.


"Oh ya? Dia darimana? Bali?" Tanya saya.


Metode saya saat ini adalah memfokuskan semua bukti bukti di seminggu pertama outbreak. Mencari saksi saksi hidup ataupun catatan catatan yang tim lapangan dapat kumpulkan terkait soal kemunculan kemunculan awal mayat itu, dan mencari penyebab kegagalan negara ini mengatasinya. Baru setelah itu berlanjut ke minggu berikutnya, dan berikutnya, dan berikutnya sampai sekarang ini.


"Dia seorang Supervisor di St.Regis Hotel Bali. Dia ada saat Outbreak muncul di Bali." Jelas Sapto.

"Wah.. baguslah, tapi dia siap buat nyeritain pengalaman dia?" Tanya saya sambil merapihkan meja saya.


"Dia yang mengajukan diri pak buat bercerita." Jawab Sapto.

"Oke suruh masuk aja klo gtu." Perintah saya sambil berjalan mendekati pintu ruangan saya.


Tak lama kemudian Sapto masuk kembali bersama seorang pria yang tidak berbeda jauh umurnya dari saya, tanda tanda kelehan masih tampak di mukanya, termasuk juga rasa lega karena sudah sampai di tempat ini. Saya segera menyambutnya dan menjabat tangannya. Saya menawarkannya minuman ataupun cemilan namun dia menolak secara halus dan bilang klo dia ingin segera menceritakan pengalamannya.



H+0, St. Regis Resort - Nusa Dua, Bali


Sebagai Supervisor, tugasku adalah mengawasi kinerja Office boy, Housekeeping, Room Service, dan segala karyawan yang berhubungan langsung dengan konsumen hotel ini.



Hari itu, dari kemarin tepatnya, kegiatan hotel kami berlangsung sedikit berbeda. Banyak tamu hotel yang tidak keluar dari kamar karena mengeluh sakit. Ruangan breakfast, cafe, restoran, pool area, bahkan lobby hotel terlihat lengang. Tamu tamu tetap datang dan pergi seperti biasa tentu saja, tapi dapat terlihat bahwa aura hotel kami saat itu seperti sedang 'sakit'.


Tamu tamu yang check out tampak lemas. Anak anak mereka murung, atau tertidur dan digendong orang tuanya yang juga sedang batuk batuk.


Tamu tamu yang check in beberapa mengenakan masker sambil batuk batuk. Mereka tidak seceria atau se excited seperti yang biasanya kami lihat.


Mungkin karena sedang musim hujan bli, begitu kata ni luh Kadek, resepsionis hotel ini yang saat itu sedang bertugas. Dia pun merasa tidak enak badan. Staff hotel ini juga ada beberapa yang mengeluh sakit, namun karena mereka harus bekerja, kebanyakan dari mereka menghiraukan rasa sakit mereka dan hanya meminum obat obat batuk dan panas untuk meredakan gejala mereka.

Catatan yang (Masih) SelamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang