Catatan Keempat Belas - Adi Baskoro

49 5 0
                                    

H+5 Kota Bogor, Jawa Barat
Tak terasa sudah hari ke-5 semenjak kericuhan yang terjadi, hanya terdengar kabar bahwa seluruh Indonesia mengalaminya. Entah datang dari mana mayat-mayat itu. Sebagai seorang sarjana jurusan elektro yang kurang beruntung dalam mencari kerja, aku akhirnya menjadi pegawai reparasi alat elektronik baik itu AC, Kulkas, Oven, dan berbagai alat elektronik rumah tangga lainnya. Karena pekerjaanku itu juga aku jadi terjebak disini, di salah satu ruangan laboratorium di sebuah sekolah menengah pertama. Saat semuanya ini terjadi aku sedang bekerja mereparasi dua buah unit AC split di ruangan laboratorium ini seorang diri, ruangan yang sedikit terisolasi ini membuatku tidak menyadari akan apa yang terjadi di luar sana. Aku terlalu asyik bekerja sampai sampai tidak sadar hari sudah hampir sore, segera saja aku menyelesaikan pekerjaanku dan meminta bayaran ke ruang TU sekolah ini. Saat aku keluar dari ruangan itu, suasana sekolah sudah sangat sepi, tidak ada satu orangpun yang bisa kulihat di pandanganku. Sungguh sepi sekali! Perlahan tapi pasti bulu kudukku mulai naik. Aku melihat suasana kelas kelas yang kulewati tidak seperti biasanya. Biasanya meja dan bangku pasti tersusun rapi, namun kali ini meja dan kursi semua berantakan.. Pintu kelas tidak ditutup, bahkan ada beberapa tas sekolah yang masih ditaruh di meja..

Aneh.. Sepertinya sekolah ini ditinggalkan secara buru buru.. Ada apa ini?

Saat aku akhirnya sampai di ruang TU sekolah ini, ruangan itupun kosong dan berantakan. Ya, aku makin sadar ada yang tidak beres.. Tangan dan lututku mulai gemetaran.. Jangan jangan sekolah ini berhantu? Jangan jangan aku sedang berada di alam lain? ASTAGHFIRULLAH! Aku mencubit cubit kulit lenganku. Sakit.. ini artinya aku tidak bermimpi..

Buru buru aku masukkan surat kerjaku ke dalam tas yang berisi peralatan kerjaku dan segera saja aku berlari keluar dari sekolah ini.

Saking terburu burunya aku berlari, aku terpeleset dan terjerembab di lantai, aku melihat keadaan sekitarku untuk mencari tahu kenapa aku bisa terpeleset, aku terkejut saat melihat aku terpeleset karena sekumpulan darah. Lebih terkejut lagi aku saat aku melihat ada tubuh manusia yang terbujur kaku di balik pintu sebuah ruangan, kepalanya hancur hingga tidak berbentuk lagi. Aku terkejut bukan main dan segera bangkit dan lari sejauh mungkin keluar dari sekolah ini.

A..Apa yang terjadi?

Di luar sekolah, aku dihadapkan pada pemandangan yang kurang lebih sama dengan keadaan di dalam sekolah tadi. Suasana sangat sepi. Di jalan raya bahkan tidak satu kendaraanpun yang lewat. Semua orang seperti lenyap..

Kunyalakan sepeda motor 2 tak ku dan segera menuju ke kos kosanku di daerah Depok. Di perjalanan situasi kota masih saja sama.. Aku tidak menemui satu orangpun.. Padahal sekolah tadi berada di dekat pusat kota Bogor, seharusnya banyak aktivitas yang masih berjalan.. Apakah aku masih berada di alam lain?

Akhirnya aku bertemu dengan beberapa orang yang memanggilku. Mereka menyuruhku mematikan motorku yang berisik ini agar tidak terdengar oleh orang orang gila itu. Aku justru bingung.. Orang gila apa? Ada apa sih ini? Apa jangan jangan mereka mau merampokku?

Aku tidak menghiraukan perkataan ketiga orang itu dan kembali memacu kendaraanku. Saat aku berbelok, aku sampai di salah satu jalan raya yang cukup ramai.. Akhirnya.. kehidupan..

Namun saat aku liat lebih lanjut lagi, sepertinya ada yang aneh.. suasana kota Bogor seperti sedang kerusuhan.. Orang orang turun ke jalan, beberapa bangunan terbakar, tiang listrik korslet dan mengeluarkan percikan percikan listrik, dari jauh terlihat asap tebal dimana mana. Spontan aku menghentikan laju motorku dan menatapi semuanya dengan heran. Belum selesai aku menatapi itu semua, ada orang yang mendekapku dari belakang, mulutku ditutupnya untuk mencegah aku berteriak. Dia berbisik kepadaku kalo dia tidak akan menyakitiku dan kemudian mematikan motorku. Dia kemudian segera menarikku keluar dari jalan raya itu dan kembali bertemu dengan kedua temannya tadi.

Mereka lalu menjelaskan padaku apa yang terjadi pada kota Bogor hari ini. Awalnya aku tidak percaya, namun setelah kupikir pikir lagi, sepertinya apa yang mereka jelaskan itu benar. Aku bersikeras untuk kembali ke motorku agar bisa pulang ke kosanku, namun mereka menahan, kata mereka orang orang gila itu sangat sensitif terhadap suara dan motorku itu pasti akan menarik perhatian mereka. Benar saja, saat aku mengintip kembali ke jalan raya tadi, ada segerombolan lebih orang orang gila itu yang mendatangi motorku.. Tampang mereka sangat pucat dan penuh darah di sekitar baju dan muka mereka, seperti melihat.. Mayat..

Aku akhirnya setuju untuk ikut dengan ketiga orang tadi. Mereka mengusulkan untuk bertahan hidup di sebuah bangunan besar yang bisa dibarikade dan di sekitarnya banyak tempat makanan untuk dimakan. Aku teringat sekolah yang tadi dan kuajukan saja sekolah itu, mereka semua setuju dan akhirnya kami semua berjalan ke sekolah tadi lagi.

Sesampainya kami di sekolah, kami segera bahu membahu membarikade pagar sekolah agar tidak gampang didobrak dari luar, pintu masuknya pun kami rantai dan kami gembok. Setelah jalan masuk ke sekolah aman, kami melihat lihat ke masing masing ruangan di sekolah ini untuk mencari apapun yang mungkin bisa kami gunakan untuk bertahan hidup. Kami juga menemui beberapa orang gila itu yang terkurung di dalam ruangan kelas. Aku kaget saat melihat ketiga orang itu dengan mudahnya memukul bocah smp yang kami temukan itu dengan Tang dan benda tumpul lainnya yang kami temui di jalan. Mereka lalu menjelaskan padaku bahwa orang ini bukan manusia lagi, orang gila ini akan menyerang kita dan bertujuan menggigit kita dan memakan kita.

Sudah larut malam saat kami semua akhirnya selesai menyusuri tiap ruangan di sekolah ini. Kami lalu memutuskan untuk stay di salah satu ruangan kelas yang cukup luas di lantai atas sekolah ini. Kami lalu menghabiskan malam itu sambil mendengarkan sebuah radio untuk mencari informasi dan memakan makanan yang kami temukan di kantin sekolah ini.

Sebuah siaran darurat mengatakan bahwa ada serangan yang belum bisa ditentukan siapa pelakunya, namun dugaan sementara ini adalah aksi bioterorisme yang menyerang di hampir semua kota kota di Indonesia. Aksi bioterorisme ini mengakibatkan banyak orang yang tewas dan bangkit kembali menjadi manusia tak berjiwa seperti mayat. Mereka yang masih selamat diharapkan untuk menghindari konfrontasi apapun dengan 'mayat' ini. Dikatakan juga agar warga yang bisa pergi ke pos evakuasi diharapkan untuk pergi ke sana, namun bila tidak bisa jangan dipaksakan. Militer sedang menyusun kekuatan untuk mengembalikan keadaan seperti semula.

3 orang itu pergi keluar untuk mencari suplai keesokan harinya, namun hingga hari ini mereka tidak kembali.. Untuk mengusir rasa bosan, aku menulis sebuah catatan di buku ini, Milik Rizky Nirwana. Entah siapa dia. Aku menemukan buku tulisnya di loker saat mencari peralatan yang bisa digunakan.

Hari ini tepat 5 hari aku berdiam disini. Sepi, sunyi. Sendiri. Aku terjaga sejak semalam, hanya takut barikade kursi yang kubuat. Diterobos oleh mayat-mayat sialan itu. Persediaan makanan sudah mulai menipis. Aku semakin yakin ketiga orang itu tidak akan kembali lagi.. entah apa yang terjadi pada mereka.. Tapi yang jelas aku tidak bisa disini terus.

Pukul 20.34
Kuperhatikan dari hari sebelumnya, mayat itu bergerak lambat di malam hari. Dan mumpung sekarang masih malam, aku bergegas keluar. Lewat Atap yang sudah kurancang untuk jalan keluar. Disekitar sini ada minimarket yang ditutup. Namun isinya masih lengkap. Makanan, minuman, obat obatan, peralatan masak, semuanya ada... Aku pergi membawa ransel peninggalan salah satu dari tiga orang itu, perlahan lewat atap. Dan melangkah hati-hati.

Setelah melompat diantara atap, aku pun turun dengan melompat ke tembok yang lebih rendah. Aku melihat di depan sekolah, keadaannya sepi. Ah ternyata di belakang sekolah ini ada rel kereta api.. Aku berjalan dengan gemetar dan hanya membawa besi tajam dan ransel.

Huh, sampai di minimarket tanpa masalah. Menjarah apa yang bisa dimuat di ransel dan langsung pergi. Aku terkejut, tiba-tiba ada 3 mayat di pintu belakang minimarket. Aku langsung berlari ke depan dengan sepenuh tenaga dan segera menghilang dari pandangan mayat mayat itu.

Aku memanjat tembok, melompat diantara atap dan sampai ke tempat persembunyianku. Menutup atapnya lalu bersembunyi sambil makan dan minum. Ya, aku masih bertahan namun mungkin mayat itu akan mencium keberadaanku disini. Siapapun yang membaca Catatan ini, tolong. Aku, Fadhlan, kan pergi ke Stasiun Besar Bogor. Menyusuri rel. siapapun yang membaca ini. Tolong, kirim bantuan kesana.

02.18
Hampir setengah jam berjalan. Menyusuri rel kereta. Aku lebih memilih menyelinap dan masuk ke dalam Bangkai2 kereta, karena bagiku mudah untuk menghindar. Kutinggalkan tempat persembunyianku di sekolah itu karena aku merasa sangat ketakutan dan tidak tahan lagi seorang diri di tempat itu. Rencanaku adalah menyusuri rel kereta api yang berada di belakang sekolah ini hingga aku bertemu Stasiun Bogor.

Sepi, Sunyi, dingin.. Aku terus berjalan. Bosan sekali. Aku harus bertahan sendirian. Dingin udara pagi makin menusuk. Entah jam berapa sekarang, mungkin hampir jam 3 pagi. Ada sebuah gerbong di depan, segera saja aku naik ke gerbong itu untuk mencari apakah ada yang bisa kugunakan. Tapi tunggu, ada 1 mayat di ujung gerbong. Aku langsung menganalisa, melihat ke kiri kanan ada sungai yang mungkin dalam. Memungkinkan melompat jika ada yang tidak berjalan sesuai rencana. Aku mulai mengendap ngendap lalu..

CRAAKKKKK

Kupukul kepala mayat itu. Mayat itu langsung tersungkur jatuh namun masih bergerak, segera kupukul lagi dan lagi dan lagi hingga kepalanya hancur. Saking nafsunya memukul aku sampai tidak sadar aku telah memukul besi yang ada di ujung kereta saat memukul mayat itu. Bunyi dentingan sangat nyaring terdengar..

Aku baru mau mencari suplai lagi di gerbong ini saat aku akhirnya sadar bahwa gerbong ini menggantung di antara jembatan yg hancur. Semakin memperburuk suasana, beberapa mayat datang dari belakang entah darimana. Aku langsung memanjat ke jendela gerbong itu dan keluar lewat jendela itu. Anggap saja lebih baik mati berusaha dari pada diam saja.

Aku menggantung di samping gerbong. Mayat itu berdatangan, gerbong pun mulai tergeser karena berat mayat2 yang datang. Aku memanjat ke atas gerbong ini dan kemudian mengambil ancang ancang untuk melompat ke seberang jembatan, tidak kupikirkan lagi sampai atau tidaknya, yang penting adalah aku selamat. Gerbong kereta semakin miring dan akhirnya aku memberanikan diriku untuk meloncat.

GRAANGGGG, Gerbong itu tergeser dan jatuh ke dalam sungai bersama mayat-mayat tadi. Aku sendiri berhasil mendarat dengan selamat di ujung jembatan dan melihat sendiri bagaimana gerbong itu perlahan tenggelam ke sungai itu. Aku rasa tidak lama lagi akan semakin banyak mayat yang berdatangan akibat suara tadi. Aku pun mengumpulkan kembali semangatku dan kembali berjalan sebelum hal buruk terjadi. Hari akan semakin pagi dan menjadi siang. Harus sampai di Stasiun Besar itu sebelum matahari semakin bersinar..

PUKUL 5.24
Aku akhirnya sampai di stasiun ini. Tadinya aku berharap Stasiun ini adalah pusat evakuasi Kota Bogor, dugaanku benar, stasiun ini adalah tempat evakuasi. Namun aku terlambat, suasana di stasiun ini sudah seperti ditinggalkan.. Banyak tenda tenda dan barikade kantung pasir dan kawat berduri yang mengelilingi kawasan stasiun ini, tapi tidak ada satu orangpun. Keadaan stasiun ini bagai bekas zona perang, jenasah menumpuk tinggi di jalan raya, beberapa tumpukan lagi tampak hangus terbakar di dalam stasiun Bogor. Ada beberapa rangkaian kereta yang tampaknya bekas ditiduri orang banyak. Beberapa mayat berjalan di dalam stasiun ini, beberapa ada yang sedang memakan sisa sisa orang. Aku yakin disini pasti banyak sekali barang yang bisa kugunakan.. entah itu obat obatan, pakaian, makanan dan minuman, hingga senjata.

Aku mulai memasuki stasiun ini dan mencari apapun yang mungkin bisa kugunakan sambil mengendap ngendap membunuh mayat yang ada.

Ternyata tidak banyak juga yang bisa kugunakan, sepertinya sudah dibawa pergi semuanya. Yang ada malah mayat mayat itu ternyata lebih banyak dari yang kuduga sebelumnya. Awalnya aku masih sanggup menghadapi beberapa mayat, namun lama kelamaan jumlah mayat itu makin banyak dan muncul darimana saja. Aku mulai kelelahan memukuli mayat itu. Tanpa pikir panjang, aku berlari ke areal taman disamping stasiun ini. Dengan sigap aku menghindari mayat mayat yang ada di jalanan. Seingatku, di taman ini ada sebuah tempat dengan tembok besi tinggi dan Areal permainan anak anak. Namun dengan memanfaatkan pengetahuanku mungkin pagar besi itu bisa dimanfaatkan dengan menggunakan listrik.

Aku berhasil mengumpulkan kawat besi yang kuambil dari barikade tentara itu dan kemudian aku melilitkan semua kawat kawat itu ke sekeliling pagar besi.

Aku lalu mencari ruangan yang menampung genset, di areal publik seperti ini tidak mungkin pengelolanya tidak menyimpan genset. Benar saja, aku menemukan ruangan maintenance yang bersisi satu buah genset dan kabel rol yang panjang.

Kabel-kabel tak terpakai langsung ku sambungkan ke Genset itu lalu dililitkan ke pagar-pagar dan barikade besi. Dengan cepat aku mulai menyalakan genset. Jadilah pagar listrik yang berkekuatan cukup tinggi.. Mayat mayat yang berada di luar tertarik karena mendengar bunyi genset yang cukup keras dan mencoba menerobos masuk, namun karena pagar listrik itu, mereka semua hangus terbakar hingga kepala mereka meledak dan meleleh. Tanpa perlu bersusah payah aku berhasil mengalahkan mungkin lebih dari 30an mayat. Aku tak tahu akan bisa bertahan sampai kapan di tempat ini, namun aku bangga dengan diriku sendiri..

Aku lalu mulai menyusuri sekitaran taman ini dan mendapati sebuah minimarket yang masih banyak suplainya. Baguslah.. setidaknya masih ada bahan makanan.. Selain itu di depan taman ini juga terdapat pusat perbelanjaan yang cukup besar meskipun aku harus keluar dulu dari areal taman ini untuk bisa kesana. Untuk sementara ini aku akan bertahan hidup ditempat ini..

Catatan yang (Masih) SelamatWhere stories live. Discover now