Part 28 | An Opportunity

103K 4.2K 80
                                    

[ Edisi revisi 1 Feb '18 ]—[ Revisi kedua 15 Ags '21 ]

ʜᴇ'ꜱ ᴍʏ ʜᴜꜱʙᴀɴᴅ

"Hallo?"

Keyra terdiam saat mendengar suara dari ujung telepon itu. Dia sangat mengenal suara itu. Sangat...

"Hallo? Saya akan menutup telpon—," ujar wanita itu saat si penelepon tak kunjung angkat suara. Namun, akhirnya dengan terburu-buru, Keyra langsung menjawabnya.

"Tu-tunggu!" Tanpa terasa, suaranya agak meninggi, membuat sang lawan bicara agak berjengit kaget.

"Ya?" Kembali. Suara yang sangat diharapkannya terdengar. Keyra hampir saja meneteskan air matanya.

"A-apa kita bisa bertemu?" Tidak ingin membuang kesempatan, diapun meminta wanita tersebut untuk bertemu dengannya.

"Apa?" Wanita itu bertanya dengan bingung.

Baru saja ingin bertanya apa maksud dari si penelepon, suara seseorang menginterupsi. "Siapa, Kak?" Mendengar suara seorang lelaki, lagi-lagi netra sayu Keyra berkaca-kaca. Namun, dia mencoba untuk tidak menangis sekarang.

Merasa bukan untuknya, wanita itupun mengalihkan pembicaraan. "Ah, mungkin Anda ingin berbicara dengan adik saya."

Seketika, Keyra gelagapan. "Tunggu! Tolong—," Namun sayang, ucapannya harus terpotong karena lagi-lagi suara seorang laki-laki menginterupsi ucapannya.

"Kak? Siapa?" tiba-tiba suara laki-laki itu muncul lagi.

"Sepertinya ini untukmu." Setelah itu, suara wanita tadi pun tidak terdengar lagi, membuat Keyra memejamkan matanya. Kesempatannya hilang.

Hening beberapa saat, lalu terdengar dengusan napas kasar di seberang telepon. Keyra tahu, lelaki itu pasti akan memutus sambungan teleponnya. "Jangan ditutup, kumohon," ujarnya cepat.

"Aku tak punya banyak waktu," balas Zhio dengan suara yang begitu dingin.

Keyra sempat tertegun sejenak. Terhitung tiga bulan lamanya dia tidak pernah lagi mendengar suara lelaki itu. "Kamu pasti tahu keadaan Kak Allard sekarang. Kumohon, pertemukanlah Kak Ayra dengan kakakku. Kumohon...hiks hiks..."

Tangisan yang sedari tadi ditahannya seketika pecah. Zhio adalah harapan satu-satunya untuk kesembuhan sang kakak. Tubuh rampingnya bersender pada pintu kamar dengan putus asa. Dengan sekuat tenaga menahan isakannya agar sang ibu tidak mendengar.

"Tidak. Aku tidak akan pernah mempertemukan mereka sampai kapanpun!" ujar Zhio mutlak, lalu segera memutuskan sambungannya.

"T-tunggu! Hallo?" Namun terlambat, suara panggilan telah terputus seolah pertanda harapannya tinggallah sebuah angan.

Kini tubuhnya tak lagi bersandar. Dia meringkuk memeluk ponselnya, menangis dalam diam. Meratapi kesempatannya yang hilang seketika.

Dia tidak tahu sepintar apa pemuda itu sampai ponselnya pun tak dapat terlacak. Bahkan, meskipun ponsel pemuda itu terkadang aktif, namun seperti terdapat sebuah pelindung pada ponsel tersebut sehingga membuat orang-orang suruhan sang ayah masih belum bisa melacak keberadaannya.

Lagi-lagi dia gagal. Dia gagal menolong kakaknya. Dia gagal menolong keluarganya.

ʜᴇ'ꜱ ᴍʏ ʜᴜꜱʙᴀɴᴅ

Esoknya, sepulang dari sekolah, Keyra kembali menjenguk Allard. Sepi. Suasana itulah yang dia dapati saat menginjakkan kakinya pada bangunan serba putih itu. Sepertinya para pasien sedang menjalani terapi atau entahlah, dia juga tidak tahu.

He's My Husband [ REPUBLISH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang