R&J 1

3.3K 309 48
                                    

Nasib Sepeda Joya

"Kamu masih saja sama, menyebalkan dan menjadi pengganggu utama dalam hidupku. Kapan kamu akan bosan melakukan rutinitas nakalmu?"


"Joy–Joy–Joyaaa!" Teriakan melengking bak peluit itu nyaris membuat semua yang mendengarnya mengalami kerusakan parah pada gendang telinga.

Gadis pemilik nama yang diserukan spontan menutup telinga agar tidak berdampak buruk pada pendengaranya. Joya tidak ingin telinganya rusak saat masih muda dan segar bugar.

"Apaan, sih, lo lebay banget deh?" Gadis itu memaki sahabat baiknya dengan kesal.

"Sepeda lo ... sepeda lo dikempesin sama kutu kupret lo itu!"

Mata Joya lalu membelalak, pernyataan gadis bernama Aliya membuatnya harus membatalkan acara makannya di kantin.
Gadis imut itu berlari ke parkiran di mana sepedanya terparkir. Setelah sampai, Joya menghela napasnya dengan kasar. Benar kata Aliya, dua ban sepedanya sudah kempis.

"Kuda poni! Dasar jelek, sinting, kutu kupret, tai lo. Maju sini, gue telen lo hidup-hidup!" teriak Joya mengerahkan semua kekesalannya. Ia bersumpah serapah tanpa berpikir mengampuni orang yang sudah membuat hidupnya sengsara.

"Nggak usah teriak-teriak, gue di sini." Suara orang tersebut berada di atas pohon dekat parkiran. Reflek, kedua gadis itu menengadah, menatap pemuda nakal yang nangkring di atas sana.

"Turun lo!" perintah Joya seraya berkacak pinggang.

"Mau apa? Mau cium gue, ya? Idih nakal." Pemuda itu malah membuat Joya semakin kesal. Ocehannya selalu saja ampuh membuat hari-hari gadis itu semakin runyam.

"Ish, Kuda poni jelek!" Joya masih kesal, sehingga kata-kata yang keluar dari mulutnya begitu tidak terkontrol.

"Kurang banyak, sih. Kan, cuma kempes nggak sampai penyok."

Lihat, pemuda itu masih saja sama, mengganggu gadis bernama Joya Avara tanpa merasa bersalah sedikit pun. "Idung lo yang gue penyokin!"

"Cie, mau cium hidung Abang Rey yang mancung ini." Jawaban pemuda bernama Reynand memang sengaja membuat Joya darah rendah.
Gadis itu ingin sekali menjambak poni pemuda bermarga Arkatama itu dengan sekuat tenaga. Kemudian mengguntingnya sampai botak seperti tuyul.

Merasa ikut kesal, kini giliran Aliya yang berteriak, "Mendingan lo turun deh biar ngerasain bogemnya Joya!"

"Nggak! Gue nggak mau turun. Takut digigit Joya, Abang belum siap."
Dasar kutu beras.

"Lo mau di situ sampai pelajaran selesai? Turun atau gue sunat ulang lo pakai gergaji?!" ancam Joya. Namun, detik kemudian tidak ada yang berubah, Reynand Arkatama masih menjawab semaunya.

"Emang lo ahli dalam sunat menyunat? Jangan bahas itu, belum muhrim." Pemuda itu menggeleng tidak setuju.

Kesabarannya mulai habis, Joya mengambil batu-batu kecil lalu melemparnya pada Reynand yang masih di atas pohon, tetapi lemparan gadis itu selalu meleset.

"Nggak kena sayang, lo nggak jago lempar batu. Belajar dulu sama Abang Rey, gue jago lempar, lempar cinta buat Neng Joya," celetuk Reynand seraya menghindari lemparan kerikil dari Joya dan Aliya.

Reynand & Joya | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang