R&J 6

1.3K 189 13
                                    

Please, Katakan ini Bukan Baper
"Joya"

"Mau ke mana sih, Rey?" Pertanyaan itu keluar sejak tadi, ketika tangannya ditarik paksa oleh pemuda beranting itu.

"Main bulu tangkis."

Sontak, Joya mendecak. "Gue nggak bisa!"

"Ntar gue ajarin." Lihat, jika sudah ada kemauan, pemuda bernama Reynand tidak akan kehabisan cara untuk membuat siapa pun menurut.

Joya mengerucutkan bibirnya, seraya mengikuti pemuda itu ke dalam gedung tempat bermain badminton dengan ogah-ogahan.
Sampai di dalam, gadis itu menaruh tas lalu duduk di pinggir lapangan.
Sedangkan Reynand sedang mengambil perlengkapan untuk bermain bulu tangkis.

"Ngapain, sih, Kuda poni maksa gue buat ikut bulu tangkis?" gumam Joya sedikit kesal.

"Ayo, gue ajarin dulu!" Reynand menarik tangan Joya ke tengah lapangan, yang mana sudah dia pesan sebelumnya.
Joya pun berlatih terlebih dulu, sebelum benar-benar akan bermain bersama Reynand yang sepertinya memang sudah mahir.

Setelah beberapa saat berlatih, Joya sudah lebih beradaptasi. Keduanya pun memutuskan untuk memulai permainan dengan sungguh-sungguh.

"Kita harus taruhan!" seru Reynand kemudian.

"Taruhan apa?" tanya Joya polos. Ia tidak tahu apa lagi yang tengah Reynand rencanakan.

"Yang menang dapet hadiah."

"Curang, sengaja 'kan ngajakin main ini biar gue kalah? Enggak mau!" tolak Joya mantap. Ini kecurangan, sudah pasti pemuda itu yang akan menang.

"Takut kalah, ya?" Reynand mengejek, sehingga gadis itu menatap dengan sinis.

"Ok, gue mau." Joya mengiyakan, meski jika nanti kalah, dia akan memukul kepala Reynand dengan raket.

"Yang menang boleh minta apa pun dari yang kalah," tutur Reynand memberi tahu.

"Siapa takut!"

Akhirnya mereka memulai permainan.
Baru di mulai, Joya sudah kalah, terbukti dari kok yang dengan mudah masuk ke garisnya. Gadis itu menggeleng, tadi hanya permulaan, dia tidak boleh kalah.
Setelah beberapa kali melakukan permainan, ternyata Joya masih kaku, sepertinya gadis itu terlalu percaya diri.

Reynand memamerkan cengiran dan menatap Joya dengan remeh. Gadis itu sudah mendengkus tentunya, bersumpah serapah dalam hatinya.

Setelah beberapa menit permainan berlangsung, Joya tidak memasukan satu kali pun. Membuat senyum Reynand mengembang sempurna.

"Ini lemparan yang terakhir, ya!" ucap Reynand siap meluncurkan kok ke arah Joya.

Beberapa kali gadis itu sudah sedikit luwes menangani kok-nya. Ia juga bisa mengembalikan kok ke Reynand dengan baik.
Namun, tiba-tiba saja Joya menjadi panik karena pengembalian Reynand yang begitu cepat. Gadis itu menjadi hilang konsentrasi.

"Aw!" pekik Joya ketika raketnya sendiri membentur tepat di keningnya.
Sontak, Reynand yang menyadari apa yang dia lakukan, langsung berlari memeriksa keadaan gadis itu.

"Maaf. Nggak apa-apa 'kan jidatnya?" tanya pemuda itu seraya memeriksanya.

"Sakit Rey." Joya masih memegangi jidatnya. Kini gadis itu mulai berpikir, sepertinya ini karma karena niatnya yang ingin memukul Reynand dengan raket jika kalah.
Detik kemudian, Joya terperanjat ketika Reynand meniup keningnya.

Entah untuk ke berapa kali, ketika Joya menatap wajah pemuda itu, dia merasa jantungnya berdenyut cepat. Kenapa Reynand terlihat begitu tampan? Apalagi ketika pemuda itu memakai baju olahraga dan celana training panjangnya--rasanya begitu berbeda.

Reynand & Joya | ENDWhere stories live. Discover now