CSSI | 04

13.6K 858 10
                                    

"Mba ...," gumam Raisya hampir tidak percaya setelah melihat Riana nekat melukai tangannya sendiri. Refleks, Raisya langsung mengambil jarum tersebut dari tangan Riana dan membuangnya.

"Mba ini kenapa? Kenapa Mba nekat?" pekik Raisya terlampau kaget. Ia lalu mengobati luka Riana dengan kotak obat yang memang ada di ruangan tersebut.

"Mba nekat karena Mba udah gila. Mba udah terlanjur cinta sama mas Khayrul. Kalau kamu ngehancurin impian Mba, kamu akan kehilangan Mba untuk selamanya!" ancam Riana.
Raisya kini dilema. Ia harus menyampaikannya ataukah tidak?

Raisya semakin bingung. Kemudian, ia langsung berdiri untuk lanjut salat istikharah. Karena pilihan ini sangat berat bagi Raisya. Raisya sangat menyayangi kakaknya dan tidak ingin terjadi apa-apa kepada kakaknya.

***

Raisya saat ini sedang serius membaca buku tebal yang membahas mengenai islam untuk menambah pengetehuannya mengenai agama yang dianutnya. Sesekali ia mengangguk setelah paham apa yang ia baca. Ia terus membaca hingga ....

Drrrtt Drrrt Drrrrt

Raisya menghentikan bacaannya dan menutup bukunya. Ia meraih ponselnya yang berada tak jauh darinya. Kening berkerut yang menandakan ia tidak tahu siapa yang menghubunginya karena tanpa nama. Raisya pun menekan tombol hijau lalu mendekatkan ponselnya ke telinga.

"Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh," sapa Raisya.

"Wa alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Ini Mba Raisya ya?" Terdengar suara wanita dari telpon

"Ya. Maaf, ini siapa ya?" tanya Raisya

"Mba, ini aku Ilma," jawab wanita yang mengaku bernama Ilma itu

"Ilma. Ya Allah ini kamu, Il. Anaknya Bi Ningsih kan?" pekik Raisya bahagia.

"Iya dong, Mba. Mba apa kabar? Lama banget gak ngasi kabar."

"Al-hamdulillah, Mba baik-baik aja. Ilma, Bibi sama Nenek gimana kabarnya?" tanya Raisya

"Kalau Ilma, Ilma baik-baik aja, Ibu juga. Tapi ..." terdapat jeda, hingga Ilma melanjutkan ucapannya, "Nenek lagi sakit parah, Mba. Dan Nenek selalu nyariin Mba Raisya. Kan Mba Raisya yang selalu jagain Nenek dulu."

Raisya terdiam sesaat.

"Gimana mba? Mba Raisya mau ke sini kan?" lanjut Ilma ingin memastikan.

"Mba mau minta izin dulu sama Ayah. Kalau diizinin, in syaa Allah Mba akan ke sana," jawab Raisya.

"Udah dulu ya, Mba. Kalau Mba mau ke sini, Mba hubungin Ilma ya. Assalamu alaikum."

"Wa alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

Tuuut ....

Raisya menyimpan bukunya di atas meja lalu berjalan keluar kamarnya. Saat Raisya ingin menuruni tangga, ia mendengar Maya memanggilnya.

"Kamu udah dapat kabar dari Ilma kalau nenek lagi sakit?" tanya Maya

"Iya, Bu," jawab Raisya

"Ya udah kamu siap-siap sekarang. Ayah juga udah ngizinin kamu ke sana," ucap Maya

"Baik, Bu," kata Raisya kemudian kembali menuju ke kamarnya.

***

Raisya sampai ke rumah neneknya di Semarang jam 4 sore. Maklum saja, kota Jakarta tidak pernah absen dengan yang namanya macet. Tiap hari jalanan macet. Dan saat kemacetan itu, Raisya manfaatkan untuk muroja'ah hafalannya. Walaupun Raisya memang sudah sangat hafal alquran, ia tetap harus mengulang hafalannya karena jika tidak, hafalannya akan menghilang.

Cinta Suci Seorang IstriTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon