******HARI BERIKUTNYA********
"Kakaaaaaaaaaaaaaaaa"
'ugh suara itu lagi!' guman Kirana kesal.
"Duh tungguin dong ka, udah di panggilin dari tadi juga" Bella menarik tas ransel Kirana yang semangkin melangkah lebar
"Apaan si jangan pegang-pegang!" Bentak Kirana kesal.
Bella tekekeh renyah, mengangkat kedua tangannya menyerah. "Iya.iya jutek banget si. Mangkin cantik aja kalau jutek haha" ucap Bella jahil.
Kirana semangkin kesal dan menatap sengit ke Bella "Mau lu tu apaan sih?! Ngikutin gue mulu!"
"Aku? Ye ini kan jalanan umum aku ya mau ke fakultaslah" ucap Bella masih senyum nakal
"Ya udah jalan aja gak usah make manggil manggil gue segala. Sana dluan!" usir Kirana semangkin emosi melihat sikap Bella yang tidak takut sedikitpun
"Dih, jutek banget haha iya deh iya." Bella melangkah di depan Kirana yang masih diam di tempatnya. Karena Kirana memang ada kelas pagi mau tidak mau dia mengikuti Bella dari belakang.
Sesampainya di lantai empat, Bella berhenti di depan pintu ruangan yang tempat diadakan mata kuliahnya. Dia selalu takut jika datang terlambat, apa lagi terlambat satu setengah jam. Ia menoleh ke kanan, Kirana Rainy keluar dari lift dan hanya memandang Bella sekilas kemudian langsung masuk ke kelas.
Terlambat lima menit sebelum selesai bukanlah hal aneh untuk Kirana. Ia tidak pernah takut atau sungkan terlambat mengikuti kelas kuliah.
Melihat sikap cuek Kirana, Bella mengikuti Kirana yang memasuki kelas terlebih dahulu. Seperti biasa jika ada mahasiswa yang telat masuk para dosen hanya diam saja tapa komentar.
Bella memilih duduk di bangku terdepan dengan teman-temannya setelah membalas senyum Tiara yang duduk di samping Kirana, mereka duduk di bangku nomor dua.
"Lo kemana aja si? Tumben telat Bell?" tanya Dewi teman Bella yang duduk di sebelah kiri
"Duh gue semalem nginep di bogor, jadi telat banget hari ini. Dari bogor aja jam 8" ucap Bella memberi penjelan.
"Oh gitu, ya udah cepet kerjain ini dong takut banget gue di todong bu Tatik nyuruh ngerjain ke depan"
"Iya Bell lo kan jago kalkulus, gue dah kebelet pipis ni karena takut di panggil. Liat tuh si Rizal disuru ngerjain kedepan dah sepuluh menit Cuma bengong doang di depan" ucap Ria dengan wajah cemas.
"Ya udah mana soalnya biar gue coba kerjain" Bella mengambil binder dari tangan Dewi.
.
.
"Bell.. Bella" panggil Tiara mencolek punggung Bella yang duduk di depannya. Bella menoleh ke belakang
"Iya ka.?" Tanya Bella ke Tiara
"Kamu kemana aja? Kok gak ikut Positif kemarin.?" Tanya Tiara berbisik
"Ha.? Positif.?" Tanya Bella tidak mengerti
"Pekan olah raga informatika, Bella" ucap Tiara penuh penekanan. "Kamu sakit.?" Tanya Tiara lembut.
"Ooh haha. Enggak kok ka. Bella kemarin dari bogor sepupu Bella ada yang nikah" ucap Bella tertawa kecil. Tiara mengangguk mengerti
"Tiara!" panggil Dosen yang berada di depan.
"Ya buk.?" Tanya Tiara terkejut. Dosen itu menaikkan alis matanya tanda tidak mengerti dengan sikap mahasiswanya
"Kakak tadi disuruh ngerjain nomor tiga ka" bisik Dewi memberi tahu Tiara yang tidak mendengar saat dosen mereka memanggil dirinya.
"Oh gitu" ucap Tiara mengerti, dia melangkah kedepan untuk mengerjakan perintah dosennya tanpa ragu, padahal seluruh mahasisawa sudah ketar ketir takut di suru maju.
"Ya nomor selanjutnya siapa yang sudah selesai?" Tanya Bu Tatiek dosen kalkulus mereka. Semua Mahasiswa langsung pura-pura sibuk mengerjakan tugas mereka. Kelas menjadi sunyi
"Absenya dimana? Biar saya tunjuk lewat absen aja bagaimana?" tanya dosen itu, sebagian Mahasisawa semangkin cemas dengan ide buruk itu.
"Ya oloh tolong baim ya Oloh" ucap seseorang dan kontan membuat seisi kelas tertawa karena senior mereka yang terkenal mahasiswa abadi berdoa meniru gaya Baim artis cilik di sinetron. Dosen mereka pun ikut tersenyum geli mendengar doa sembarangan itu.
"Ya Ardi kerjakan nomor selanjutnya ayo cepat" ucap dosen itu masih tersenyum geli. Para mahasiswa kembali menertawai senior mereka yang malah ketimpa sial karena tidak dengan benar berdoa.
"Yah buk.. saya kan sudah berdoa buk, saya gak bisa" jawab Ardi memelas.
"Ayo di coba dulu baru bilang gak bisa" ucap dosen itu memberi semangat. Ardi pun bangkit dari bangku panling belakang dengan langkah malas.
Tiara mengerjakan soal dengan cepat. Padahal dua pria yang sudah disuruh maju dari tadi belum juga menyelesaikan tugas mereka.
.
.
"Makan berapa gorengan tadi ka.?" Kirana bertanya ke seniornya yang angkatan abadi belum juga telah kuliah 12 semester namun belum lulus juga. Gadis berbadan kecil yang di tanya Kirana menatapnya bingung.
Bella yang sedang sibuk mengerjakan soal-soal kalkulus dapat mendengar percakapan Kirana yang duduk persis di belakangnya. Meski heran dengan sikap Kirana yang tidak biasanya perhatian dengan orang di sekitarnya Bella hanya diam, berusaha untuk fokus ke soal kalkulus saja.
"Gak makan gorengan. Emang Kenapa Ki.?" Tanya Mirna heran.
"Bibir kakak berinyak banget" Kirana merespon tanpa menatap lawan bicaranya
"Oh ini namanya lip gloss buat bibir gak kering" Jawab Mirna bangga.
"Oh. Kirain kakak abis makan lima buah tahu jeletot pedes. Belepotan minyak gitu" ucapan Kirana datar.
"Ye biarin, Masalah buat lo" ucap Mirna kesal. Mendengar itu Bella dan beberapa gadis lainnya tersedak tertawa, namun mereka menutup mutnya agar tawa mereka tidak didengar dosen mereka.
"Menganggu mata" ucap Kirana cuek. Bella menggelengkan kepalanya geli, heran dengan sifat Kirana yang blak-blakan tidak pernah mikiri prasaan orang lain. Bahkan dia berani ngomentari orang secara sinis seperti itu langsung di hadapan ckck.
.
.
------------------
Kelas pertama selesai. Bella langsung di tarik Una untuk ikut makan berama mereka di kantin. Dengan pasrah Bella mengikuti para seniornya itu ke kantin langganan mereka. Sesampainya di kantin, Bella memilih duduk di samping Kirana. Kirana menggeser duduknya menjauh dari Bella. Namun Bella malah semakin menggeser mendekat.
Kirana melirik kedua lengan mereka bersentuhan. Dia tidak suka, dia memberi jarak lagi dengan mendengus kesal.
"Lo kenapa Ki.?" Tiara yang duduk di hadapan mereka heran melihat Kirana yang sedari tadi di kelas selalu menghembuskan nafas kesal.
"Ha? Gak papa" Jawab Kirana menggeleng pelan.
"Kenapa hem.?" Tanya Tiara Lembut menyentuh tangan Kirana. "Cerita ayo" ucap Tiara lagi dengan pengertian. Tangan kirinya menggenggam tangan kanan Kirana, dan tangan kananya mengusap-usap lengan Kirana.
Bella membuang tatapannya dari pemandangan di hadapannya. Ia mengambil ponselnya dan sibuk membuka aplikasi twitter. Mencoba mengambaikan pasangan sesama jenis itu.
"Iya lo kenapa Ki.? Dari tadi juteeek banget. Apa-apa gue salah mulu" tambah Una heran
"Gue mimpiin dia lagi" ucap Kirana akhirnya dengan lemas. Una mengangguk mengerti.
Bella heran melihat Tiara mendadak menunjukan muka jengah, dan melepaskan sentuhannya dari Kirana. Bella bingung apa yang membuat Tiara jadi malas seperti itu. Gue mimpiin dia lagi...dia siapa? Tanya Bella heran dalam hati

YOU ARE READING
Loveliest Enemy (Lesbian)
Teen FictionKirana yang super dingin dan jutek membuat Bella sangat ingin menampar wajah Kirana pakai wajan penggorengan yang besar. Sikapnya sangat buruk. Nyebelin akut. Kasar dan Menusuk. "Tentang hati yang terlalu rapuh, ia hanya mau dikuatkan oleh kamu. Ses...