Menggapai CintaNYA (CHAPTER 01)

134 3 0
                                    

Inikah wujudnya? Dibalik nama Nazla ialah gadis berbalut gamis pastel nan anggun? Aku begitu heran mengapa ia menjadi mahasiswa baru yang memiliki absen paling banyak? Apakah ia sudah tak ada kemauan untuk kuliah? Jika memang seperti itu seharusnya ia tak harus memulainya, membuang waktu.

Sengaja aku mengajaknya untuk masuk keruanganku, karena sebagai Walikelasnya, aku harus tahu betul alasan apa yang membuatnya enggan untuk masuk kuliah.

"Nazla?" aku memanggil namanya yang manis itu.

"iya pak." Jawabnya lembut, tanpa kontak mata denganku. Aku mengerti maksudnya, oleh karena itu aku membiarkan ia untuk tetap pada istiqomahnya. Menjaga pandangan denganku.

"ada sesuatu yang membuatmu malas untuk kuliah? Ataukah kau tertinggal informasi?" tanyaku memastikan. Siapa tahu tebakanku salah satu alasannya.

"tidak pak."

"lalu apa?" tanyaku ingin tahu. Dia terdiam. Apa aku terlalu menekan? Ia sudah dewasa. Ia tahu apa yang harus ia lakukan dan ia hadapi. Aku harap jika memiliki masalah, setidaknya ia bicara padaku agar aku bisa membantunya.

"kau ada masalah?" tanyaku, kali ini wajahnya terangkat hingga mataku bertemu dengan kedua bola matanya yang tenang itu. Ia seperti ingin mengatakan sesuatu, namun handphoneku tiba-tiba berdering. Ibu.

"saya permisi pamit. Wassalamualaykum." Tahu bahwa yang meneleponku adalah Ibu, ia ambil kesempatan untuk pergi dan langsung bergegas tanpa mendengar jawaban salam dariku.

"waalaikumsalam.." jawabku tanpa didengar olehnya yang kini aku hanya bisa melihat kepergiannya lewat pintu kaca.

Sekarang aku harus bersiap-siap menerima omelan Ibuku yang terus memintaku untuk pulang kampung. Mengharapkan kehadiranku saja sih tak apa, tapi Ibu selalu memintaku untuk membawa calon pendamping. Tak hanya satu kali, sehari saja ia mampu berbicara setiap aku berada disekitarnya, menyinggungku yang sudah berumur 27 tahun ini tak kunjung menikah.

Itu karena aku sibuk dengan pekerjaanku, sebagai Dosen termuda yang masih perjaka dan tak ada waktu untuk bersenang-senang. Waktuku terkuras habis hanya di Universitas ini, tempat dimana aku bekerja.

"Assalamualaykum bu.." sapaku mengangkat telepon darinya.

"waalaykumsalam.." mendengar suaranya membuatku lega dan mampu membuatku menyungging senyum.

"apa kabarmu bu?"

"alhamdulillah baik.." jawabku.

"kapan pulang Farzan?"

"heh.." pria berbadan gemuk nan bermata kecil itu mengetuk pundak sang perempuan yang sedari tadi berdiam diri dideretan bangku paling depan. Ia menoleh kearah belakang, dimana pria berbadan gemuk itu berada.

"kenapa sih kamu pakai masker sedari tadi? Buka saja.." tangannya menunjuk pada benda yang menutupi separuh wajahnya itu. Perempuan bernama Nazla itu hanya menghela nafas dan kembali menghadap kedepan.

"karena ia sedang belajar berniqob." Jawab seorang perempuan yang duduk tak jauh dari pria gemuk bernama Tedi itu. Rina—tersenyum ramah pada Nazla karena ia tahu apa alasan Nazla memakai masker sejak tadi.

"jika ingin bercadar pakai cadar saja, jangan tanggung-tanggung!"

'Astagfirullah..' hati Nazla bergetar. Ingin rasanya ia membalas seruannya yang terkesan menolak Nazla untuk memakai masker. Bagaimana bisa ia setega itu?

"memutuskan untuk bercadar itu bukan main-main." Jawab Nazla berusaha tenang. Namun jawaban tersebut tak membuat Tedi berhenti mengusik.

"asal kamu tahu, dirumah sakit kau bisa dianggap pasien yang memiliki penyakit menular. Bahkan penyakit menular yang berbahaya. Oleh karena itu berhati-hatilah dalam mengaplikasikan masker."

Menggapai CintaNYAWhere stories live. Discover now