44. Pantai oh pantai

638 65 85
                                    

Dia yang dahulu tidak pernah terpikirkan sama sekali, menjadi sangat berarti.

-Keanu Alexander-
.
.
.

Keyla tidak pernah menyangka jika saat ia membuka mata dirinya sudah tak berada di tempat dimana terakhir ia tertidur. Karena yang ia tahu, ini bukan kamarnya. Kamarnya berwarna serba putih dan pink namun ini, langit-langitnya saja berwarna cokelat kayu. Juga aroma kamarnya bukan begini, lalu berada dimana dirinya berada sekarang?

"Udah bangun sayang?" Keyla menolehkan kepalanya cepat, dan mendapati sang Mama berdiri di pintu dengan senyum yang begitu cerah.

"Masih pusing?"

Keyla menggeleng, "ini dimana sih Ma?"

Sang Mama duduk di pinggir ranjang, tangannya terjulur mengelus rambut panjangnya dengan lembut. "Kamu mau keluar? Mereka udah nunggu kamu."

Keyla semakin tidak mengerti, masa iya dirinya di culik oleh keluarganya sendiri.

"Cuci muka dulu tapi ya, Mama tunggu di luar."

Setelah Mamanya menutup pintu, Keyla tidak langsung ke kamar mandi. Dia diam sebentar, lalu tersentak saat telinganya mendengar suara air atau lebih tepatnya suara ombak.

Dan satu-satunya tempat yang ada di pikirannya adalah;

Pantai.

Keyla segera menyibak selimutnya, dengan langkah tergesa ia menuju jendela yang tak jauh dari tempatnya berbaring. Mulutnya terbuka sempurna, matanya menatap tak percaya namun juga terlihat sangat antusias.

Tanpa membuang waktu Keyla segera berlari keluar kamarnya, melupakan perintah Sang Mama untuk mencuci mukanya terlebih dahulu.

Biar, Keyla kan tidak ileran saat tidur.

"Lempar bolanya kesini!"

"Ah, payah! Masa ngeblock aja nggak bisa sih jadi cowok."

"Tangan gue sakit pe'a, lagian tuh netnya ketinggian."

"Makanya jadi cowok jangan pendek!"

Sahut-sahutan suara yang sangat dikenalinya segera memasuki indera pendengaran Keyla saat dirinya berdiri di depan pintu.

"Sarapan dulu sayang, baru boleh keluar." Panggilan sang Mama membuat Keyla menoleh.

Rio sudah duduk di meja makan dengan wajah ngantuknya, mulutnya tidak berhenti mengunyah roti yang berada di genggamannya.

Keyla mencoba menahan tawanya melihat Rio yang begitu tersiksa.

Rio sangat membenci sarapan roti.

"Kenapa kita ada di sini Ma?" Keyla kembali berjalan menuju meja makan, mengurungkan niatnya yang ingin ikut bergabung bersama temannya di luar sana.

"Semalam, Om Angga datang ke rumah dan mengajak kita untuk liburan sekalian hadiah ulang tahun kamu katanya." Ucap sang Mama sambil mengoleskan selai cokelat pada roti yang kemudian di berikan untuk Keyla.

"Eh? Aku ulang tahun ya? Sekarang tanggal berapa?" Keningnya berkerut, mengingat kapan hari lahirnya itu.

"Kebiasaan emang, tanggal lahir sendiri nggak inget." Cibir Rio yang ternyata sudah menghabiskan rotinya.

Virus Merah Jambu | √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang