Chapter 3

1.5K 189 6
                                    

"Bass!" panggil seseorang yang membuatku tersentak dan segera mendongak untuk melihat siapa yang memanggilku.

Itu P'Tee yang baru keluar dari mobilnya...

Ya Tuhan... Jantungku berdegup kencang...

"Maaf ya, apa kamu menunggu lama?" tanya P'Tee kepadaku.

"A-aku baru saja..."

P'Tee mengangguk dan tersenyum, "Ayo, masuk ke mobilku. Kita cari makan siang bersama. Kau lapar bukan setelah seharian berkutat dengan pelajaranmu?" tanya P'Tee kepadaku. Aku hanya mampu tersenyum dan mengangguk.

Percayalah. Suasana diantara kami masihlah sangat kaku dan canggung. Seharusnya ada Daddy diantara kami sekarang, agar suasananya tidak aneh seperti ini.

Setelah kami masuk kedalam mobil P'Tee dan aku duduk di sampingnya. Dia tersenyum padaku dan menyalakan mobilnya.

"Aku tau kita masih sangat canggung, Bass," ujar P'Tee padaku.

Aku memainkan jemari-jemariku gugup.

"Tapi, aku harap kita bisa menjadi lebih dekat! Jangan terlalu canggung bila bersamaku, oke?"

Aku menatapnya bingung, "E---rr... Khup.. "

Tidak ada lagi yang berbicara sewaktu perjalanan. Aku hanya diam dan P'Tee serius menyetir. Aku tidak berani berbicara duluan--iyalah ya. Siapa yang berani berbicara duluan kalau kita masi merasa asing kepada orang itu...

Akhirnya, kami berhenti di sebuah restoran dan P'Tee mengajakku keluar dari mobil. Aku hanya menurut dan kami pun masuk kedalam restoran itu.

"Kau mau makan apa?" tanya P'Tee padaku ketika kami duduk disalah satu kursi restoran itu.

"---boleh Nasi goreng Thai?" tanyaku ragu-ragu.

"Boleh kok, kalau minumnya?"

"Pink...milk..."

"Aw? Imut sekali? Baiklah-baiklah," ujarnya sembari memanggil pelayan untuk memesan.

Tidak butuh waktu yang lama pesanan kami akhirnya datang, " makanlah, Bass," ujar P'Tee kepadaku.

Aku mengangguk dan kami pun berdoa bersama lalu mulai memakan pesanan kami.

Drrtt...Drrrtt...

Suara getaran ponsel P'Tee yang berada di meja makan kami membuat kami berhenti makan. Aku meliriknya.

Dia nampak mengangkat telpon itu sesegera mungkin, "Ya, P'Tae?"

Ah---yang telpon ternyata daddy.

"Kami sedang makan---ahh...iya...tenang saja kami akan segera pulang kalau sudah selesai makan siang... Iya... Iya... Tenang saja, P'Tae," P'Tee nampak begitu sibuk membalasi telpon Daddy. Aku sendiri lebih memilih memakan makan siangku agar cepat selesai.

"Hahh... Ayahmu itu terlalu protektif," ujar P'Tee setelah memutus sambungan telponnya. Aku mengangguk.

"Dari dulu, Daddy memang seperti itu," balasku.

"Yeah... Dari dulu memang tidak berubah,"

Eh? Dari dulu?

"---P'Tee... Boleh aku bertanya?" aku berucap dengan pelan sampai-sampai aku ragu suaraku didengar oleh P'Tee.

"Ya? Tentu saja kau boleh bertanya, Bass... Malah aku senang akhirnya kau mau mengakrabkan dirimu denganku," balas P'Tee dengan tersenyum.

"...berapa lama kalian telah kenal?"

Sebuah ArtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang