Dua puluh sembilan

24.3K 2.4K 286
                                    


***

Zea sengaja meminta Iqbal untuk mendekati Valen dan membuatnya jatuh cinta agar Valen bisa dengan mudah melepaskan Kenzio.

Tentu saja Iqbal menolak karena ia sama sekali tidak menyukai sosok Valencia Dilla Berlian. "Ogyah, gue nggak mau, kak. Valen itu bukan tipe gue banget. Yakali gue pacarin cewek pendek, bulat, pipi bakpao gitu. Naudzubillah."

"Lagian nih ya, kalau ketahuan gue pacaran bisa digantung sama Papa!" lanjut Iqbal masih bersikeras menolak.

Zea sengaja menemui Iqbal di rumah setelah pulang sekolah untuk membujuk adiknya ini untuk menjalankan misinya. "Ayolah, Bal. Demi gue. Masa lo tega pisahin gue sama Ken."

Iqbal masih bersikeras menolak. "Yang pisah lo ini bukan gue. Kalau lo minta tolong yang lain gue mau tapi untuk dekati Valen sorry gue nggak bisa. Dia terlalu jelek buat gue."

Rasanya Zea ingin sekali lakban mulut pedas adiknya. "Lo habis makan bon cabai berapa banyak sih kenapa itu mulut pedas tak terkalahkan?"

Setelah itu Gavril yang baru pulang kerja ikut duduk bersama kedua anaknya di sofa ruang tengah.

"Pa, bantuin Zea bujuk si anak tuyul ini dong," rengek Zea kepada Gavril yang membuat sang ayah bingung. "Bujuk apa?"

"Jadi itu gini, Valen dulu pernah bilang ke Zea kalau dia kagum sama Iqbal nah mungkin rasa itu masih ada. Terus Zea minta sama Iqbal untuk dekati Valen terus buat dia jatuh cinta biar Valen dengan mudah melepaskan Ken."

"Jeniusnya anak Papa," puji Gavril yang membuat Iqbal langsung melotot tak percaya.

"Papa, jangan korbankan Iqbal untuk hal ini."

"Iqbal, Papa izinkan kamu pacaran. Kalau kamu mau putus sama Valen tunggu sampai kakakmu dan Zio menikah."

Zea tersenyum bangga karena Gavril mendukungnya, Zea tahu Iqbal yang tidak akan bisa menolak perintah Gavril. "Hanya sampai Zea dan Ken menikah, Iqbal." Gavril kembali meyakinkan putranya itu.

"Tapi ada syaratnya?"

"Apa?"

Iqbal tersenyum miring. "Beliin Iqbal motor ninja. Iqbal itu tinggi jadi Papa jangan khawatir kalau kaki Iqbal nggak sampai tanah."

"Iya papa tahu kamu tinggi tapi kamu belum ada SIM."

"Iqbal bosan, Pa. Kemana-mana diantar supir lagipula Iqbal bisa kok hindari area razia."

"Tunggu sampai kamu SMA!" tegas Gavril.

"Ok, padahal tadinya Iqbal udah bersedia bantuin kak Zea tapi karena papa menolak keinginan Iqbal jadi batal juga bantuin kak Zea."

Zea menatap Gavril. "Beliin aja, Pa. Lagipula Iqbal bisa kok bawa motor gede, tubuh dia 'kan jumbo."

"Anjir jumbo!" kesal Iqbal.

"Iqbal jaga bahasamu!"

"Sorry."

"Ok, besok kita cari motor."

Iqbal langsung menghambur ke pelukan sang ayah. "Papa emang the best, terbaik sedunia, nggak ada tandingannya."

"Lebay!" cibir Zea.

Gavril melepaskan pelukan Iqbal. "Dalam waktu seminggu kamu tidak bisa menaklukan Valen, motornya papa jual!"

Iqbal melongo sementara Zea tertawa renyah.

Gavril bangkit dari tempat duduknya. "Jangan mau kalah sama Papa yang bisa menaklukan Mama-mu dalam hitungan detik," setelah itu Gavril berlalu.

"Selamat beraksi adikku sayang, gue pulang dulu ya, Ken udah jemput. Dadah anak tuyul."

Rahasia Hati (END)Where stories live. Discover now