ENAM BELAS

24.9K 1.2K 279
                                    

"Rupanya kamu penasaran sekali. Apakah menurutmu sekarang saat yang tepat?"

"Tentu saja. Apakah saya harus mengingatkan bahwa kita sudah menikah selama empat tahun...."

"Saya memang sengaja menyakitimu, Savarina. Karena saya mengira kamu dan ayahmu memang sengaja merampas kebebasan saya," potong Ernaldi. Ia terdiam sejenak. "Sebelum saya menikahimu, saya sedang dalam masa percobaan di perusahaan mobil di Jerman. Saya sudah settled di sana sampai akhirnya ayahmu menghubungi ayah saya agar saya dikenalkan padamu. Kamu salah jika mengira saya memiliki rasa terhadapmu ketika saya menikahimu."

Luka di hati Savarina yang sudah menganga seakan ditaburi garam mendengar pernyataan suaminya. Suaminya tidak melanjutkan perkataannya, menunggu jawaban darinya. "Kalau begitu kenapa kamu mau melakukannya?" tanya Savarina, menjaga nada suaranya agar tidak terdengar parau.

"Pada awalnya saya mengira semua ini akan mudah saja bagi kita berdua, Savarina. Kamu salah jika mengira saya mencintaimu, dan saya salah karena saya pikir kamu dan keluargamu memang merencanakan ini untuk membuat saya menderita."

"Dan kamu bisa lihat sekarang bukan kamu yang menderita di pernikahan ini," sahut Savarina. Matanya yang sendu menatap mata suaminya. "Jawab pertanyaan saya. Apa yang membuatmu mau saja menikah dengan saya?" Savarina bersumpah, ia tidak bisa menahan air mata ini lagi. Tapi dia tidak akan membiarkan suaminya yang tidak punya hati ini melihatnya!

"Ini makanannya, Pak, Bu." Pelayan menghidangkan nasi goreng kepiting dan nasi ayam hainam serta dua gelas air mineral di meja. Setelah pelayan berlalu, Ernaldi melanjutkan,

"Ayahmu punya sesuatu yang tidak dimiliki keluarga saya. Sesuatu yang tidak hanya harus dibayar dengan uang dalam jumlah besar, tapi juga dengan saya menikahimu."

"I see." Savarina mulai menyantap makanannya. "Jadi, selain kamu harus mengeluarkan uang yang banyak, kamu juga harus menerima saya sebagai istrimu?"

"Untuk mendapatkan itu semua saya harus menikahimu, Savarina. Sebelum kamu meminta cerai saya berpikir selama ini kamu sengaja meminta ayahmu untuk memaksa saya untuk menjadi suamimu. Saya terus mengutuk pernikahan ini karena bukan hanya kebebasan saya saja yang dikorbankan, tapi pekerjaan dan masa depan saya di Jerman pun terpaksa harus saya relakan."

"Sekarang kita sudah menikah. Kenapa kamu tidak menceraikan saya juga?" Savarina masih penasaran, dan ia berharap bahwa suaminya menyadari perbincangan ini sangat menyakiti hatinya.

"Ayahmu tidak serta-merta memberikan apa yang saya inginkan hanya karena saya menikahimu. Jadi, ayahmu menambahkan syarat di perjanjian itu.." Ernaldi menarik napas panjang. "Sebenarnya jalan keluar dari pernikahan ini adalah dengan memberikan ayahmu anak laki-laki."

"Jalan keluar...." Savarina mengulanginya dengan pedih. "Setiap malam kamu selalu datang ke kamar untuk melakukannya. Setiap kamu menyentuh saya, apakah... jalan keluar yang selama ini kamu pikirkan?" Savarina tersenyum pahit. "Betapa inginnya kamu keluar dari pernikahan ini, Ernaldi."

"Maafkan saya," hanya itu yang keluar dari mulut suaminya.

"Oke," Savarina berusaha menenangkan diri. "Sekarang kita berdua tahu bahwa saya hamil. Setelah anak ini lahir, apa kamu sudah punya rencana?"

"Saya belum memikirkannya," kata suaminya tidak nyaman. "Keadaannya semakin rumit, Savarina. Rencana saya sebelumnya adalah, setelah kamu melahirkan, saya akan keluar dari perusahaan ayah saya dan kembali memiliki kehidupan di luar. Kamu akan merawatnya sampai dia berusia delapan belas. Saya belum memikirkannya lebih jauh."

"Lalu berapa kali kamu mau bertemu anakmu?"

"I don't know. Mungkin dua kali setahun. Saat libur musim panas dan musim dingin."

"Dua kali setahun," bisik Savarina. Hanya dua kali setahun Ernaldi ingin bertemu anaknya yang juga anak Savarina? Savarina menghela napas sedalam-dalamnya. "Sekarang kita harus bagaimana, Ernaldi? Saya tidak tahu bagaimana saya bisa hidup denganmu lagi, Ernaldi."

"Why don't we give a try to this marriage?" tawar Ernaldi. "Saya sudah bilang padamu saya menginginkan pernikahan yang sesungguhnya, Savarina."

Savarina menggeleng. "Saya tidak tahu harus berpikir apa, Ernaldi. Sebaiknya kamu antarkan saya saja ke rumah lama saya. Saya tidak ingin melihatmu lagi."

"Savarina..." Suaminya hanya bisa melisankan namanya saja.

"Saya tidak minta banyak."

"Ayahmu sudah menitipkanmu pada saya. Kalau kamu tidak bisa melihat saya, saya bisa tidur di kamar lain. Kalau kamu juga masih tidak nyaman dengan kehadiran saya di rumah, saya bisa berada di ruangan lain tanpa mengganggumu. Saya tidak bisa jauh darimu, Savarina, dengan kamu mengandung anak saya."

Tentu saja kamu perhatian pada anakm, gerutu Savarina. Tujuanmu untuk keluar dari pernikahan ini kan hanya dalam hitungan bulan! Untuk mencapai tujuanmu, kamu harus memastikan semuanya berjalan sesuai rencanamu! Huh, andai saja kamu bukan Ernaldi yang saya cintai, barangkali semuanya akan dijalankan dengan mudah!

Jangan Lukai Hatiku Lagi (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang