Part 21

670 62 8
                                    

Suatu hari nanti kamu akan mengerti kenapa aku memilih pergi daripada terus menanti sesuatu yang tidak pasti.

-ZahraAdelia-


〰️〰️〰️

Line!

ArkanJonea_A
Hy, besok pulang sekolah. Gimana kalo aku aja yang nganterin?

Helaan nafas berat dikeluarkan Zahra. Niatnya sudah bulat. Jika dia terus berdekatan dengan Arkan maka dia tidak bisa move on.

Zahra_Adelia
Maaf, kayaknya aku gak bisa deh. Udah janjian duluan ama Alea.

ArkanJonea_A
Kalo nanti malam, kamu ada waktu gak?

Zahra makin dibuat bingung. Bagaimana cara menolaknya? Dia tidak handal dalam cara ini. Sudah dua hari dia terus menghindari Arkan. Berpapasan dengan tidak sengaja maka Zahra hanya tersenyum lalu pergi. Chat atau telepon, Zahra pun mencari alasan agar menyudahinya. Alea juga punya banyak andil dalam hal ini. Zahra beberapa kali mendapat masukan cara menolak secara halus darinya. Strategi yang bagus, bukan?

Zahra_Adelia
Aku gak bisa kak, soalnya orangtuaku udah pulang.

ArkanJonea_A
Jadi mau dijemput di bandara?

Zahra_Adelia
Iya, kak. Sudah dulu yah kak, udah mau siap-siap 😊.

Zahra secepat kilat mematikan ponselnya lalu mengubah ke mode silent. Orangtuanya malam ini sudah tiba di Bandung. Dan sekarang sudah pukul lima sore. Segera dia bersiap-siap untuk berangkat menjemput orangtuanya di bandara.

Sekarang Zahra sudah berdiri di pintu keluar para penumpang pesawat. Ponselnya bergetar, tertera nama Arkan di sana. Dia bingung apakah mau mengangkatnya atau tidak.

"ZAHRA!"

Panggilan dari seseorang mengalihkan perhatian Zahra. Diangkatnya kepalanya mencari asal suara itu. Dan bingo, betapa senangnya Zahra melihat sosok kedua orang paling berharga dalam hidupnya.

"Mama! Papa!" Zahra berlari menghampiri keduanya dan langsung memeluk mereka.

"I miss you so much, my princess." Bayu selaku ayah Zahra mengecup kepala anaknya.

Giliran Sintia ibu Zahra mengecup kedua pipi anak tunggalnya. Dalam lubuk hatinya dia merasa bersalah karena tidak bisa menjadi sosok ibu yang terbaik.

"I love you and I'm sorry," ujar Sintia lirih.

"I love you too. Dan jangan merasa bersalah, mah." Zahra sedikit menjinjit dan mengecup kedua pipi orangtuanya.
"Ayo, mah pah. Bi Yanti udah nyiapin makan malam spesial," ujar Zahra berjalan ditengah-tengah keduanya dengan menggandeng lengan Bayu dan Sintia.

Perjalanan menuju rumah diiringi dengan obrolan hangat. Zahra mendominasi percakapan diantara mereka. Hingga sampai di rumah mereka berjalan masuk. Bayu dan Sintia masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkan diri. Sedangkan, Zahra membantu Bi Yanti menyiapkan makan malam.

Setelah semuanya sudah berkumpul di meja makan tak lupa juga Bi Yanti di sana. Mereka memang memperlakukan Bi Yanti bukan seperti seorang pembantu tapi mereka sudah menganggap Bi Yanti keluarga.

Makan malam berjalan dengan hangat. Setelah selesai, Zahra dan Orangtuanya berkumpul di ruang tengah. Tak lupa Bi Yanti menyiapkan cemilan untuk mereka. Lalu berpamitan masuk ke kamarnya.

"Ara, sekolah kamu gimana?" tanya Bayu lembut pada Zahra.

Posisi duduk mereka itu Zahra berada ditengah-tengah Bayu dan Sintia. Zahra memang sangat manja pada mama dan papanya. Selain karena dia anak tunggal, dia juga anak perempuan. Jadi, tidak heran jika dia sangat dekat dengan keduanya.

"Baik kok, pah. Zahra juga sudah ulangan semester. Jadi bulan depan udah masuk semester dua," jelas Zahra sambil mengunyah keripik pedas kesukaannya.

"Zahra mau gak ikut mama sama papa tinggal di Aussie? Kamu lanjut di sana aja, mama sama papa merasa sangat bersalah ninggalin kamu di sini sendiri. Kamu ikut kami ke sana supaya kita bisa ngumpul setiap saat," jelas Sintia berkaca-kaca.

Zahra terkejut mendengar ucapan ibunya. Tinggal di Aussie? Pindah? Bagaimana mungkin? Apakah dia bisa? Bagaimana....

Banyak sekali pertanyaan muncul dalam benaknya. Dalam lubuk hatinya paling dalam, dia memang tidak bisa jauh dari kedua orangtuanya. Bercerita, berkumpul, dan bercanda setiap saat dengan mama dan papanya memang menjadi impiannya.

"Kamu mau, nak?" tanya Sintia penuh harap dan itu tak lepas dari pengamatan Zahra. Dia tidak tega menolaknya.

Menghela nafas panjang lalu menjawabnya, "baiklah, mah pah. Aku akan pindah dan ikut mama sama papa."


〰️〰️〰️

TBC

Aaaaa, gak rela Zahra pergi 😥. Trus aku adeknya ditinggal sendiri gitu? 😰

Ikuuuttt!!!!!

Zahra: Yaudah, Author ikut aja tapi bayar tiket sendiri 😂

Hiks... jahat 😭

21 April 2019
Ig: @lilis_ata77

CCTV ✔️Where stories live. Discover now