Chapter 6

4.7K 401 24
                                    


Pagi itu Sehun dibangunkan oleh suara ketukan di pintu kamarnya, disusul oleh suara lembut yang mencoba membangunkannya dari tidur nyenyaknya.

"Ya Tuhan..." Sehun menggigit bibirnya sendiri saat ia melirik jam di atas nakas, hampir pukul sembilan pagi dan ia baru bangun dari tidurnya. Pria berparas cantik itu menoleh kesamping dan menemukan suaminya masih tertidur pulas di sana.

"Shixun... Jongin... kalian sudah bangun?"

Suara itu membuat Sehun dengan susah payah berusaha membebaskan tubuhnya dari lilitan kaki dan tangan Jongin. "Ya, mama, aku segera keluar."

"Tak perlu terburu-buru sayang. Mama tahu kalau kalian sedang sibuk. Mama hanya mengingatkan kalau-kalau kalian ingin melewatkan sarapan pagi."

Wajah Sehun memerah mendengar ucapan ibu mertuanya. Di benaknya kembali terbayang aktifitas yang mereka lakukan tadi malam.

"Membayangkannya lagi?"

Suara serak Jongin menyadarkan Sehun kalau suaminya itu sudah bangun dari tidurnya. "Jonginie..."

"Morning sunshine," Jongin mengecup bibir Sehun dengan lembut dan di balas satu kecupan juga dari Sehun di dagunya.

"Kau perlu bercukur," bisik Sehun.

Jongin terkekeh pelan, "Apa itu kata pertamamu untukku pagi ini?" ia memeluk pinggang Sehun dan menggulingkan tubuh istrinya itu hingga terbaring di atas dadanya.

"Aku tak tahu apa yang harus aku ucapkan," Sehun bergumam pelan.

"Kenapa?" satu jari Jongin membelai leher Sehun di mana ia meninggalkan jejaknya di sana tadi malam. "Kau masih teringat dengan mimpimu?"

Sehun mengangguk pelan, "Jonginie, apa yang ada di dalam mimpiku itu tidak benar kan?"

"Tentu saja," tangan Jongin beralih menangkup pantat Sehun dan membelainya dengan lembut. "Itu tidak benar, kau istriku."

"Tapi..." Sehun terlihat ragu sejenak. "Kenapa terkadang aku merasa kalau aku tidak mengenalmu Jongin?"

"Apa perlu ku ingatkan kalau kau amnesia sayang? Kau mungkin melupakan semua kenanganmu bersamaku."

"Apa aku menyakitimu?" tanya Sehun.

"Huh, kenapa kau berpikir telah menyakitiku?"

"Karena aku tak bisa mengingat semua kenangan kita saat bersama dulu."

"Kau tau yang paling penting adalah kau tetap ada di sini bersamaku," Ya, karena bagi Jongin istrinya yang sekarang jauh lebih membuatnya bahagia di banding dulu. Apakah Jongin jahat kalau ia berharap ingatan istrinya tidak kembali? Jujur saja ia takut, sifat Shixun akan kembali seperti dulu lagi saat ingatannya belum hilang. "Tetaplah seperti ini sayang, jangan pernah berubah."

Sehun mengerutkan keningnya tak mengerti apa yang di maksud Jongin. "Apa aku sudah berubah?" tanyanya cemas.

"Hmmm...."

"Apa itu buruk?" tanya Sehun lagi. Wajahnya sedikit pucat menunggu jawaban Jongin.

Jongin menepuk pantat berisi Sehun dengan cukup keras hingga pria yang masih terbaring di atasnya itu meringis, "Bukan sesuatu yang harus kau khawatirkan sunshine, itu perubahan ke arah yang lebih baik dan aku menyukainya."

Senyuman cantik tersungging di bibir Sehun, "Baguslah kalau begitu, sekarang bisa kau lepaskan aku? Aku mau mandi."

Jongin mengerang, "Bisakah kita terus seperti ini sebentar lagi?"

Believe In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang