Chapter 9

4.4K 425 40
                                    

Hal pertama yang Sehun rasakan saat ia terbangun dari tidurnya adalah tangan Jongin yang melingkar sempurna di perutnya, menghantarkan rasa panas yang begitu nyaman pada tubuhnya. Kepala Jongin terbenam di ceruk lehernya, deru napasnya yang berhembus di lehernya membuat darah Sehun berdesir.

"Jongin."

"Hmm... kau sudah bangun?"

"Kau membuatku tak bisa bergerak," Sehun menelan ludahnya dengan susah payah karena kini Jongin tak berhenti menciumi lehernya yang sensitif.

"Benarkah?" Jongin menggigit pelan kulit leher Sehun.

"Ya," Sehun menggigit bibir bawahnya menahan erangan yang ingin keluar dari mulutnya. Matanya terbuka lebar, dan saat itulah ia menyadari kalau saat ini keduanya tidak berbaring di kamar mereka. "Ini di mana?"

Jongin mengecup leher Sehun dan menghisapnya dengan kuat sebelum menjawab pertanyaan Sehun, "Ini rumah sakit sayang, kau pingsan tadi pagi." Jongin memperhatikan tanda kemerahan yang berhasil ia buat di leher putih istrinya.

"Aku kenapa? Apakah sakitku parah?" Jujur saja, Sehun tak bisa mengingat apa yang telah terjadi padanya tadi pagi, ia hanya ingat kalau ia dan Jongin sedang membicarakan masalah pesan yang dikirimkan untuknya dan setelah itu semuanya buram.

Jongin melepaskan pelukannya dan dengan berhati-hati agar tidak mengenai tangan Sehun yang masih di infus, ia memutar tubuh Sehun untuk menghadap kearahnya. Di tatapnya wajah cantik Sehun yang masih sedikit pucat, tangannya kembali merengkuh tubuh Sehun, membawanya ke dalam pelukan hangatnya, bibir Jongin mencium bibir Sehun dengan lembut. Untuk beberapa lama keduanya saling memagut, mencecap rasa masing-masing. Merasakan napas Sehun yang mulai tersengal, Jongin melepaskan ciumannya dan beralih menciumi leher Sehun.

"Jongin..." panggil Sehun dengan napas terengah-engah, "Kau belum menjawab pertanyaanku."

Jongin sekali lagi mengecup leher Sehun sebelum ia sedikit menjauhkan kepalanya dan beralih menatap wajah Sehun. "Kau tidak sedang sakit, Sunshine, hanya sedikit kelelahan."

"Benarkah?"

"Hmmm..." satu tangan Jongin menyusup masuk ke balik piyama yang di pakai Sehun, ia membelai perut rata Sehun dengan lembut. "Dokter bilang kau kelelahan dan aku minta maaf karena punya andil telah membuatmu kelelahan."

Wajah Sehun memerah ketika mengerti maksud ucapan Jongin, "Bukan salahmu, bukankah itu juga kewajibanku untuk melayanimu."

Jongin menggeleng, "Tapi harusnya aku bisa menahan diri sayang, apa lagi kau sedang hamil."

"Aku... apa... ?"

"Kau hamil, kita akan punya baby."

Mata Sehun berkaca-kaca mendengar ucapan Jongin, "Kau tidak bohong padaku kan?"

"Untuk apa aku bohong, sunshine, ini kabar yang membahagiakan untukku dan pastinya juga untukmu dan keluarga kita."

Sehun tersenyum, ia memajukan wajahnya untuk mengecup bibir Jongin sekilas. "Aku mencintaimu."

Jongin balas tersenyum, ia ikut memajukan wajahnya dan mengecup kening Sehun, "Dan aku juga mencintaimu, Sunshine."

"Ekhem..."

Jongin segera menjauhkan tubuhnya dari Sehun dan menoleh ke arah pintu. Ia menyipitkan matanya saat melihat adiknya bersandar di dinding dengan tangan yang terlipat di dada, di sampingnya berdiri seorang pria manis yang Jongin yakini sebagai kekasih dari adiknya tersebut. "Kau mengganggu, Kim Jungwoo."

Jungwoo nyengir, "Yah, aku tahu seharusnya aku tidak mengganggu kalian, tapi mama tadi menelpon dan mengatakan kalau kakak ipar masuk rumah sakit dan karena itu aku bergegas ke sini bersama Jaemin."

Believe In LoveWhere stories live. Discover now