16. Persiapan

3.4K 207 6
                                    


Ambil baiknya, buang buruknya ya...

Happy reading ^^


"Anna, pokoknya lo gak boleh sering nunduk. Itu kuncinya," ujar Ella menekankan. Anna mengangguk sambil menegakkan tubuhnya.

Anna menatap tubuhnya berusaha menonjolkan sifat percaya dirinya di depan cermin besar milik Ella. Cermin besar ini biasa digunakan Ella untuk berlatih dance.

Ya, kini Ella, Bella, dan Anna berada di rumah Ella. Lisa? Ia sedang latihan karate katanya. Papa, Mama, dan kakak Ella sedang liburan kata Ella. Sedangkan Ella tak diajak? Ya. Mama Papa Ella tak pernah menganggap Ella ada.

Bayangkan jika keluarga kalian tak pernah menganggap kalian dan membebaskan melakukan apa yang kalian mau. Namun, mereka tak menganggap seperti bagian dari keluarga tersebut. Saat liburan, ditinggal sendiri di rumah. Saat hari raya, tak diajak ke rumah kerabat.

Semua itu sudah dilalui Ella. Tak enak. Itu kata yang mewakili semuanya. Kebebasan tak sepenuhnya membawa kebahagiaan.

"Angkat dagu lo Anna. Lo bakal di atas panggung dan jadi pusat perhatian. Dan penonton gak suka sama penyanyi yang kaku," ujar Ella melatih Anna di depan kaca kamarnya. Anna dan Ella membawa sisir yang perannya pura-pura menjadi mikrofon.

"Jadi, mau nyanyi lagu apa?" tanya Ella sambil mengapit sisirnya di ketiak dan tangannya sibuk menghubungkan kabel sound-nya dengan ponselnya.

"Emm... lagunya Yura sama Glenn,"

"Oke, bagus. Mulai lagu yang melow dulu, soalnya gak terlalu banyak gerak," ujar Ella menyampaikan pendapatnya.

"Gue lihat cara lo nyanyi dulu,"

Musik yang dinyalakan Ella mendominasi ruangan Ella. Anna mulai menyanyikan lagunya dengan suara merdu miliknya. Ella meniti setiap inci tubuh Anna agar nanti tampil bagus di awal kerjanya.

Sementara Bella, dari tadi ia sibuk mencari baju Ella yang cocok digunakan Anna nanti. Ia juga sudah mempersiapkan alat kosmetik yang nanti Anna gunakan.

"Pas bagian, jangaaan, kau pilih dia, pilihlah aku. Itu kalo bisa ada merem meleknya, lo hayati lagunya seolah-olah itu lagunya pas sama keadaan lo," celoteh Ella.

'Emang lagunya pas sih,' batin Anna.

"Gue contohin ya, tapi jangan kaget sama suara gue," ujar Ella memajukan langkahnya agar lebih dekat dengan cermin.

"Jangaaan," Ella memajukan telapak tangannya menunjukkan pada cermin.

"Kau pilih dia,"

"Pilihlah aku," nyanyi Ella sambil meremas baju di dadanya sambil memejamkan mata.

"Tapi jangan kayak gue, itu tadi alay banget," ujar Ella menyudahi nyanyiannya. Anna tersenyum geli dengan tingkah Ella.

Musik kembali dinyalakan dan Anna mengeluarkan suara emasnya. Ia menggenggam sisir Ella sambil berusaha menghayati isi lagu yang dinyanyikannya.

Tepuk tangan dari Ella dan Bella menandakan Anna telah usai berlatih. Anna tersenyum puas dengan hasil latihan kepedeannya selama beberapa hari terakhir ini.

"Makan yuk! Laper nih," ujar Ella mengajak dua temannya. Anna dan Bella mengangguk menyetujui.

Mereka menuju ke arah dapur Ella. "Order makan aja ya, gue gak bisa masak," ujar Ella meringis setelah melihat di lemari makanannya tak ada apapun.

"Gak perlu, kalo di sini ada bahannya, kenapa kita gak masak sendiri aja?" ujar Bella menanggapi sambil melihat isi kulkas milik Ella.

Sejenak Bella berpikir sambil melihat isi kulkas Ella, tentang apa yang bisa dimasak dengan bahan seminim itu.

"Kita masak sop aja ya," ujar Bella akhirnya menyimpulkan.

"Followers aja deh, gue 'kan gak bisa masak," celetuk Ella. Anna hanya mengangguk menyetujui pendapat Bella.

"Oke, kita bagi tugas. Anna yang masak nasi, biar aku sama Ella yang buat sop," mereka menyetujui dan segera melakukan tugas masing-masing.

Anna mulai mencuci beras dan memanaskan air untuk memasak nasi agar cepat matang. Ella mencuci dan memotong sayur-sayuran dan Bella meracik bumbu.

"Ya ampun Ella, kalo potong wortelnya segede itu kapan matengnya," celoteh Bella melihat hasil irisan Ella.

"Ini udah tipis kok," bela Ella pada dirinya sambil menunjukkan irisan karyanya. Bella menatap Ella kesal, sedangkan Ella hanya meringis.

"Anna, udah selesai 'kan? Bantuin Ella tuh,"

"Udah kok," ujar Anna sambil mengelap tangannya yang basah dan menuju pada Ella.

"Astaga Ella, kok tebel-tebel gini sih," ujar Anna melihat wortel Ella.

"Kan gue udah bilang, gue gak jago masak. Kalian berdua aja deh yang masak, gue yang makan, hehehe," ucap Ella diikuti cengirannya.

Anna mengambil alih pisau di tangan Ella lalu mulai memotong wortel dengan tipis dan cepat.

Ella bertepuk tangan melihat kemahiran Anna di dapur. "Wow, keren lo, An. Kok bisa cepet gitu sih?" puji Ella.

Anna hanya tersenyum geli melihat tingkah Ella yang seperti anak kecil melihat pertunjukan sulap.

"Ella, tolong blender semua bahan di mangkok itu ya, tambahin merica bubuk setengah sendok," pesan Bella pada Ella.

"Lo mau ke mana?"

"Ke kamar mandi," teriak Bella yang jaraknya mulai menjauh.

Ella mengambil bahan di mangkok tersebut dan memasukkan ke dalam blender.

"Mericanya setengah sendok teh apa sendok makan?" tanya Ella pada Anna.

"Sendok teh bego!" belum sempat Anna menjawab tapi sudah ada yang menyahut ucapannya. Anna menoleh ke sumber suara.

"Lah? Sejak kapan lo di sini?" heran Ella melihat Lisa yang tiba-tiba muncul.

"Barusan,"

"Kamar lo di mana?" tanya Lisa sambil menggigit apel yang entah sejak kapan ia ambil.

"Kalo dari sini lurus trus belok kanan," ujar Ella lalu menekan tombol blender-nya.

Lisa mengunyah apelnya santai. "Abis makan bangunin gue!" pesan Lisa sambil berteriak untuk mengalahkan suara dari blender dan jaraknya yang cukup jauh dari kedua temannya.

"Lisa ke kamar gue mau tidur?" tanya Ella baru bangun dari kelemotannya.

Anna mengangguk.

'Minta diblender tuh anak!'

Rella [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang