27. Ternyata

3.3K 196 0
                                    


Regan POV

Rumah sakit, 20:00 WIB

Bau khas rumah sakit merasuk ke rongga hidung. Melempar memori saat operasi lambung tiga tahun silam. Obat, suntik, infus, atau apalah itu, gue gak peduli. Gue sama Rey cepet-cepet ke ruangan Bella.

Kamar 33. Bella duduk disangga bantal empuk di belakangnya. Selimut tipis menyelimuti separuh tubuhnya. Baju biru muda ala rumah sakit, menyamarkan tubuhnya yang penuh luka.

Hijab putih terpasang rapi. Kulit putih susu dan bibir pucat. Ia masih terlihat cantik. Dan akan selalu cantik. Matanya terbuka, namun tatapannya kosong.

"Hai Bel,"

Bukan gue yang nyapa, tapi Rey.

"Hai Rey,"

"Udah makan Bel?"

"Udah kok," balas Bella sambil tersenyum. Gue duduk di sofa yang hadapan langsung sama ranjang Bella.

"Tadi aku dibeliin radio sama Lisa, kamu udah tau belum?" ujar Bella senang. Dia kayak balita yang mau pamerin mainannya.

"Oh ya? Mana?"

Bella terlihat meraba-raba nakas di sampingnya. Tahu hal itu, Anna langsung bantu Bella.

Bella menyerahkan radionya. Sebenernya gue yang beli tuh radio, tapi gue suruh Lisa ngaku itu darinya.

"Wee, berarti udah gak kesepian lagi dong," Bella mengangguk.

"Gue juga punya radio yang lebih bagus dari ini. Dijamin lebih seru, janji deh kapan-kapan gue bawain," ujar Rey.

Tuh 'kan. Rey selalu punya cara yang bikin Bella tersenyum. Radio model apa sih yang bakal dibawa Rey, songong bener tuh bocah.

"Beneran?" mata Bella terlihat berbinar.

"Iya,"

"Oh ya, katanya Regan InsyaAllah mau ke sini,"

"Beneran?"

Oke, ini keliatan banget. Mata Bella lebih berbinar daripada ketertarikannya ke radio Rey. Dia emang bener-bener berharap gue dateng.

Hening.

Saat tau hal itu, gue langsung telpon Rey. Seolah-olah yang telpon itu nyokapnya. Rey udah masang wajah kesel gara-gara gue kelamaan telponnya.

"Halo?"

"Bentar ya Bel, ada telpon dari nyokap," Bella mengangguk. Rey berjalan buat buka pintu, trus tutup pintu lagi. Tapi dia gak keluar. Malah jalan ke arah gue. Ini emang rencana kita. Kita bersyukur tingkat kepekaan Bella masih rendah.

Semua kita susun, seolah-olah cuman ada Anna, Ella, sama Lisa di ruangan. Padahal ada gue sama Rey.

"Bel, lo kok seneng banget Regan mau ke sini?" Ella mulai angkat bicara. "Padahal 'kan dia yang bikin lo kayak gini," lanjutnya.

"Enggak, El. Emang aku yang gak ati-ati pas nyebrang,"

Oke, akting dimulai...

"Udahlah, Bel. Jelas-jelas Regan yang salah. Sebagai cowok harusnya dia nganterin kamu pulang gak biarin gitu aja. Kamu udah sering disakitin masih aja tutupin kesalahan dia, bela dia. Sebesar itu ya cinta kamu ke Regan," ujar Anna berpihak ke Ella.

Gue akui, ternyata tuh cewek culun pinter juga aktingnya.

"Kalo iya, kenapa?" balas Bella. Gue lebarin mata. Ralat, bukan cuman gue tapi orang seruangan.

"Eh, maksudku aku juga gak tau. Belain dia, tutupin kesalahan dia, selalu posthink ke dia. Itu semua kayak frontal gitu aja," jelas Bella.

"Lupain dia," dingin Lisa.

Rella [COMPLETED]Where stories live. Discover now