27

1.1K 122 11
                                    

(Percepat bab)

Gila Kerja

Rey dan Alika berada di bandara Soekarno hatta.  Alika hendak mengantar Rey pergi ke luar kota karena ada pekerjaan di sana. Rey yang notabene sebagai kepala harus datang sendiri untuk melakukan pekerjaan itu ditemani satu asisten. 

"Asik ya,  tiap hari kerjaannya jalan-jalan mulu." Kata Alika menyindir Rey.  Alika juga ingin ikut tapi dia harus melakukan bimbingan dan menghabiskan masa perkuliahannya.  Beda dengan Rey yang sudah hampir selesai masa studinya. 

"Makanya cepet selesaikan kuliah."

"Nyindir aja terus Bang!."

Mereka terus melangkah hingga memasuki pintu keberangkatan tandanya Alika sudah harus merelakan Rey pergi bekerja. 

"Nggak usah manyun gitu lah, Nyo.  Malu nih di tempat ramai nggak bisa mesra-meraan."

"Udah si sana pergi, ngerusak mata lama-lama tahu." Alika sewot. Ngerusak mata bagi Alika bukan karena malas melihat Ret tapi karena takut ia tak bisa menahan air matanya untuk tidak turun bercucuran. 

Rey sekali lagi memeluk erat si calon istri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rey sekali lagi memeluk erat si calon istri. "Jadi berat kalau gini mau ninggalin kamunya."

"Tuh kan kamunya sekarang yang baper Ndut. Hati-hati ya, jangan lirik-lirik cowok apalagi cewek."

Rey menyentil hidung mancung Alika. "Emang aku apaan cinn..." Jawab Rey dengan nada bicara dibuat-buat membuat bibir Alika yang dari tadi manyun jadi tersenyum mendengar candaan dari Rey.  "Tapi kalau cewek-cewek nggak janji." Pernyataan Rey seketika membuat mata Alika melotot tajam. 

"Bercanda doang ih..." Lanjut Rey lagi.

"Awas aja kalau berani.  Aku aduin ke Daddy supaya batalin pernikahan kita."

"Ihh kok ngomongnya gitu. Jangan ah,  janji deh cuma Alika doang yang aku lirik."

"Janji?."

"Yes, promise..."

Sekali lagi mereka mengumbar kemesraan di depan umum, membuat beberapa pasanga mata menatap iri ke arah mereka ada pula yang memandang dan menilai mereka dengan tatapan apalah. Banyak yang berbisik iri,  banyak juga yang berbisik tak suka.  Namun Alika dan Rey mengabaikan desas-desus tentang penilaian orang pada mereka.  Toh namanya juga manusia, ada yang suka ada juga yang tidak.  Bagi keduanya wajar-wajar saja.  Jika mereka selalu protes akan penilaian orang tentang ketidak baikan mereka maka nggak akan ada ketenangan hidup. Biarlah orang menilai toh mereka hanya tahu di luarnya saja. Kita tak perlu juga mengumbar kebaikan-kebaikan kita untuk dapat penilaian baik dari orang luas.  Cukup kita melakukan aoa yang kita anggak baik dan benar menerima masukan positif membuang hal-hal negatif udah maka kita akan tenang. 
"Maaf Mas Rey, sepertinya kita harus segera masuk." Suara sang sistem menginterupsi kebersamaan Rey dan Alika. 

Cinta Dua Generasi (Slow Updet)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang