Bagian 13

2.1K 130 2
                                    

"Sepertinya hubungan kalian semakin baik." Ujar Rey saat mengunjungiku. Entah hidayah apa yang didapatnya, tiba-tiba dia jadi perhatian dan baik padaku. Bahkan dia rela menemaniku nonton film Drama Romantis di Bioskop. Dan sekarang, dia sedang mentraktirku spageti. Makanan yang tergolong makanan haram untuknya. (Karena menurutnya tidak ada manfaatnya makan makanan cepat saji). 

"Apa maksud Rey?" Tanyaku tidak mengerti. Spageti yang hampir saja masuk kedalam mulutku berhenti tepat didepan mulutku saat Rey mengatakan itu. 

"Lo nggak usah menyangkal pertanyaan gue lagi. Semuanya tergambar dengan jelas diwajah kalian berdua." 

Kuletakkan kembali spageti diatas piringku "Kalau yang Rey maksud adalah hubunganku dengan Zen, semuanya masih sama seperti biasanya." 

"Gue nggak sebodoh Lo yang nggak pernah mau mengakui perasaan Lo sendiri." 

"Jadi Rey bersikap baik hari ini hanya karena ingin memastikan hal itu?" 

Rey menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi "Nggak juga. Ada urusan yang lain yang lebih penting dari itu." 

"Apa itu?" Tanyaku penasaran. 

"Bertemu teman lama." jawab Rey datar. 

Aku mengangguk-angguk. Percaya saja dengan jawaban Rey yang terbilang cukup tidak biasa itu. 

Ngomong-ngmong tentang teman lama "Rey kenal dengan Kenneth? Teman lama Zen?" Tanyaku ingin tahu. Kupikir ini kesempatan bagus untuk menanyakannya, karena Rey sudah berteman dengan Zen cukup lama. 

Dan seperti dugaanku, Rey mengenal Ken. Setidaknya dia tahu tentang masa lalu Zen dan Ken karena dia terkejut saat aku menayakan hal itu. 

"Apa Zen cerita sama Lo?" 

Aku mengangguk "Aku nggak menyangka kalau Ken itu teman lama Zen. Dan aku lebih nggak nyangka kalau Zen nggak menyadari keberadaan Ken yang jelas-jelas berada disekitarnya. Padahal dia mencari Ken sejak lama." 

"Siapapun bisa tertipu dengan topeng yang digunakan Kenneth." Sergah Rey datar. "Lo nggak akan pernah menyangka kalau temen Lo bisa berubah sedrastis itu dalam hal penampilan hanya dalam enam tahun. Apalagi dia yang dulunya keren memakai topeng si cupu." 

"Apa Rey juga tertipu?" Tanyaku ingin tahu. 

"Gue akui, iya. Meskipun gue merasa seperti pernah bertemu dengan Ken sebelumnya saat pertama kali Gue dikenalkan dengannya oleh Vito." Rey menghela nafas panjang. "Gue harap sesuatu yang buruk nggak akan tejadi." 

"Apa maksudmu?" 

Rey mengangkat bahunya "Entahlah, gue juga nggak tahu. Hanya perasaan gue saja." 

"Apa benar Ayah Zen yang menyebabkan perusahaan Ayah Ken bangkrut?" Tanyaku. 

"Menurut Lo?" Rey balik bertanya padaku. 

Aku menggeleng "Entahlah, semua orang bisa berubah hanya karena hal yang berhubungan dengan kekayaan." Rey hanya menjawab dengan senyuman. 

"Tapi aku percaya kalau Zen memang benar-benar mencari keberadaan Ken enam tahun terakhir." 

Rey menatapku "Kenapa lo seyakin itu?" 

Aku menggeleng "Aku hanya merasa begitu." 

Rey tersenyum, dan aku terkejut saat dia menepuk kepalaku "Apapun yang terjadi nanti, Gue harap perasaan Lo nggak akan pernah berubah." 

"Apa...." 

"Jangan pernah mengabaikan perasaan Lo hanya karena emosi sesaat yang menyelimuti Lo. Ingatlah hal itu Vi." Ucap Rey sungguh-sungguh. Meskipun sebenarnya aku tidak mengerti apa yang dia katakan, aku mengangguk mengiyakan pesannya itu. 

RewriteWhere stories live. Discover now