#10

1.1K 177 5
                                    


BLAM

Guanlin kembali menutup pintu apartemen Lee Daehwi begitu melihat siapa yang datang. Seperti orang yang baru saja melihat hantu, kini napasnya memburu. Woojin datang menghampirinya. Namja bergigi gingsul itu merasa penasaran saja mengapa tamu yang mengunjungi mereka itu tidak langsung dipersilahkan masuk oleh Lai Guanlin.

“kau kenapa?”

“jangan hyung. Jangan dibuka!” teriakan Guanlin menghentikan pergerakan tangan Woojin yang hampir saja menyentuh gagang pintu.

“ada apa denganmu? Ya! Menyingkirlah, tiang listrik” ucap Woojin tak mengerti

“hyung.. dia ada disana. Dia ada diluar” Guanlin meracau tidak jelas, dan Woojin jadi semakin kesal dengannya karena namja itu terlalu ambigu saat menyampaikan pesan padanya.

“siapa yang ada di luar? Minggir!”

“ya! Hyung!”

Dengan tidak sabaran Woojin menyingkirkan tubuh tinggi Guanlin yang sedang menghadang  pintu. Woojin lalu membukanya untuk melihat siapa gerangan tamu tak diundang yang sudah datang malam-malam dan membuat Guanlin menjadi orang kesetanan seperti itu.

“anyeong..” sapa orang itu.

“Park..Jihoon?” gumam Woojin. Ya, orang yang sedari tadi di tahan masuk oleh Lai Guanlin adalah Park Jihoon, namja yang beberapa hari ini mulai menjauh dari lingkup persahabatan mereka.

“anyeong Woojin-ah. Apa Daehwi ada di dalam? Aku ingin bertemu dengannya. Sebentar saja” ucap Jihoon penuh harap.

“masuklah” Woojin menggeser tubuhnya kesamping, membiarkan namja itu masuk ke dalam apartemen.

Jihoon mengedarkan arah pandangannya ke seluruh sudut ruangan begitu ia masuk ke ke dalam. Guanlin masih memandanginya dengan tatapan tidak suka. Waktu itu dirinya memang sependapat dengan Seonho bahwa Jihoon adalah hyung yang jahat karena mengambil apa yang jadi milik adiknya, sementara Woojin dan Hyungseob mencoba untuk berpikir dewasa bahwa mungkin saja Jihoon juga tidak bermaksud melakukan itu pada salah satu dari adik mereka.

“Guanlin-ah, apa kau masih membenci hyung?”

Guanlin memalingkan wajah begitu Jihoon bertanya dan menatapnya dengan tatapan sedihnya. Ya, sampai detik ini dia masih membenci Jihoon. Sama seperti kekasihnya, mereka berdua memang masih kekanakan. Untungnya Seonho sedang tidak disini. Tidak bisa dibayangkan lagi bagaimana jadinya namja itu ketika melihat Jihoon ada di apartemen Daehwi saat ini. Mungkin saja namja itu sudah akan berteriak dan memaki Jihoon habis-habisan saat itu juga.

“hyung pikir saja sendiri” ucap Guanlin sinis.

Jihoon menundukkan kepalanya..

“hyung kemari ingin bertemu Daehwi, Guanlin-ah. Hyung ingin meminta maaf padanya”

“setelah apa yang terjadi? Hyung, kau benar-benar…”

“Guanlin-ah” potong Woojin. Namja itu mencoba menghentikan perkataan Guanlin yang makin meruncing. Adiknya yang asli dari China itu bisa saja mengucapkan hal-hal yang tidak pantas  pada Jihoon jika dia tidak segera memperingatkannya.

“Jihoon-ah?” Hyungseob datang bergabung dengan mereka setelah di dapur ia mendengar suara ribut-ribut dari ruang tengah. Dan sekarang dia sedang melihat sahabat baiknya itu terdiam membisu di tempatnya bersama dengan dua namja lain yaitu kekasih dan adiknya sendiri.

“Jihoon-ah, ada perlu apa kau kemari?” Hyungseob mencoba bertanya secara halus

“aku hanya ingin bertemu Daehwi. Aku ingin minta maaf padanya, Hyungseob-ah. Tolong sampaikan padanya kalau aku bermaksud baik datang kemari”

“apa Jinyoung tahu kau kemari, Jihoon-ah?”

“ani”
"Jihoon-ah, kukatakan padamu agar kau tahu. Kami sudah hilang kontak dengan Daehwi selama dua minggu lebih”

“mwo? Jadi dia belum juga kembali sejak hari itu?”

“ne, sebab itulah kami berada di sini. Beberapa hari ini kami tinggal di sini untuk menunggunya pulang”

“miane, Hyungseob-ah. Aku membuat Daehwi bertindak sejauh ini”

“simpan maafmu nanti Jihoon-ah. Simpanlah sampai dia sudah kembali pada kita” Hyungsob mengusap punggung sahabat baiknya itu. Daehwi sudah menjauh dari mereka, dan dia tidak ingin Jihoon pun menjauhi mereka.

“apa kau juga masih marah padaku, Hyungseob-ah?”

“tentu. Sejujurnya aku masih menyimpan rasa kecewaku padamu, Jihoon-ah. Tapi setelah berpikir lagi setelah kami meninggalkan apartemen Jinyoung pada hari itu, aku merasa juga merasa bersalah padamu karena tidak memberikanmu waktu untuk menjelaskan sesuatu pada kami saat itu. Jihoon-ah, maukah kau menjelaskannya pada kami? Kenapa kau tiba-tiba saja kembali menjalin hubungan dengan Jinyoung lagi”

“ini memang salahku, Hyungseob-ah. Aku tidak mengindahkan perkataan kalian waktu itu. Aku pikir kalian sedang berusaha mengerjaiku dan membuatku tidak tenang bersekolah lama-lama di Amerika dengan mengatakan bahwa Jinyoung dan Daehwi sudah bersama sejak aku meninggalkannya. Aku bersalah”

“bagaimana bisa kau berpikir bahwa kami sedang bercanda padamu, hyung?!” Guanin menyahut tidak terima. Baginya hubungan dari seseorang, siapapun itu, sama sekali tidak boleh dibuat menjadi bahan candaan.

“mian, Guanlin-ah. Hyung sungguh menyesal” kata Jihoon

“sudahlah Guanlin-ah, lagi pula Jihoon sudah datang jauh-jauh kemari hanya untuk meminta maaf pada kita” itu Woojin yang berbicara.

“apa kata maaf saja darimu bisa membuat Daehwi kembali pada kita sekarang, hyung?”

Sebuah suara lain menimpali pembicaraan mereka dari arah lain. Seonho sudah kembali. Namja itu kini menatap ke empat Hyung-nya yang berdiri di hadapannya.

“jika kau bisa mengembalikan Daehwi-ku saat ini juga dengan kata maafmu, aku akan dengan senang hati menerimanya… hiks.. sampai detik ini saja aku masih belum tahu keberadaannya, hyung. Hiks..hiks.. hiks”

“Seonho-ya” Guanlin menghampiri kekasihnya, memberikannya sebuah pelukan untuk menenangkannya. Seonho selalu menjadi berkali-kali lipat sensitif jika mereka menyinggung perihal Daehwi di hadapan namja itu. Ia akan mudah marah atau bahkan menangis seperti ini.

“miane Seonho-ya, miane…” Jihoon mencoba menyentuhnya, tapi tangannya segera ditepis oleh Guanlin.

“sudahlah Jihoon-ah. Duduklah terlebih dulu. Guanlin-ah, bawa Seonho ke kamar”

“ne, hyung”

***
TBC

voment juseyong

IF YOUWhere stories live. Discover now