#29

411 53 0
                                    

Jingga yang indah..

Woojin memandang langit kota Seoul yang tepat berada di atasnya. Hari menjelang malam namun seseorang yang dia harapkan tak kunjung jua datang.

Pupus kembali harapan yang tahun demi tahun telah dia bangun. Lagi-lagi orang itu tidak menepati janjinya.

Berapa banyak lagi waktu yang kau butuhkan??

Dari kejauhan Hyungseob memandang pria yang sudah 3 tahun lebih ia nikahi. Melihat bagaimana namja itu bersedih turut membuatnya ikut bersedih. Tanpa sadar ia juga memandang langit yang telah berubah menjadi kelam.

Huh~

Hembusan nafas berat terdengar dari arah sampingnya. Hyungseob menoleh dan mendapati seseorang yang sangat di kenalnya tengah berdiri sambil memandang sendu dirinya.

"Jangan lagi, hyung" gumam orang itu.

"Jinyoung-ah, dia-"

"Sudahlah hyung" sergah Jinyoung. Ia tidak ingin untuk yang kesekian kalinya terus-menerus membicarakan hal yang sama. "Kenapa kau dan Woojin-hyung selalu saja seperti ini? Hmm??"

"Aku.."

"Kau sedih karena dia lagi-lagi mengingkari janji untuk datang hari ini? Hyung. Bagaimana denganku??" Ucap Jinyoung dengan nada terluka.

Tangis Hyungseob entah mengapa langsung  pecah. Ia begitu sedih melihat bagaimana tatapan mata Jinyoung yang seolah mengingatkan bahwa sebenarnya orang yang paling terluka adalah dirinya.

"Miane Jinyoung-ah, aku dan Woojin bersikap egois"

"Aniya. Jangan lagi meminta maaf. Ini sudah terjadi berulang kali. Aku mohon padamu dan juga Woojin hyung, untuk hari ini, hari ini saja kita lupakan dia"

"Ne" sahut suara lain. Woojin tiba-tiba saja sudah berada di belakangnya, memegang pundaknya, lalu menyeka air mata di kedua sudut matanya. "Seperti katamu. Kita lupakan dia"

Senyuman kecil tercetak samar di wajah Jinyoung. Ya, untuk hari ini saja. Setidaknya dia tidak ingin melihat hari yang seharusnya menjadi hari bahagia kawan-kawannya  menjadi kelam hanya karena kerinduan yang amat mendalam pada seseorang.

"Kajja. Kita nikmati hari ini bersama. Hari masih panjang bukan?"

Senyum di wajah Jinyoung makin lebar. Sudut matanya melirik teman-temannya yang lain. Sepertinya mereka bangga karena dia sudah lebih tagar dan belajar dari keterpurukan yang pernah dialaminya.

"Hyung?"

"Ne, Seonho-ya?"

"Kuberitahu kau sesuatu"

"apa?"

"Itu~~sebenarnya~"

"Apa? Cepat katakan"

"Daehwi"

"Haish.. kenapa kau menyebutkan namanya?" Keluh Jinyoung

"Daehwi... dia.. eumm"

"Cepatlah"

"Aku baru dapat pesan darinya"

Seonho mengangkat handphone-nya tepat di depan wajah Jinyoung. Melihat nama kontak Daehwi yang tertera di layar handphone milik Seonho lantas  membuat mata Jinyoung seketika membulat.

"Ya!" Teriaknya keras-keras hingga teman-temannya yang lain dan beberapa tamu undangan menjadikannya pusat perhatian.

"Ada apa, Jinyoung-ah, Seonho-ya?" Tanya Jihoon

"Hyung. Anak ini benar-benar" ucap Jinyoung dengan nada merajuk. Jari telunjuknya yang mengacung ke arah Seonho membuat Jihoon menyerngit bingung.

"Ada apa?"

"Daehwi mengiriminya pesan tapi dia sama sekali tidak memberitahuku!"

"Daehwi- MWO?" mata Jihoon membulat. "Ya! Seonho-ya!"

"Hyung. Aku tidak bermaksud-aish. Dia bilang untuk jangan memberitahu kalian. Ya! Kenapa kalian melotot ke arahku? Guanlin-hyung~~" Seonho mencoba berlindung di balik tubuh jangkung guanlin tapi terlambat karena Woojin keburu menarik tangannya lalu menarik sebelah telinganya. "Yak! Hyung! Appo"

"Guanlin-hyung..tolong"

"Mian Seonho-ya. Kali ini aku tidak bisa membantu"

***

IF YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang