01: Pemuda di Dunia Kristal

72 5 2
                                    


Sebuah kereta kuda sarat muatan melintas jalan tanah yang menembus hutan Lamella. Tujuannya sebuah tambang kristal yang baru dibuka dekat sebuah kota kecil bernama Loricca. Kereta kuda tersebut membawa kebutuhan sehari-hari tambang untuk tetap berjalan: tali temali, perkakas seperti palu dan gergaji, katalis yang digunakan untuk memisahkan kristal mentah dari batu dan tanah, dan obat penawar untuk keracunan. Obat penawar adalah muatannya yang paling penting sebab tambang kristal yang dituju kehabisan obat penawar. Sejumlah pekerja yang mengalami keracunan tak bisa diberi pertolongan yang layak. Empunya kereta kuda, seorang pedagang berusia paruh baya, sedang was-was bukan kepalang. Salah satunya penyebabnya adalah dia sudah terlambat dari jadwal pengiriman. Penyebab lain adalah semakin ke dalam pepohonannya semakin rapat dan dedaunan di pohon makin rimbun, menutup cahaya matahari di sana-sini. Hutan ini angker.

Santer terdengar kasak-kusuk bahwa semenjak tambang dibuka, sejumlah orang sudah hilang tanpa jejak. Beberapa orang bilang bahwa yang hilang disambar semacam makhluk terbang dan dicabik-cabik di udara. Sementara yang lain bilang bahwa tambang baru itu dikutuk karena melanggar tanah keramat dan orang yang hilang adalah hukuman dari roh leluhur.

Awalnya si pedagang membayar sejumlah orang bersenjata sebagai pengawal. Beberapa langsung lepas tangan begitu tahu rute perjalanannya ternyata melewati menembus hutan ini. Tak seberapa jauh masuk hutan, sisanya memilih ambil langkah seribu, begitu menemukan sebuah mayat sudah yang sudah kering tersangkut di antara cabang-cabang pohon. Terlanjur berada di tengah hutan, si pedagang dalam posisi serba salah, untuk lanjut atau kembali. Rombongannya yang bersisa hanya dirinya sendiri dan seorang pemuda.

"Kau tahu apa yang harus dilakukan bukan?", sahut si pedagang.

"Tentu saja, Pak", jawab si Pemuda dengan ringan.

Pemuda itu memakai baju yang sudah lusuh, celana tebal yang biasa dipakai para penjelajah gunung, sebuah sabuk tebal dengan banyak kantung berbagai ukuran melingkar di pinggangnya, dan dirinya juga membawa sebilah pedang.

Pemuda itu tetap tenang, duduk manis di atas tumpukan gentong kayu berisi katalis berupa lemak hewan dan garam batu. Sikap tenang dari si pemuda turut membangun kemantapan hati si pedagang melanjutkan perjalanan. Sampai tidak muatannya ke tujuan bukan sekedar perkara untung rugi, ada nyawa-nyawa lain yang bergantung padanya. Pokoknya dia harus sampai secepatnya!

Si pemuda satu-satunya anggota rombongannya yang tidak lepas tangan, justru tidak termasuk dari orang-orang bayaran. Si pemuda kebetulan berpapasan dengan rombongan si Pedagang di jalan sebelum masuk hutan. Si pemuda bermaksud untuk ikut menumpang kereta kuda sampai Kalderan.

Hanya terdengar derap kaki kuda yang beradu dengan tanah dan derit muatan yang terguncang karena jalan tidak rata. Ada yang ganjil dengan hutan ini yaitu hutan ini kelewat sunyi. Tak ada suara hewan kecil, seperti burung atau serangga seperti hutan pada umumnya. Sesuatu telah membuat hewan-hewan lain menyingkir.

Terlihat beberapa sosok bayangan berkelebat di antara pucuk-pucuk pohon. Si pemuda menghunus pedang dengan tangan kanannya. Tangan kirinya terbuka, sebutir kristal berwarna biru yang tersimpan di salah satu kantong yang terpasang di sabuk kulitnya, melayang keluar, menuju tangan kirinya. Kristal itu berputar, mengeluarkan uap dengan warna kebiruan.

"Pak, tolong lajunya dijaga", ujar si Pemuda.

Si pedagang mengangguk, mengatur tali kekang agar kuda agar kecepatan kereta kuda tidak terlalu cepat atau lambat.

Suasana semakin mencekam. Semakin ke dalam, hutan menjadi semakin gelap dan lebat. Sudah beberapa kali sosok bayangan itu muncul lalu menghilang. Keringat dingin membasahi tengkuk si Pedagang. Kakinya gemetaran. Mulutnya komat-kamit merapal doa dan nama Tuhan. Namun tangannya tetap mantap mengatur tali kekang, seakan tak berpengaruh.

Azun Chronicles: In the Near EastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang