Innocent

11.2K 887 151
                                    


Disclaimer :

Kuroko no Basket © Tadatoshi Fujimaki

Penulis tidak mengambil keuntungan material apapun dari fanfiksi ini

Enjoy!

************************

"Bundaaa,"

Seorang balita berambut merah memanggil sesosok bersurai baby blue yang ada di hadapannya. Mata biru bulatnya menatap sosok yang ia panggil bunda tersebut—Kuroko Tetsuya namanya.

Ah, bukan. Lebih tepatnya Akashi Tetsuya. Beberapa tahun yang lalu ia telah menikah dengan Akashi Seijuuro, seseorang yang berasal dari keluarga kaya yang hartanya tak akan pernah habis tujuh belas turunan dan delapan belas kali tanjakan.

Mereka sudah saling mengenal sejak jaman SMP, dan baru mulai berpacaran saat hari kelulusan SMP mereka (Tetsuya sangat senang sekaligus malu luar biasa ketika ditembak Seijuuro di atas podium setelah si merah selesai memberikan pidato kelulusan). Seijuuro tidak mau ada yang menyalip di saat mereka tidak bersama—karena berbeda sekolah. Terkutuklah sang ayah yang dengan seenaknya telah mendaftarkan Seijuuro di Rakuzan, yang berada jauh dari Tokyo.

Menjalani hubungan Long Distance Relationship ketika baru saja jadian bukanlah hal yang mudah. Perjalanan cinta mereka melewati berbagai kelokan tajam, tanjakan maut, dan turunan ekstrem. Jangan lupakan setiap kerikil-kerikil tajam yang tersebar di seluruh jalan—intinya, sangat sulit.

Namun karena rasa cinta mereka yang tiada tandingannya di seluruh dunia, hubungan mereka tetap bertahan. Akhirnya, di hari wisuda kuliah Tetsuya, ia dilamar Seijuuro untuk menikah —dan lagi-lagi dia dilamar di atas podium. Tetsuya pasrah walau ia sebenarnya bahagia akhirnya dilamar.

Kini, mereka telah diberikan buah hati yang begitu lucu dan menggemaskan, yang merupakan perpaduan sempurna dari Seijuuro dan Tetsuya; Akashi Seita.

"Iya, sayang?" Tetsuya yang sedang mencuci peralatan masak menoleh ke arah putra kecilnya tersebut, menghentikan kegiatannya sejenak.

"Bundaa," panggilnya lagi. "Eita mau adik."

TRANGG

Teflon super anti lengket di tangan refleks terjatuh dengan keras ke wastafel, menambah efek dramatis dari keterkejutan Tetsuya akan perkataan Seita. Anak semata wayangnya meminta adik layaknya meminta dibelikan balon—sangat mudah tanpa mengerti betul maksud dari perkataannya.

Tetsuya mencuci tangannya dan menghampiri Seita yang sedang duduk di kursi kecil dekat meja.
"Seita-kun, kenapa mau minta adik?" tanyanya lembut.

"Coalnya teman-teman Eita di TK cemuanya punya adik. Cuma Eita yang gak punya, Bundaa." jawabnya polos dengan suara cadel khas balitanya. Tetsuya jadi bingung sendiri bagaimana menanggapi permintaan putra kecilnya yang satu ini. Ia memijit pelipisnya sambil menghela nafas.

"Seita-kun, untuk yang satu ini, rasanya agak.....sulit?" jawab Tetsuya akhirnya.

"Ehh, kenapa?" Seita merengek. "Eita mau adik bayi, coalnya meleka lucu lucu. Telush bica temenin Eita main baleng," lanjutnya sambil menatap Tetsuya dengan memelas.

Ugh, Tetsuya tidak kuat.

Sosok baby blue itu memutuskan untuk mengalihkan pandangannya.

"Soalnya memberikan adik itu tidak mudah, sayang."

"Tapi Eita mau adik bundaaa, hiks..." Seita mulai berkaca-kaca. Tetsuya jadi panik.

InnocentWhere stories live. Discover now