Bab 7 Hari Pernikahan

18.3K 885 7
                                    

Perlahan Raynald membuka matanya. Ia terbangun dari rasa lelah yang membuatnya hilang kesadaran begitu saja. Tidur sesaat membuatnya agak lebih baik. Hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit berwarna putih. Ia menolehkan kepalanya ke arah kiri, lalu terkejut dengan pemandangan yang tepat berada di hadapannya. Amora, tertidur dengan terduduk di lantai dengan kepala dan tangan berada di sofa tempat Raynald tertidur.

"Amora...."

Amora tak menjawab. Ia tertidur dengan sangat pulas. Raynald bangun dari sofa dengan perlahan, terduduk di sebelah Amora yang masih tetap tertidur. Ia menatap wajah Amora. Wajahnya begitu damai membuat Raynald mengurungkan niatnya untuk kembali membangunkannya. Ia pun beranjak dari tempat itu dan pergi menuju dapur.

"Mbok Minaah...."

"Iya mas Raynald? Ada apa mas?"

"Kamar Amora dikunci?"

"Ndak mas... kenapa to mas?"

"Aku mau bawa Amora ke kamarnya. Makasih ya mbok"

"Iya mas sama-sama"

Raynald kembali ke ruang keluarga. Ia menggendong Amora menuju kamarnya.

"Badannya ringan sekali, dia terlalu kurus"

Sesampainya di kamar Amora, Raynald meletakan Amora di kasurnya, lalu menyelimutinya. Ia memperhatikan seisi kamar Amora lalu matanya terhenti pada rangkaian bunga anyelir putih dalam vas di atas nakas. Ia memperhatikan bunga tersebut lama, lalu memejamkan matanya. Raynald mendesah pelan, ia pun dengan perlahan keluar dari kamar Amora. Tanpa berpamitan dengan Amora, Raynald pun pulang.

****

Tanpa terasa hari pernikahan pun tiba. Nuansa putih menjadi tema pernikahan mereka. Di ruang ganti pria, Raynald berjalan bolak-balik. Ia memperhatikan sekeliling. Tidak ada orang, dan mungkin ini kesempatan yang baik baginya untuk melarikan diri dari pernikahan ini. Tetapi ia kembali mengurungkan niatnya untuk melakukan hal itu saat ia mengingat apa yang ayahnya katakan jika ia tak menikah. Raynald semakin tegang. Ruangan terasa panas walaupun AC sudah terpasang.

"Hei bro, jangan tegang seperti itu. Santai..."

Tiba-tiba dua orang pria tampan dengan jas rapihnya muncul di dari balik jendela.

"Diamlah buntalan"

"Hei Ray, jangan sebut aku seperti itu. Aku bukan lagi buntalan"

"Benar Ray, Arka yang sekarang bukanlah bakpao, tapi roti sobek"

"Hei, aku bukan roti Hans. Lagian istilah macam apa itu?"

"Kau ini tidak update ya? Wanita jaman sekarang selalu memberi istilah seperti itu. Mereka akan menatap kita yang punya badan bagus seperti ini dan mengaguminya dengan malu malu sambil berkata "hei lihat ada roti sobek lewat" sambil malu-malu"

Arka dan Raynald menatap Hans dengan tatapan jijik dan aneh. Kawan mereka yang satu ini memang selalu senang jika dikagumi oleh banyak wanita. Arka dan Hans merupakan dokter sekaligus teman Raynald. Hanya saja mereka berbeda spesialis.

"Ngomong-ngomong kalian kenapa muncul dari jendela seperti itu hah? Kalian seperti mau mengintipku ganti baju"

"Ow.. maaf dokter Raynald yang terhormat. Oh salah, the groom of today. Biarkan kami masuk"

Setelah berkata seperti itu, Hans menerobos jendela dan masuk ke dalam ruangan. Raynald dan Arka hanya bisa menganga. Kawan mereka yang satu ini memang unik. Untung saja jendelanya cukup besar.

"Ka, ayo masuk. Nanti kita dikira pria tampan yang mau menguntit tuan Raynald yang terhormat ini lagi. Hiiii...."

"Hans! Disana ada pintu. Apa kau tidak bisa masuk dengan cara yang waras?"

Renjana (END)Where stories live. Discover now