Saya Anya Ayesha

217 16 51
                                    

Di hadapan cermin, seorang perempuan berkulit putih dengan mata sedikit sipit memandang wajahnya lekat. Rambut panjangnya sudah di kuncir dua dengan poni depan tipis ala korea, tangannya merapihkan seragamnya, mengalungkan name tag besar di lehernya dan memakai topi kerucut diatas kepalanya.

Panggil saja dia Anya, calon siswi di salah satu SMA ternama di Jakarta. Anya perempuan sedikit manja, apa yang ia inginkan harus terkabulkan walau harus menempuh proses yang cukup lama. Kebiasaan buruknya, ia sedikit ceroboh dalam melakukan segalanya, terlalu terburu-buru tanpa berpikir panjang terlebih dahulu. Namun, dibalik kecerobohannya Anya mampu membaca gerak-gerik seseorang dan suatu masalah untuk ke depannya, walau terkadang tebakannya melesat, tapi ia selalu waspada akan hal-hal buruk yang tidak ia inginkan.

Anya memiliki impian untuk menjadi seorang dokter hewan, Anya perempuan yang sangat prihatin terhadap keselamatan dan kesehatan hewan liar di luaran sana. Hewan yang harus susah payah mencari makanan, belum lagi ulah manusia yang menyiksa hewan yang hanya menginginkan sedikit makanan darinya. Itulah alasan mengapa Anya memutuskan memilih SMA dan ingin memasuki jurusan IPA, untuk mempermudah mewujudkan impiannya.

"Akhirnya MOS terakhir juga," ucap Anya yang sudah sangat rapih dan segera turun menuju meja makan.

Anya mengambil semua perbekalan MOSnya dan menghampiri mamanya yang sedari tadi sudah menyiapkan sarapan untuknya.

"Udah rapih semua? Awas ada yang ketinggalan." Mia--mamanya Anya memang selalu mengingatkan hal tersebut setiap pagi, sadar akan anaknya yang ceroboh dan pelupa.

"Udah mih," jawab Anya dengan menyantap makanannya.

Mia menoleh jam dinding yang tertempel di dinding dapur. "Tumben pagi banget?" tanya Mia menyadari waktu terlalu pagi untuk Anya.

"Kemarin Anya cuma telat berapa menit aja kena hukumah mih, jadi Anya gak mau terulang lagi."

"Loh ko bisa?" tanya Mia mengkhawatirkan putrinya.

Anya menghentikan aktifitas sarapannya. "Jadi ceritanya gini mih, kemarin itu --."

Anya mengendarai sepeda motornya cukup cepat, mengingat waktu yang di batasi bagi seluruh calon siswa dan siswi SMA Cakrawala untuk sampai di sekolah.

"Stop stop." Salah satu anggota OSIS menghentikan laju sepeda motor Anya.

'Ngapain OSIS jaga jauh dari sekolah gini?' Batin Anya mulai bertanya-tanya.

Anya dengan santainya mengikuti arahan dari kaka seniornya, mengingat dirinya masih sangat junior bahkan belum menjadi junior di sekolah barunya.

"Lepas jaketnya dari sini," perintah salah satu anggota OSIS tersebut. Anya mengangguk dan membuka jaketnya lalu menyimpannya di tas sekolahnya.

"Silahkan boleh jalan lagi," ucap kaka senior tersebut. Anya sedikit menundukkan kepalanya memberi hormat kaka seniornya dan kembali melajukan sepeda motornya.

"STOPPP!" Lagi dan lagi tepat di depan gerbang sekolah Anya kembali di hentikan oleh beberapa anggota OSIS yang berjaga. Namun, kali ini Anya tidak sendirian, masih banyak siswa dan siswi yang juga di berhentikan oleh anggota OSIS tersebut.

'Kenapa lagi si ini?" kesal Anya dalam batinnya.

"Kalian sudah melebihi batas waktu, sebagai hukumannya kalian dorong motor kalian sampai parkiran lalu segera memasuki lapangan bergabung dengan yang lainnya." Anggota OSIS menjelaskan dengan tegasnya.

'Hah dorong? Di pikir ini sekolah kecil apa ya? Kalau bukan gara-gara OSIS suruh aku lepas jaket mungkin gak akan telat gini, astagfirullah Anya, kamu harus sabar.' Anya semakin menggerutu dalam batinnya.

Love or DreamsWhere stories live. Discover now