Chapter 48

39.6K 2.2K 21
                                    

Happy Reading, maaf kalo ada typo❤️



Aidan mengelus puncak kepala Briana yang sedang terlelap dalam tidur nyenyaknya, begitu lembut ia mengelus rambut istrinya seolah-olah wanita itu adalah cermin yang dapat rapuh kapan pun.

Pikiran Aidan sedang berkelana, walaupun ia tak peduli dengan ancaman Raja Sam namun tetap saja ia memikirkan kendalanya. Ia tidak peduli dengan peperangan yang akan ia hadapi nantinya, tapi yang ia khawatir kan  adalah isterinya yaitu Briana. Briana, sedang mengandung belum lagi wanita itu hanyalah manusia biasa tanpa kekuatan apa pun.

Ia takut jika penyerangan akan sampai ke kastil ini, dan bagainama nasib istrinya nanti jika penyerangan itu terjadi hingga memasuki area kastil?

Aidan tidak bisa mengawasi Briana nantinya karena ia harus berada di garis depan pertempuran, jika hanya mengandalkan para perajurit atau kedua pengawalnya ia rasa itu tak akan cukup untuk menjaga istrinya didalam kastil besar dan luas ini.

Pasti saat pertempuran terjadi pengawasan di dalam kastil akan berkurang karena para perajurit akan sibuk dengan pertempuran, dan tak kecil kemungkinan akan ada penyusup yang berhasil memasuki arena dalam kastil.

Tangan Aidan terhenti mengelus kepala Briana karena wanitanya sedang mengeliat, Aidan tersenyum kecil melihat wajah polos istrinya yang masih terpejam matanya. begitu damai wajah Briana saat tidur, Aidan merasa ia sudah menikahi malaikat cantik.

"Aidan?" Gumam Briana, mata Briana yang masih sayu menatap suaminya yang sedang memandanginya.

Aidan tersenyum hangat pada istrinya "tidur lah"

"Aku baru saja bangun Aidan" jawab Briana "ada apa?"

"Tidak ada"

Briana tau suaminya sedang berbohong, terlihat dari wajah suaminya kalau pria itu sedang memikirkan sesuatu yang menganggunya "jangan berbohong"

"Sepertinya kau sudah semakin cerdik"

Briana beranjak dari tidurnya, Aidan membantu Briana untuk duduk, Briana menyampingkan tubuhnya untuk menatap suaminya "tentu saja jika aku masih polos seperti dulu, bisa saja kau akan terus membohongi ku"

Aidan terkekeh mendengar ucapan protes dari istrinya "aku tidak pernah berbohong pada mu, sungguh"

"Jika begitu katakan, ada masalah apa? Setidaknya dengan berbagi kau akan merasa lebih lega"

Aidan memejamkan matanya merasakan lembutkan tangan Briana yang sedang mengusap dagunya dengan lembut dan penuh kasih sayang, sungguh ia tak akan pernah membiarkan wanita disampingnya ini meninggalkannya atau terluka secuil pun. Tak ada yang boleh melukai wanitanya, Aidan akan melakukan segala cara agar Briana tetap aman dan tak memikirkan yang tidak-tidak.

"Tidak, Hanya masalah kerajaan saja. Banyak hal yang harus ku perbaiki setelah lama aku meninggalakn pekerjaan ku" jawab Aidan seadanya, Aidan tak sepenuhnya berbohong karena memang benar semenjak ia berada dibawah kendali Valerie ia jadi jarang mengurusi masalah kerajaan.

Briana mengangguk paham "syukurlah ku kira ada hal besar"

"Tidak ada"

"Kalau begitu kenapa kau tidak meneruskan pekerjaan mu? Malah kau sedang memandangi ku tidur"

"Karena wajah mu adalah obat lelah ku ma cherie"

Pipi Briana mendadak bersemu merah, ia cukup mengerti arti kata yang di ucapkan suaminya yang sepertinya sudah makin pandai menggombal "Aidan!"  Gumam Briana sambil mencubit lengan kokoh Aidan.

Aidan tertawa, entah kenapa Aidan merasa rindu dengan saat-saat seperti ini dengan istrinya, bercanda riang atau sekedar mengobrol santai ia merasa sudah lama sekali tak seperti ini.

"Aww...itu sakit ma cherie" ucap Aidan seolah-olah cubitan Briana yang tak seberapa itu menyakitinya.

"Salahkan kau yang menggoda ku"

"Apa salahnya menggoda istri sendiri?"

Briana mengedikan bahunya acuh "tidak sih hanya saja kau membuat ku malu"

Aidan mencubit hidung Briana gemas, bisa-bisanya Briana malu padahal sudah cukup lama mereka menikah dan bersama "Aidan lepas" Briana mengangkat tangannya untuk menyingkirkan tangan Briana dari hidung kecilnya.

Aidan pun melepaskan cubitannya "aku rindu moment kita yang seperti ini ma cherie" ucap Aidan sendu.

Briana menatap suaminya, jujur saja jika dikatakan rindu ia pun juga merasa hal yang sama dengan Aidan "aku juga"

Aidan tersenyum simpul lalu memeluk istrinya hangat "aku mencintai mu"

Briana membalas pelukan suaminya, menenggelamkan wajahnya di bahu Aidan "aku lebih mendintai mu Aidan"

***

Dikerajaan Aequor,

Raja Sam tampak mondar-mandir diruang rapat wajahnya menampakan sorot keseriusan. Sepulang dari kerajaan Diabolus atau kerajaan milik Aidan ia langsung menggumpulkan para petinggi kerajaan seperti panglima atau jendralnya.

Ia akan membuat strategi penyerangan balas dendam seperti yang sudah ia bicarakan pada Aidan tadi pagi.

Ia tak terima puteri semata wayangnya disiksa dengan sebegitu kejinya, bahkan ia ayahnya sendiri tak pernah menampar anaknya apa pun kesalahan yang sudah di lakukan Valerie, walaupun ia tau karena ulah Valerie lah Raja Iblis itu murka. Tapi, tetap saja ia tak terima dengan semua itu.

"Lebih baik kita melakukan penyerangan secara tiba-tiba saja Ayah" ucap Pangeran Harry yang ikut serta dalam rapat penyerangan.

Raja Sam menoleh ke arah Pangeran Harry yang duduk di samping panglima Marcus, "aku juga memikirkan itu, tapi dengan strategi seperti apa?"

"Sepertinya kita membutuhkan Alaric untuk saat-saat seperti ini"

"Tidak!" Sanggah Raja Sam cepat "terakhir pria itu mengusulkan sebuah cara untuk Valerie dan lihat lah sekarang puteri ku harus menderita seperti itu. Ia seperti dibunuh dengan cara perlahan oleh raja keji tak berperasaan tersebut"

"Maaf saya menyela Pangeran, bukan kah Alaric sudah dipenjara oleh pengawal Raja Iblis?" Tanya Jendral Robert.

Pangeran Harry mendengus "aku tidak tau soal hal itu" memang benar Pangeran Harry tak tau menau soal kabar Alaric "kita akan bagi beberapa pasukan penyerangan kalau begitu"

Pangeran Harry pun bangkit dari duduknya, Raja Sam yang melihat aura kepemimpinan yang terpancar dari anaknya itu tersenyum, ia bangga dengan puteranya.

Peta yang tergulung di atas meja dibuka oleh Pangeran Harry, ia melebarkan gulungan itu di atas meja dengan kedua tangannya.

"Istana Diabolus" kata Pangeran Harry seraya menunjuk gambar kastil Aidan di dalam peta itu, para peserta rapat memperhatikan gambar istana itu dengan seksama.

"Kita membutuhkan 100 pasukan untuk menyerbu bagian gerbang utama. Lalu sekitar 270 pasukan di gerbang barat karena disini digaja ketat oleh para werewolf karena dekat dengan hutam safir. Lalu 130 untuk bagian barat dan 100 untuk bagian selatan. Dan 5000 pasukan cadangan. Selanjutkan aku membutuhkan 24 orang untuk menyelinap masuk kedalam bersama ku dan aku akan menculik Ratu" kata Pangeran Harry dengan seringainya.

"Untuk apa menculik Ratu? Kita sudah kehabisan pasukan! Jangan bercanda Harry" sahut Raja Sam.

"Kita harus membalas apa yang sudah Iblis itu perbuat pada adik ku ayah!"

"Aku tidak setuju! Jangan main-main dengan Aidan, Harry. Cukup kita porak pondakan agar Raja itu merugi setelah itu sudah cukup! Aku tidak mau membuat peperangan dunia nantinya" balas Raja Sam.

Pangeran Harry memandang dingin ayahnya, sebenarnya ada niat lain dibenak Harry dengan rencana penculikan Ratu Diabolus itu. Ini adalah kesempatan besar untuknya, kesempatan untuk mendapatkan wanita impiannya dan ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan yang sudah ada di depan matanya, hanya selangkah lagi ia bisa mendapatkan wanita impiannya itu. Dan tak akan ada yang bisa mengahalnginya menjalankan rencana licik ini.

Dengan atau tanpa persetujuan Raja Sam, Harry sudah memutuskan untuk tetap pada rencananya untuk menculik Briana.

King Demon's Bride (END)Where stories live. Discover now