26

44.4K 3.4K 122
                                    

Aira tersenyum memperhatikan mobil Xavier yang mendekat lalu berhenti di depan gedung apartemennya. Ia segera masuk kemudian duduk di kursi tengah mobil.

"Kenapa Sintha yang menyetir?" Aira menyuarakan keheranannya saat melihat Sintha yang berada di balik kemudi sementara Xavier sedang memangku Alvin di kursi sebelah.

Sekitar sembilan hari mengenal pasangan itu, Aira sudah sering satu mobil bersama mereka. Biasanya jika Xavier dan Sintha pergi bersama, selalu Xavier yang mengemudi hingga Aira pikir Xavier adalah lelaki yang tidak suka disupiri istrinya. Namun kini untuk pertama kalinya Aira melihat Sintha yang mengemudi sementara Xavier duduk di kursi sebelahnya.

"Si bocah manja berbuat ulah. Dia tidak mau dipisah dari papanya." Ujar Sintha kesal sementara Xavier hanya terkekeh mendengar nada kesal istrinya. Alhasil ia mendapat pelototan dari sang istri yang membuatnya langsung menahan tawa dan berpura-pura sedang berbicara dengan Alvin.

"Sepertinya kau sedang iri pada putramu sendiri." Goda Aira. Dari kebersamaannya dengan Sintha, Aira jadi tahu bahwa adik Dennis itu cukup manja pada suaminya. Bahkan tidak jarang ia menggoda Xavier dengan kata-kata mesum yang selalu membuat Xavier merona. Tidak hanya Xavier, Aira yang sering mendengar juga turut merona karena Sintha mengucapkannya dengan nada berbisik namun masih bisa didengar orang di dekatnya. Yah, kebetulan Aira yang sering berada di dekat Sintha sejak beberapa hari terakhir.

Pernah Aira iseng bertanya bagaimana cara Sintha hingga bisa begitu berani menggoda sang suami dengan mesum. Sambil terbahak Sintha mengatakan bahwa Xavier jauh lebih mesum jika mereka hanya berdua. Padahal saat awal-awal menikah sang suami malu-malu padanya.

Sepertinya kehidupan cinta Sintha tidak serumit kehidupan cinta Aira. Tapi tentu saja itu hanya yang dilihat Aira sekarang. Tiap orang memiliki jalan dan hambatannya masing-masing. Mungkin dulu untuk mencapai jenjang pernikahan, mereka juga harus mengalami hal sulit.

Melihat pasangan di depannya, Aira jadi penasaran dengan perjalanan cinta mereka. Mungkin jika ada kesempatan Aira akan memaksa Sintha bercerita.

"Bagaimana tidak iri? Bocah itu merebut perhatian Xavier sejak tadi malam." Gerutu Sintha dengan nada merajuk.

"Hei, Ma. Bocah ini putramu sendiri." Xavier menegur dengan senyum tertahan. "Alvin, katakan 'hai' pada Mama."

Xavier menghadapkan Alvin yang duduk di pangkuannya pada Sintha. Tapi bukannya melakukan yang Xavier minta, bocah satu setengah tahun itu menjulurkan lidahnya sekaligus menyemburkan hujan dari mulut ke arah Sintha.

Wajah Sintha semakin cemberut sementara Xavier dan Aira terbahak.

"Wah, sepertinya bukan Mama saja yang marah." Komentar Aira. "Mungkin sebelumnya dia juga iri karena si Papa terlalu sibuk memperhatikan Mamanya."

Xavier terkekeh seraya merebahkan kepala Alvin di lekukan lengannya agar bisa menatap wajah menggemaskan Alvin. "Putra Papa merasa diabaikan, ya?"

"Sekarang Mamanya yang diabaikan." Ujar Sintha ketus.

"Aduh, bagaimana ini?" Xavier menoleh pada Aira. "Aira, apa kau punya saran agar dua kesayanganku ini tidak saling iri?"

"Aku tidak tahu." Ujar Aira dengan seringai geli.

Sintha mendengus. "Jangan tanya dia. Kisah cintanya sendiri tidak jelas akan mengarah ke mana."

"Aku merasa tersindir tapi aku tidak akan marah karena itu kenyataan." Sahut Aira enteng.

"Memangnya masih mau mengarah ke mana? Tentu harus ke pelaminan." Xavier berkata.

"Siapa yang akan menemaniku ke pelaminan?"

In His Arm (TAMAT)Where stories live. Discover now