Chapter 21

1.4K 137 1
                                    

Gomawo bagi kalian yang udah nungguin ff ini. Happy 44k viewers :) mianhe karena telat banget buat upload. Kayakanya gue maaf maaf terus ya. Jeongmal mianhe readers. Kesel sih sama siders.


------

Billa berlari cepat ketika mendengar tanda isyarat kode blue yang artinya pasien sedang membutuhkan bantuan darurat dokter. Ia harus bisa menangani ini dan mencegah kematian yang dialami pasien tu.

Setelah sampai di depan kamar pasien, ia segera membuka pintu ruangan dengan gusar dan menarik stetoskop yang ia simpan di dalam jas dokternya.

Perawat segera memberi jalan agar Billa dapat memeriksa keadaan pasien. Billa langsung meminta suntik yang berisi Dizepam (Obat penenang). Setelah menerimanya, ia lalu menyuntikkannya ke punggung tangan kanan pasien.

Billa kembali tenang saat pasien itu mulai terkulai lemas. Ia lalu menengok ke monitor untuk mengecek detak jantungnya pasien.

"Apa wali pasien telah mengizinkan pihak rumah sakit untuk segera mengoperasinya? Kita tidak bisa menunggu lama untuk mengoperasi pasien." tanya Billa kepada salah seorang perawat.

"Belum, dok. Bahkan wali belum mengunjungi sama sekali hari ini." Billa menghembuskan napas berat mendengar jawaban dari perawat itu.

Tiba – tiba ada seorang dokter yang nyelonong masuk. Wajah dokter itu panik sekali dengan cucuran keringat. Mungkin karena habis berlari.

"Ada apa, dok?" tanya Billa pada dokter itu.

"Hah hah hah. Adah pasienh yangh harush dioperasi. Sekarang sedang dibawa ke ruang operasi." Dokter itu berusaha mengatur napasnya yang memburu.

"Sekarang?"

Dokter itu mengangguk. Langsung saja Billa berlari keluar ruang pasien yang tadi dan segera menuju ruang operasi.

***

"Aku akan menelpon Dokter Ahn." Dokter Minhyuk mengeluarkan ponselnya dan segera menelpon dokter Kim.

Billa mengangguk mengerti. Ia sebenarnya ingin cepat melakukan operasi karena ia merasa kasihan kepada pasien. Pasien itu harus segera dioperasi.

Setelah beberapa saat menunggu, ternyata belum ada respon sama sekali dari dokter Ahn. Billa semakin cemas dengan keadaan seperti ini.

Tangannya sudah gatal ingin segera mengoperasinya agar pasien dapat bertahan. "Aku tidak bisa membiarkannya. Aku harus segera mengoperasinya. Tapi.."

"Tunggu dokter Ahn. Dia pasti akan datang." Minhyuk tetap mencegah Billa agar tidak gegabah.

Satu setengah jam mereka menunggu. Tapi Dokter Ahn tidak datang – datang. Minhyuk sudah menelpon dan mengirim pesan banyak kali. Billa semakin cemas dengan ini.

Akhirnya ia mengambil tindakan. "Ayo kita operasi sekarang. Kita tidak punya banyak waktu!" Minhyuk nampak kaget dengan kalimat Billa.

"Aniyo. Dokter Ahn pasti datang." tolak Minhyuk.

"Aku juga yakin Dokter Ahn pasti datang. Tapi kita akan memulainya lebih dulu. Aku kasihan dengan pasien, belum ibunya yang terus menangis seperti itu. Aku tidak bisa membiarkannya begitu saja. Aku tidak akan." Billa lalu melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

Ia berjalan untuk menyuruh perawat menyiapkan alat – alat operasi. Lalu ia mencuci tangannya sampai benar – benar bersih dengan sabun anti mikroba.

Kemudian seorang perawat memakaikannya sarung tangan yang sudah steril saat Billa telah memasuki ruang operasi. Jujur, ia sedikit gugup. Tapi ia tidak bisa diam lebih lama.

Ia baru pertama kali ini memimpin operasi seorang pasien penderita tumor. Karena ia adalah ahli bedah saraf, jadi ia selama ini tidak pernah memimpin operasi pasien penderita tumor.

Jangankan memimpin, melakukan saja tidak pernah. Tetapi ia pernah melihat Dokter Ahn, Dokter Bedah Onkologi (ahli tumor) mengoperasi seorang pasien penderita tumor. Jadi ia mungkin akan memulainya awalnya saja.

Ia yakin Dokter Ahn akan datang. Dokter Ahn pasti akan menyusulnya nanti dan menggantikannya untuk memimpin.

Setelah Billa melakukan pengoperasian tahap awal, tiba – tiba ada seseorang masuk dengan pakaian operasinya. Dialah Dokter Ahn. Billa tersenyum saat Dokter Ahn datang.

Dugaannya benar, Dokter Ahn pasti akan datang saat ia tengah melakukan operasi. Kini posisinya digantikan oleh Dokter Ahn. Minhyuk yang sedari tadi tersenyum karena kedatangan Dokter Ahn, merasa lega.

***

"Gamsahabnida, seonsaengnim." Billa membungkukkan badan hormat saat ia dan Dokter Ahn keluar dai ruang operasi.

"Kau hebat. Kau berani dalam mengambil keputusan." Billa hanya tersenyum mendengar pujian dari dokter Ahn.

"Gamsahabnida." Billa membungkukkan badannya lagi.

Setelah itu Dokter menepuk bahu Billa dan meninggalkannya bersama Minhyuk. Kemudian Billa dan Minhyuk berjalan ke arah yang berbeda dengan Dokter Ahn.

Tentu saja mereka ingin melepaskan penat setelah sekian lama melakukan operasi. Setelah sampai di ruang peristirahatan, Billa segera mengeluaarkan ponselnya untuk mengabari suaminya.

"Hooaamm."

"Maaf ya sayang, jadi ganggu kamu tidur. Aku cuma mau kasih kabar aja. ini aku habis operasi pasien jadi ngga pulang."

"Iya aku ngerti kok walau aku ngebet."

"Ngebet apa?"

"Kamu ngga peka sih. Minta jatah lah."

"Ya Tuhan. Kemarin sudah gitu."

"Ngga nurutin suami dosa lo."

"Bodo amat."

"Hih yang tiba – tiba cuek."

"Suka suka."

"Ya udah sekarang kamu istirahat saja. Besok kalau ada waktu, aku ke rumah sakit."

"Nah gitu dong. Okay deh. Ku nanti kedatanganmu, Oppa."

Billa memutuskan sambungan telepon dan merebahkan badannya ke tempat tidur ruangannya.pantas saja suaminya tadi menguap awaktu ia telepon, sekarang masih jam 3 dini hari.

***

"Kim seonsaengnim." panggil seorang perawat saat Billa keluar ruangan istirahat.

"Ne?"

"Anda dipanggil Kepala untuk segera ke ruangannya."

"Sekarang?"

------



Jangan bosan bosan buat semangati aku ya. Hehe :D biar aku tambah semangat buat ff nya

vote dan comennya guyes jangan lupa

Vote

Coment

Mine [Marry] • PcyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang