Chapter 14

3.8K 70 12
                                    

Chapter 14

“JOE!!” Caca berteriak memanggil Joe yang masih mengelap keringatnya dengan handuk putihnya dari ujung lapangan basket. Joe menoleh-noleh melihat siapa yang memanggilnya. Caca pun melambai-lambaikan tangannya ke arah Joe. “Caca yang manggil!!” Caca masih berteriak dan Joe pun menghampiri Caca.

“Napa, Ca? tumben banget nyari gue. Biasanya cuma inget sama Rei doang.” Ucap Joe  dengan nada setengah bercanda itu.

“Gue mau ngomong tentang Tania, Joe!! Penting banget!” setelah Caca menyebut kata ‘Tania’, Joe langsung berubah serius.

“Tadi Tania ngomong apa aja, Ca?”

“Loe jangan emosi dulu ya. janji sama gue.” Caca menatap wajah Joe yang tampak tidak sabar untuk mendengar informasi tentang Tania.

“Oke. Sekarang mulai ceritanya.” Joe melipat kedua tangannya di depan dadanya.

“Tania deket sama Eric anak baru di kelas gue sama Tania. Trus tadi Tania diajak jalan sama Eric Sabtu ini. Katanya dia mau mastiin perasaanya ke kamu dan Eric, Joe. Maafin aku beneran deh maafin aku. Coba aja kalo aku cerita sama Tania pasti gak akan gini jadinya. Ini semua salah aku-“

“Ahh.. aku sudah menduga pasti seperti ini jadinya.. Aku bakalan kasih pilihan buat Tania. Kalo memang dia cinta sama aku dia pasti ntar juga balik ke aku kan?”ucap Joe sambil tersenyum. Tapi entah kenapa begitu melihat senyum yang keluar dari wajah Joe senyuman itu bernada ambigu. Entah menyimpan kebahagiaan atau kesedihan.

“Joe! Ntar sabtu ini kamu harus temenin aku! Kita harus ngikutin mereka!” Caca berbicara dengan penuh semangat sementara Joe hanya bersikap seperti orang yang pasrah dan ikut sajalah.

“Oke. Nanti kamu kabarin aku aja ya.” ucap Joe yang kini sudah tidak tegang seperti tadi dan justru membuat Caca terbingung-bingung. “Kita jadi mata-mata.” Kata Joe yang kini sudah menjadi Joe yang Caca kenal dulu. Joe yang ceria dan bawel.

“Awas aja loe sampe telat bangun! Gue siram air loe ntar!” ucap Caca bergurau pada Joe yang sedang tertawa lepas itu.

Rei tiba-tiba sudah berdiri di sebelah Caca. “Ketawa-ketawa aja loe.” Rei memukul lengan Joe (sebagai teman ya bukan tengkar). Kemudian ia menoleh ke Caca.”Ayo, Ca kita pulang. Udah sore nih.” Rei langsung menggandeng tangan Caca ke arah parkiran mobil.

“Dah Joe!! Jangan lupa ‘misi’ kita!” ucap Caca yang kemudian berjalan menjauh dari lapangan basket itu. Namun dalam hati Caca, ia tahu kalau saat ini Joe hanya tidak ingin kekhawatiran atau kesedihannya terlihat oleh orang lain dan menutupinya dengan wajah yang seakan-akan riang dan tanpa beban.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

“Ca, kamu kenapa kok diem aja daritadi?.” Tanya Rei yang sedang mengemudikan mobilnya sepulang sekolah.

“Rei oppa, aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Maaf aku gak bilang dari kemarin-kemarin.” Ucap Caca yang tampak agak murung itu.

Just say it to meWhere stories live. Discover now