Bab 1

5.6K 383 51
                                    

Semilir angin sore meniup beberapa helai rambutku. Langit jingga dan burung-merpati yang berterbangan membuat mataku tak bisa lepas memandang takjub keindahan suasana sore ini. Semuanya terasa kembali kepada semestinya. Normal.

Aku sedang duduk menekuk lutut, di tepi danau tempat Clark mengajakku menenangkan diri, dulu. Juga tempat ia melatihku. Bahkan tempat ini pernah menjadi pintu keluar darurat saat kami berusaha menyelamatkan diri dari serangan Humansprotic dan Destrucprotic.

Clark mengajakku bertemu dengannya sore ini. Di tempat ini. Entahlah, aku bersyukur karena Clark mau menemuiku lagi. Bukan berarti aku menyukainya. Tapi karena, aku masih merasa tidak enak kepadanya. Sebab, setelah kejadian di cafe, sifatnya berubah 180° menjadi lebih dingin.

Selang beberapa menit, keluar sebuah kapsul lift dari titik tengah danau. Lalu jalan bebatuan untuk menuju ke tepi danau. Clark keluar dari dalamnya dengan senyum yang merekah. Aku senang akhirnya bisa melihat senyum itu lagi.

"Hei, sudah menunggu lama?" Sapanya.

"Tidak juga" balasku.

Clark berjalan menghampiriku lalu duduk disampingku.

"Senja yang indah ya" ujarnya

"Iya" jawabku kaku. Aku kembali merasa asing dengan Clark. Mungkin ini karena terlalu lama berdiam-diaman dengannya.

"Jadi, kau ingin membicarakan apa?" Tanyaku kembali membuka pembicaraan setelah terjadi jeda diantara kami.

"Tidak ada"

"Maksudmu?"

"Ya.. Tidak ada yang ingin aku bicarakan. Aku hanya ingin berdua denganmu sambil menunggu matahari terbenam. Apa boleh? "

"T-tentu saja"

"Terimakasih".

Clark terbaring di rerumputan. Sepertinya ia sangat ingin menikmati senja kali ini. Dan aku tidak mengerti kenapa ia menyuruhku kemari hanya untuk menemaninya melihat matahari terbenam.

"Kau tahu, Wizzy?" Tanya Clark. "Terkadang aku tidak terima melihat senja diambil oleh malam. Tapi, aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk merebutnya kembali. Karena aku, hanyalah siang yang kekeringan. Sementara malam, ia sejuk dan jauh lebih disukai oleh senja"

Aku mengeryitkan dahi, lalu menoleh ke arah Clark yang tatapannya tidak beralih dari senja. Apa yang ia maksud? Malam? Senja? Siang? Siapa orang-orang yang ia sindir dengan kata-kata kiasan tersebut? Dan entah mengapa aku merasa aku yang ia sebut senja. Dan Steve adalah malam. Sementara ia adalah siangnya. Siang yang kekeringan katanya.

Kami berdiam-diaman sambil memandang langit jingga. Hingga perlahan matahari pergi dan langit berganti malam.

"Ayo Wizzy, kita kembali ke markas"

"Baiklah"

Clark membuka kulit batang pohon dan menekan beberapa tombol untuk memanggil lift. Tak lama kemudian lift datang menjemput kami.

°•°•°•°

"Darimana?" Tanya Steve saat aku menghampirinya.

"Clark's Camp"

"Ngapain?"

"Bertemu Clark" jawabku yang tak kalah singkat dengan pertanyaannya.

"Ooooh" raut wajahnya kembali ceria dengan bibir yang dibulatkannya menjadi huruf 'O'. Steve terlihat lucu seperti itu. Aku tau, Steve tidak mungkin marah karena dia bukanlah tipe cowok yang posesif. Aku beruntung memilikinya.

"Jadi malam ini, kita akan kemana putri tidur?"

"Pulang ke rumah"

"Hmm, baiklah"

Mission RejuvenateWhere stories live. Discover now