[ 4 ]

85 7 0
                                    


~Happy Reading~



Pelajaran pertama hari ini adalah olahraga. Tidak ada murid yang sakit, ijin, atau alasan apapun untuk tidak masuk sekolah. Pak Arif selaku guru olahraga pun tak pernah absen untuk memberi materi dan praktik kepada murid-muridnya.

Hari ini begitu cerah untuk memulai olahraga. Kelas 10 IPS 4 begitu antusias untuk mengawali pemanasan sebelum melangkah ke materi utama.

Semua begitu bersemangat, tapi tidak untuk seorang cewek bernama lengkap Belarina Adicahya Bramansyah. Dia begitu lesu dan merasa bahwa lebih baik ia mendengar celotehan Bu Melani dari pada mengikuti olahraga pagi ini.

"Belarina Adicahya Bramansyah!" panggil Pak Arif, menyadarkan Rina bahwa kini giliran cewek itu untuk melakukan praktik melempar bola basket.

"Rin, lo nggak pa-pa'kan?" tanya Syasa khawatir, sejak tadi ia melihat Rina diam saja setalah Pak Arif mengumumkan materi olahraga hari ini.

"Nggak pa-pa kok, lagian itu cuma basket," jawabnya sambil tersenyum tipis.

Rina beranjak menuju tengah lapangan dan mengambil bola oranye yang sudah disediakan di garis three point.

Rina memandangi benda bulat itu –lama-. Untuk saat ini, ia sangat tidak suka nama pemberian orang tuanya yang harus menempatkannya di urutan atas kolom absensi. Meskipun bukan absen pertama, ia tetap tidak suka jika akhirnya ia ditempatkan di absen nomor empat. Itu sama sekali tidak menyenangkan, apalagi saat ujian ia selalu mendapat kursi tepat di depan meja pengawas. Dan itu membuatnya harus belajar semalaman untuk meminimalisir usahanya menyontek.

Pak Arif bersiap meniup peluit hitamnya ketika melihat Rina sudah mengambil ancang-ancang melempar, dan..

Priit~

Bluk~

Berhasil.

Rina berhasil memasukkan bola itu di ring dengan mulus. Hal itu membuat teman-temannya bertepuk tangan dan membuat Pak Arif bermurah hati memberinya nilai yang memuaskan.

Rina masih berdiri melihat jaring basket yang masih bergerak akibat lemparan bolanya tadi. Untuk sesaat ia kembali ke masa itu, masa yang mempertemukannya dengan orang yang telah berhasil menggores luka di hatinya. Ia sangat benci mengingat kejadian itu, dan basket –olahraga yang dulu ia cintai- selalu membuatnya teringat.

"Beni Ardhani!" panggil Pak Arif pada cowok bertubuh gembul yang sedang bersandar di tubuh Mail, cowok termini di kelas 10 IPS 4. Melihat Mail merasa kesakitan, Pak Arif langsung menceramahi Beni dan membuat semua berseru kepadanya. Rina dibuat tersenyum oleh tingkah temannya yang satu itu.

Cewek yang selalu dikuncir kuda itu pun kembali duduk di sebelah Syasa.

"Rina jjang!" seru Syasa sambil mengacungkan dua jempol di udara.

"Lo ngomong apaan sih, Sya? Gue nggak paham sama bahasa lo."

"Itu artinya lo hebat, Rina. Itu bahasa Korea."

"Syasa, gue ingetin, ya? Lo itu ada di Indonesia, kalau lo ngomong pake bahasa Korea nggak ada yang bakal ngerti."

"Hehe.. iya, iya," Syasa terkekeh kecil sedangkan Rina kembali mengalihkan pandangan ke lapangan, melihat teman-temannya satu per satu memasukkan bola basket itu.

"Perasaan lo gimana Rin setelah ngelempar bola basket lagi?" tanya Syasa tiba-tiba membuat Rina menoleh padanya sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Biasa aja," jawabnya datar.

LAKUNA [#1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang