Ayahnya pun kamu ambil!

67 2 0
                                    

     Aku gugup memasuki ruang dapur. Dia juga kaget. Lantas berpaling. Sampai kapan ia bersikap dingin seperti ini? Dari pada dipanggil Ibu, dia lebih cocok jadi teman adikku.
     "Sampai kapan kamu berpura-pura tidak mengenalku?"
     Ia melirik. "Apa aku mengenalmu?" jawabnya ketus. Mungkin ia kaget, karena perubahan karakterku yang kini berani.
     "Kamu tak berhasil mendapatkan anaknya, Ayahnya pun kamu ambil!"
     "Dasar! Apa seperti itu kamu berbicara pada Ibumu? Kukutuk kamu jadi batu!"
     Aku tertawa. Padahal wajahnya begitu serius. Ayah pun datang. Kujelaskan pada beliau kalau aku hendak mengajarkan Ibu memasak. Dan itu benar terjadi. Aku kikuk di dapur. Dan ia begitu pintar memerankan sikapnya sebagai Ibuku, padahal dia sungguh kekanak-kanakan, apalagi kalau kita bersama seperti pasangan. Baru aku sadari, kalau aku cemburu pada Ayah! Dan selamanya aku tidak akan menerima ia sebagai Ibuku!
                                          ***
     "Kamu begitu membenci Ibumu?" tanya Ayah. Aku menggeleng.
     "Aku menyayangi Ibu, dan membenci istri baru Ayah. Lihat Ayah! Dia itu bukan Ibu yang baik bagi adik, memasak air saja gosong, bagaimana mau merawat kita?"
     Ayah tersenyum. "Dia masih belajar, meski kekanak-kanakan dan itu menyenangkan, tapi ia tahu kapan harus dewasa," aku mulai mengingat sikap dia yang mungkin masih menyukaiku tapi ditahannya, dan berlaku seperti benar-benar seorang Ibu.
     Aku begitu egois, setiap hari, ia membuatku semakin menyukainya, tapi aku begitu menghormati Ayah. Dan aku tak tahu sampai batas mana aku bisa bertahan! Tuhan, tolong aku!

Ibuku Cantik!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang