SC 13 🗻

10.6K 516 35
                                    

Tidak seperti biasa setelah selesai memasak aku berjalan-jalan siang di sekitar taman komplek untuk menikmati udara segar –mumpung hari ini pulang agak cepat –karena bila pulang malam aku benar-benar tidak bisa apa-apa lagi kecuali berberes rumah kemudian tidur dengan lelah.

Kuhirup udara di tengah jalan tak beraspal yang di sisi kanan maupun kirinya ditumbuhi pohon pinus tinggi tersebut seakan aku berada di negeri dongeng yang jauh. Di tanganku tergenggam kuat novel Harry Potter karya J.K Rowling yang fenomenal dan sudah kukenal sejak zaman dulu sekali. Dan tidak tahu kenapa aku suka saja dengan tokoh yang diperankan aktris cantik Emma Watson, Harmone melebihi si tokoh utama. Menurutku dia cantik, kuat dan cerdas sama dengan pandanganku untuk saat ini. Ingin kucapai semua itu di usiaku yang baru saja bertambah kemarin, namun bukankah itu terlalu ambisius? Sudah cukup, aku bahagia meskipun agak malu dengan julukan ‘tidak laku’ yang melekat kuat padaku.

Sekarang terserah orang mau bicara apa, aku tidak perduli sama sekali.

“May.” Kulihat Dokter Hans yang sedang duduk di salah satu kursi taman melambaikan tangan inginku menghampirinya. “Sedang apa?”

Aku duduk di sebelahnya sebelum menjawab agar lebih enak, lagipula kedua kakiku sudah pegal-pegal karena berjalan terlalu jauh. “Enggak, hanya jalan-jalan saja. Kalau Mas sendiri?”

Oh iya, hampir saja aku lupa mengatakannya. Aku berani memanggilnya Mas jika di luar kantor sedangkan bila di rumah sakit sebisa mungkin kukendalikan bibirku agar tidak keceplosan. Soalnya malu digodain terus sama yang lain.

“Habis beli makanan buat nanti sore.” Ia menunjukkan dua bungkusan besar dalam tas hitam kepadaku, sepertinya habis dari mini market. “Dan ini lagi istirahat sekalian menikmati pemandangan.”

“Memang Mas mau kemana kok beli camilan banyak banget?”

Ia melirikku dan tersenyum. “Mau ikut?”

“Hah?!” Kuyakin kalau sekarang kedua bola mataku sedang melotot kaget. “Kemana?”

“Kamu suka motor besar kan?” Bukannya menjawab dia malah nanya lagi.

Aku mengangguk. “He’emb.”

“Kalau kamu mau nanti sore klub motorku mau ngadain touring ke puncak. Mumpung besok libur kan?”

Apa? Touring? Aku mau lagian sudah lama juga aku gak jalan-jalan naik motor. Dulu sih waktu masih di Surabaya aku sering ikut tetapi setelah dimutasi ini aku tidak bisa lagi melakukannya. Selain motornya gak aku bawa, pergaulanku yang masih minim juga membatasi pergerakanku.

“Mau sih tapi gak punya motor.”

“Aku jemput nanti jam tiga.” Dia sekali lagi tersenyum dengan sorot mata tenangnya itu dan aku ikut tersenyum juga pada akhirnya.

“Ya sudah, kalau begitu aku pulang dulu mau siap-siap.” Aku berdiri dan bergegas pergi.

“Bareng saja.” Dia mengambil belanjaannya dan memintaku memeganginya, sementara dia sendiri mengambil motornya yang terparkir tidak jauh dari posisi kami saat ini. “Naik! Sekalian aku juga mau pulang.”

📖📖📖

📖📖📖

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SYAHADAT CINTA (Completed) #SUDAH DITERBITKANWhere stories live. Discover now