Pertama

167 19 17
                                    

Warning: Typo, 5227 words.
Enjoy~~~
.
.
.
.

Awalnya aku hanya seorang anak laki-laki yang normal, aku suka menyanyi, bermain bola, dan hal-hal lain yang biasa dilakukan anak laki-laki pada umumnya.

Tapi semua berubah saat aku berumur 10 tahun. Tepatnya saat bangsa jager menjajah planet kami. Aku tidak begitu mengerti dengan apa yang terjadi saat itu, yang ku ingat dengan pasti adalah hari itu saat cuaca didalam hutan sangat lembab dari biasanya, ayah memintaku ikut bersama menghadap sang tetua.

Yang ku ketahui lagi adalah hancurnya ibu kota karena ulah bangsa jager, tidak hanya itu beberapa kerabatku yang tidak bisa menyelamatkan diri sudah habis ditangan mereka. Setidaknya aku bersyukur ayah ibuku selamat dan masih bersamaku.
Tapi negeri ini masih dipenghujung kehancuran. Yang kudengar dari beberapa orang yang ikut mengungsi bersamaku adalah bangsa jager tidak akan berhenti sampai kaum kami benar-benar musnah, mereka berusaha menghancurkan planet ini.

Hari itu pertama kalinya aku bersitatap langsung dengan sang tetua. Melihatnya sudah cukup membuatku segan.
Jadi aku hanya berdiam diri disamping ayahku.
Aku melihat ada 9 orang anak lainnya yang juga berdiri bersama ayah mereka.
Salah satunya disampingku, aku kenal anak itu. Teman satu sekolah, dia berada satu tingkat dibawahku. Sedangkan yang lain aku tidak mengenalnya.

Sang tetua mulai begerak dari tempatnya, berjalan menuju anak yang paling muda disana. Perkiraanku anak itu masih berumur 4 tahun, meski tubuhnya agak lebih besar dari anak seusianya, dan benar ayah berbisik ditelingaku menyebutkan nama anak itu dan usianya.

Aku memperhatikan sang tetua yang mulai berbicara dihadapan anak itu, aku tidak bisa mendengar karena sang tetua berbicara begitu pelan dan jarakku dengan anak itu cukup jauh.
Lalu setelahnya telapak tangan tetua bergerak memutar dihadapan anak itu dan cahaya biru yang sangat menyilaukan muncul. Detik berikutnya aku mendengar teriakan kesakitan dari anak itu, membuat tubuhku tergelonjak kaget dan merapatkan tubuh pada ayah.

"Tidak apa-apa..."

Ayah berucap menenangkanku, tangannya mengusap bahuku lembut. Aku menatapnya takut, ya jujur aku sangat ketakutan. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, dan aku hampir saja melarikan diri jika tak menahanku.

Jantungku semakin berdegup kencang, takala saat anak disampingku mendapat gilirannya yang mana sebentar lagi tiba girilanku.
Aku semakin takut saat anak disampingku berteriak sangat kencang dan terjatuh kedalam pelukan sang tetua.
Dalam pelukannya aku melihat tetua membaca sebuah mantra lagi dan membuat anak itu berteriak untuk kedua kalinya.
Aku hampir benar-benar kabur saat itu juga, tubuhku sudah bergetar hebat saat melihat anak disampingku kini terkulai lemas dalam pelukan ayahnya.

Sang tetua mengusap surai hitam anak itu untuk terakhir kalinya sebelum beralih padaku.
Aku tercekat saat mata kami bertemu, dan aku benar-benar merasa kalau hidupku akan berubah setelah ini.

Menggelengkan kepala karena takut, sang tetua malah semakin mendekat padaku. Tangannya terjulur untuk mengusap kepalaku, dan itu semakin membuatku menggelengkan kepala menatapnya takut.

"Jo jinho."
"Tenanglah..."

Entah kenapa aku langsung terdiam. Terpaku menatap tetua yang kini mengusap kepalaku lembut.
Matanya sangat tajam, ada ketegasan juga kelembutan disana.

"Dengar... kau adalah yang tertua. Kau juga yang pertama. Semua berawal darimu."

Aku masih diam saat tetua bicara dengan tenang.
Namun tanganku dengan otomatis mengeratkan pegangan pada ayah.

TENtastic Of PENTAGON [HIATUS]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें