#4

15.3K 1.3K 130
                                    

"Maafkan aku," kata pertama keluar dari mulut Mark. "Aku tau aku bersalah padamu. Tapi apa yang sebenarnya ingin kau lakukan dengan Jeno?" Mark berkata lirih di akhir. Berusaha meredam emosinya yang kembali memuncak saat menyebut nama Jeno.

Haechan masih diam.

"Aku benar-benar tidak tau kalau kemarahanmu bisa membuatmu bersenang-senang dengan orang lain bahkan di depanku. Kau selalu menghindariku, tidak mau mendengar penjelasanku, tidak mengangkat teleponku, tidak membalas chatku. Dan sekarang kau pergi berdua dengan Jeno. Apa kau sudah benar-benar tidak menganggapku lagi Chan?"

Haechan menahan nafas tanpa sadar.

" Jeno dan aku sudah berteman sejak kami masih kecil. Tidak salah saat aku pergi bersamanya Hyung. Lagi pula dia hanya temanku," Haechan berusaha bersikap tenang di depan Mark.

"Apakah kau tidak lihat bahwa ia berusaha mencari perhatianmu?" Mark menaikkan nadanya.

"Dia tidak melakukannya,"

"Dia melakukannya! Dia selalu menempel padamu, dia memberi perhatian padamu, dia memperlakukanmu dengan lembut, dia mengajakmu pergi berdua. Menurutmu apa yang dia inginkan jika bukan perhatian mu?!" nafas Mark terasa berat. Ia mengeluarkan semua yang dipendamnya selama ini.

"Setidaknya dia melakukannya di depanmu Hyung. Bukan di belakangmu," Haechan mulai terbawa emosi. Ia juga ingin mengeluarkan semuanya.

"Begitu? Itu yang kau sebut hanya berteman? HAH?! JAWAB AKU!"

"TAPI AKU TIDAK MENIPUMU!"

Jika Mark ingin menyelesaikan semuanya saat ini, maka ia juga akan mengeluarkan semuanya.

Mark merasa terkejut. Menipu? Apa maksud Haechan?

Mark dan Haechan saling menatap. Keduanya terdiam setelah teriakan Haechan. Mata Haechan mula berkaca-kaca karena emosinya yang tertahan. 

"Apa maksudmu?" Mark melembutkan suaranya, menekan egonya. Ia tau, Haechan juga memendam emosinya selama ini. Mark ingin mendengarkan isi hati Haechan. 

"Jeno memperlakukanku seperti itu secara terang-terangan. Tanpa menipu siapapun. Tanpa menyembunyikannya pada siapapun. Tapi kau, kau menipuku Hyung. Aku melihatmu bersama Jaehyun Hyung saat itu. Lalu apa yang kau katakan padaku? Belajar rapp? Hah, kau pikir aku tidak tau? Aku mengikutimu saat itu!" Haechan berusaha menahan air matanya yang hampir turun. "Jika memang kau merasa begitu mudah berbohong padaku, apakah semua yang kau katakan selama ini juga bohong?" Haechan menundukkan kepalanya. 

Mark menatap Haechan dalam diam. Dengan perlahan mendekati Haechan yang bergetar. 

"Apakah selama ini kau juga menipuku Mark Hyung?" Haechan meneruskan kata-katanya dengan lirih. "Hubungan ini, apakah kau-"

"Jangan pernah meragukan perasaanku padamu Haechan," Mark memotong perkataan Haechan sebelum Haechan mengajukan pertanyaan yang sangat tidak ingin didengarnya.

"Aku bersalah karena membohongimu. Aku bersalah karena kurang berusaha untuk mendapatkan maafmu," Mark menuntun Haechan untuk mendongak menatapnya. "Aku bersalah karena telah membuatmu menangis. Maafkan aku," Mark mengusap pelan pipi Haechan yang basah. 

Mark memang marah pada Jeno dan Haechan, tapi Mark tidak suka Haechan menangis. Terutama karenanya. Mark juga tau, sejail-jailnya Haechan, dia tidak akan bermain-main dengan perasaan seseorang. 

"Aku bisa memaafkanmu saat kau mengingkari janjimu. Aku mencoba memaklumimu kalau kau membatalkan kencan kita. Aku tidak marah kalau Hyung lupa tanggal jadi kita, dan aku mengerti kalau Hyung punya banyak teman dan ingin menghabiskan waktu dengan mereka juga. Aku tau kehidupanmu tidak hanya berporos padaku. Tapi aku tidak suka kalau Mark Hyung berbohong padaku. Aku membencinya," Haechan sudah mengatakannya. 

[END] Beware Markeu | MARKHYUCKWhere stories live. Discover now